Tentang Sanggar Mitra Sabda

Foto saya
PROFIL Sanggar Mitra Sabda adalah sebuah Lembaga Swadaya Gerejawi, Mitra Gereja/ Lembaga bagi pemulihan relasi dengan Allah; dengan diri sendiri, dengan sesama dan dengan lingkungannya.

Sabtu, 09 Juli 2011

Mukjizat Lonceng Gereja


Baca: Yesaya 30:15-17
...dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu.
Yesaya 30:15


Penduduk Feildkirch, di Austria harus ber-hadapan dengan pasukan Napoleon yang sudah berada di perbatasan. Pemerintah se-gera bersikap: bertahan atau memberi tanda kalah. Saat itu adalah hari Paskah, dan semua orang percaya berkumpul di gereja. Pendeta dalam khotbahnya berkata bahwa selama ini kita telah mengandalkan kekuatan kita sendiri dan tampaknya kita kalah. “Hari ini adalah hari kebangkitan Kristus, mari-lah kita membunyikan lonceng gereja dan tetap beribadah. Kita kembali mengakui ke-
kuatan Allah untuk melindungi kita.” Ketika lonceng gereja berbunyi, pasukan Napoleon membongkar tenda-tenda mereka dan lari mening-galkan Austria, mengira bahwa pasukan Austria telah datang menyerang balik.
Pertobatan menjadi awal Allah menyelesaikan badai kehidup-an kita. Hanya dengan cara merendahkan diri kita dan kembali mengakui kuasa Allah, maka jalan keluar akan dibukakan Tuhan.
Lakukan bagian kita dan serahkan selebihnya kepada Tuhan. Kadang kala Allah meminta kita untuk bersikap terlebih dulu terhadap masalah yang kita hadapi. Dalam tinggal tenang artinya bukan tidak berbuat apa-apa, tetapi justru tenang untuk menantikan apa yang Allah kehendaki untuk kita lakukan dan Allah akan melakukan yang selebihnya.
Kekuatan kita ada di dalam iman percaya yang mantap. Ada banyak orang merasa kuat dan mencoba menyelesaikan sendiri ma-salahnya. Ini sia-sia. Kita perlu mengimani bahwa hanya bersama Tuhan kita mampu. —Pdt. Andreas Gunawan Pr.

Keyakinan akan kekuatan Allah mengatasi masalah-
masalah besar dalam hidup ini.

Kamis, 07 Juli 2011

Langkah Tepat


Baca: Mazmur 62:6-9
...gunung batu kekuatanku, tempat perlindunganku ialah Allah.
Mazmur 62:8


Seorang ibu menuturkan pengalaman­nya ditinggal mati mendadak oleh suami, sementara anak-anak belum satu pun yang “mentas” (berumah tangga sendiri). “Jiwaku sangat terguncang, aku protes, berontak, dan marah kepada Tuhan. Aku belum siap, masih butuh kehadiran suami, kok tiba-tiba Tuhan ambil begitu saja. Tuhan itu kejam, tidak adil. Dalam kekecewaan yang mendalam aku memutuskan untuk tidak mau kenal Tuhan lagi, tidak ke gereja, membaca Alkitab dan berdoa. Keadaan seperti ini berjalan beberapa bulan. Sampai suatu malam aku mendengar suara yang amat kuat di dalam batinku: ‘Alangkah bodoh apa yang kau lakukan ini, apa kau kira tindakanmu ini akan menyelesaikan persoalanmu? Lihatlah jauh ke depan, anak-anakmu masih butuh pendampingan. Dengan hidupmu yang sekarang ini, hidup dalam kemarahan kepada Tuhan, hidup seperti orang yang tidak mengenal Tuhan, akan menjadi seperti apa anak-anakmu kelak?’ Aku tersentak, sadar telah salah melangkah. Aku kumpulkan anak-anak, dan mengatakan, ‘Nak, Ibu sudah salah memilih langkah. Keadaan yang kita alami ini justru harus membuat kita se-makin dekat kepada Tuhan, karena hanya Dialah sumber kekuatan kita. Hidup akan makin berat dan kita butuh kekuatan sejati, dan itu hanya ada pada Dia.’”
Sekian tahun berlalu, semua anak si ibu sudah mentas, dan kehidup-an rumah tangga anak-anaknya takut akan Tuhan. Dengan lega si ibu menga­takan, “Untung aku segera menyadari ketika salah melangkah dan mem­perbaikinya. Andaikata tidak... ah... entah apa jadinya.” —Handoyo.

