Tentang Sanggar Mitra Sabda

Foto saya
PROFIL Sanggar Mitra Sabda adalah sebuah Lembaga Swadaya Gerejawi, Mitra Gereja/ Lembaga bagi pemulihan relasi dengan Allah; dengan diri sendiri, dengan sesama dan dengan lingkungannya.

Sabtu, 26 Mei 2012

Menjadi Gembala yang Baik


Baca: Yohanes 10:14 – 15
Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku
(Yohanes 10:14 – 15).
Ibarat tanaman mangga atau yang lainnya yang pada awalnya memerlukan penopang agar dapat tumbuh berbuah dengan baik, demikian pula keluarga kita memerlukan pe­nopang. Untuk itu kita yang memasuki masa lanjut usia perlu mempersiapkan diri baik secara mental, fisik, spiritual maupun finan­sial agar tetap dapat menjadi penopang bagi kehidupan keluarga (anak, menantu, cucu, cicit) supaya mereka tetap di jalan Tuhan. Se­lama kita masih hidup sampai detik akhir kita harus mengucap syukur masih diberi anugerah berupa kesempatan menjalankan tugas yang mulia menggembalakan per­jalanan hidup keluarga. Memang semakin lanjut usia kekuatan fisik semakin berkurang, tetapi bila kita tetap setia pada Tuhan Yesus, maka kita akan ditopang dan ditambahkan semangat hidup.
Dalam era globalisasi ini banyak hal negatif yang mempengaruhi ke­hidupan anak-anak, pemuda, bahkan orang tua terbawa arus ke jalan yang tidak benar seperti pemakaian narkoba, pergaulan bebas, penipuan, korupsi dan lain lain yang tentunya akan merusak kehidupan masa depan, nama baik tercoreng. Padahal nama baik lebih berharga dari emas dan perak. Di sinilah peran para lanjut usia sebagai gembala bagi keluarganya seperti Yesus menjadi Gembala yang baik bagi umat NYA sampai Dia mengorbankan nyawa-NYA di kayu salib. Marilah kita menguatkan iman kita melepas segala kekhawatiran, mendoakan satu persatu anggota keluarga, men­jalin komunikasi dengan penuh kasih, mengingatkan dan meluruskan bagi yang menyimpang supaya tetap di jalan Tuhan. – Teguh Pribadi

Doa : Ya Tuhan berikanlah kekuatan kepada kami agar menjadi gembala yang baik bagi keluarga kami seperti Engkau menjadi Gembala yang baik bagi umat-Mu. Amin.

Jumat, 25 Mei 2012

Ketaatan Macam Apa


Baca: Lukas 6:6-11
Lalu Yesus berkata kepada mereka: “Aku bertanya kepada kamu: Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?” (Lukas 6:9).
Semangat dan jiwa dari sebuah aturan sering kali sirna di tengah-tengah usaha kita untuk menjalankan sebuah aturan dengan sungguh-sungguh. Tidak jarang kita sendiri menjadi sangat kelelahan dan tidak menemukan sukacita apa-apa di dalam mengikuti hukum atau aturan. Tidak kecuali dalam hukum dan aturan agama.
Aturan Sabat bertujuan agar umat Allah mengalami relasi yang mesra dengan Allah. Dan dalam rangka itu umat diundang untuk mengambil bagian dalam karya-Nya. Ada hari yang dikhususkan untuk mengingat dan memanjatkan puji syukur kepada Allah. Memuji dan bersyukur kepada Allah hendaknya tidak hanya dalam ungkapan, atau dalam ibadat, tetapi dalam perwujudan atau tindakan untuk berbuat kebaikan. Itulah yang Yesus lakukan dalam menyembuhkan orang yang mati tangan kanannya. Tindakannya itu menyatakan dan mewujudkan Allah yang peduli dan penuh kasih.
Kedatangan Tuhan Yesus memberikan makna baru dalam hal penghayatan iman kepada Allah. Dalam aturan atau tata cara yang utama tetapi semangatnyalah yang perlu berubah. Semangat itu didasarkan pada relasi yang mendalam dengan Allah atau Yesus sendiri.
Menjadi murid Yesus tentu saja bukan