Mengambil langkah yang tepat
itu penting di saat genting.

Batu Rintangan


Baca: 1 Samuel 17:45-50
...aku mendatangi engkau dengan nama Tuhan semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu.
1 Samuel 17:45

Di sebuah desa kecil di New England ada sebuah gereja yang unik karena seluruh batu yang digunakan untuk membangun gereja itu dikumpulkan oleh dua orang petani dari ladang mereka sendiri. Apa istimewanya, demikian barangkali Anda bertanya. Ini dia keistimewaannya.
Para petani biasanya mengumpat pada batu-batu yang mereka temui di ladang me-reka sementara mereka membajak, karena batu dapat mematahkan mata bajak mereka. Namun lihatlah kedua petani itu, mereka mengubah batu rintangan menjadi sebuah gereja. Ketika gereja baru itu diberkati, demikian dikisahkan oleh Rev. Purnell Bailey, seorang pastor diundang untuk memberikan sambutan. Inilah inti sambutannya: “Bila Anda melewati gereja bagus ini yang dibuat dari batu biasa dari ladang-ladang Anda, ingatlah bahwa setiap orang bisa membuat hal-hal biasa dalam kehidupan mereka menjadi hal-hal yang indah dan menawan hati dan berguna bagi banyak orang.”
Kita belajar dari peristiwa ini, bahwa ternyata rintangan dapat diman­faatkan untuk kebaikan bagi banyak orang dan kemuliaan Allah.
Daud mengalahkan Goliat dengan batu. Batu bisa membuat kaki tergelincir jika tidak hati-hati. Tetapi, dengan penyertaan Tuhan batu itu berhasil membunuh Goliat. Jika Tuhan di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? (Roma 8:31).
Apa batu-batu kesulitan yang merintangi Anda saat ini? Apa pun itu, berhentilah berputus asa, bangkitlah! Dengan penyertaan Tuhan jadikan batu rintangan itu sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri, sesama, dan kemuliaan nama Tuhan. —Liana Poedjihastuti.

Jadikan batu rintangan Anda dari batu sandungan
menjadi batu penjuru.

Rabu, 06 Juli 2011

Tuhan Yesus Tidur?


Baca: Matius 8:23-27
Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu nyaris ditelan gelombang, tetapi Yesus tidur.
Matius 8:24

Persoalan dan masalah sering datangnya tiba-tiba dan sama sekali di luar dugaan. Oleh sebab itu, kalau persoalan dan masalah yang menimpa itu dirasa cukup sulit dan be­rat, hal itu dapat membuat hati dan pikiran menjadi kalang-kabut dan diliputi keta­kutan. Sebagai orang beriman, selain rasa khawatir dan takut itu, mungkin dalam diri kita juga lalu timbul pertanyaan, mengapa Tuhan membiarkan hal itu menimpa kita? Sedang di manakah Dia? Sedang “tidurkah”? Apa salah kita?
Ketika badai hebat yang menyeramkan itu menyerang perahu di mana para murid dan Yesus berada, Dia sedang tidur. Itulah sebabnya, dalam situasi yang kritis itu, para murid yang sudah menjadi sangat khawatir dan ketakutan lalu buru-buru membangunkan Yesus sambil berseru, “Tuhan, tolonglah, kita binasa.” Perbuatan mereka itu ternyata tidak dibenarkan oleh Yesus. Mengapa? Karena perbuatan tersebut mencer­minkan dan mengungkapkan kekurangpercayaan mereka kepada-Nya. Firman-Nya, “Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya.” Kalau mereka sungguh-sungguh percaya kepada-Nya sebagai Pelindung yang penuh kuasa, meski Dia tampaknya sedang “tidur”, mereka tak perlu menjadi begitu ketakutan, karena mengira akan tenggelam dan binasa dihantam badai dan ditelan gelombang. Meski mungkin tidak mengetahui bagaimana dalam “tidur-Nya” itu Dia akan menolong me-reka, mereka harus tetap yakin, bahwa bersama Yesus, mereka pasti akan selamat! Jadi, mereka disalahkan Yesus, karena kepercayaan mereka yang setengah-setengah ataupun tidak teguh itu. —Pdt. Em. Sutarno.

Apa pun yang kita ketahui dan rasakan mengenai Tuhan Yesus,
satu hal harus menjadi kepercayaan dan keyakinan kita, yaitu
bahwa bersama Dia kita tidak akan binasa!

Selasa, 05 Juli 2011

Di Manakah Kita?

Baca: Markus 8:22-25
Kemudian tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Betsaida. Di situ orang membawa kepada Yesus seorang buta dan mereka memohon kepada-Nya, supaya Ia menjamah dia.
Markus 8:22

Tuhan Yesus dalam banyak kesempatan menunjukkan belas kasihan dan kuasa-Nya untuk mengusir setan, menyembuhkan orang sakit, bahkan membangkitkan orang mati. Orang-orang yang sedang menderita ini mengalami kuasa Tuhan dan dipulihkan keadaannya.
Dalam banyak peristiwa, orang-orang yang sedang mengalami penderitaan itu dimohonkan penyembuhan kepada Tuhan Yesus oleh orang-orang lain (Markus 2:3; Lukas 4:40; 5:18). Demikian juga orang buta di Betsaida dalam bacaan kita hari ini dibawa oleh orang kepada Tuhan Yesus (ayat 22) dan disembuhkan oleh Dia. Orang-orang lain ini telah berperan sebagai alat Tuhan sehingga satu demi satu orang yang sedang mengalami penderitaan memperoleh pemulihan.
Kita ditantang untuk menjadi orang yang mau membawa seseorang yang tidak berdaya kepada Tuhan Yesus untuk mendapatkan pemulihan. Banyak orang sedang mengalami kesulitan hidup, persoalan, penderitaan dan ketidakberdayaan, tetapi barangkali kita memilih tidak melakukan sesuatu untuk mereka. Banyak orang dalam kebingungan atau ketidak­berdayaannya membutuhkan kehadiran kita, tetapi di manakah kita bagi mereka?
Hari ini, jika Tuhan mengizinkan kita bertemu dengan seseorang yang membutuhkan pertolongan, maukah kita melakukan sesuatu? Atau, dalih yang itu-itu jugakah yang akan menghalangi kita untuk mempertemukannya dengan kasih Tuhan? —Ocky Sundari.

Janganlah menahan kebaikan daripada orang-orang yang berhak
menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya.
—Amsal 3:27

Minggu, 03 Juli 2011

Keledai Saja Bisa


Baca: Mazmur 18:31-35
Adapun Allah, jalan-Nya sempurna; janji Tuhan adalah murni; Dia menjadi perisai bagi semua orang yang berlindung pada-Nya. Mazmur 18:31

Seekor keledai tua tercebur ke sumur ke-ring sedalam lima meter. Pemiliknya mem-biarkannya bahkan menimbuninya dengan tanah. Setiap kali keledai tua itu ditimbuni tanah, ia mengguncangkan badannya se-hingga tanah itu runtuh ke bawah. Tanah yang semakin banyak itu akhirnya menjadi pijakan keledai tua itu untuk naik ke bibir sumur kering tersebut. Keledai itu berhasil mengatasi masalahnya.
Kita kadang-kadang mengalami bertubi-tubi masalah dan hanya menyerah pada keadaan. Seharusnya kita menjadikan masalah itu sebagai pembelajaran hidup ini. Ada maksud apa Tuhan mengizinkan masalah ini terjadi? Keledai saja bisa mengatasi masalahnya, kenapa kita tidak?
Tidak ada jalan yang lebih sempurna daripada jalan Allah. Pada saat kita mengalami masalah, jalan-jalan hidup ini seakan-akan gelap, tertutup, tidak ada jalan keluarnya. Percayalah masih ada jalan bagi kita. Sekecil apa pun masalah kita Tuhan pasti menunjukkan jalan ke-luarnya.
Tidak ada janji yang sedemikian murni daripada janji Tuhan. Murni artinya tanpa ada motivasi terselubung di balik apa yang di-ucapkan. Janji Tuhan tidak seperti janji manusia yang mudah berubah-ubah dan membuat orang kecewa. Pegang janji Tuhan dan nantikan apa yang difirmankan-Nya, semua akan digenapi-Nya.
Tidak ada perisai yang begitu melindungi kita selain perisai Tuhan. Dalam peperangan perisai menjadi alat yang ampuh karena melindungi bagian tubuh kita. Kita sudah dilengkapi dengan perisai iman, tetapi adakah kita menggunakannya agar bertahan dalam per-gumulan hidup ini? —Pdt. Andreas Gunawan Pr.

Seorang Kristen bisa menjadi seorang yang bodoh kalau tidak mengetahui bahwa masih ada jalan Tuhan untuk masalahnya.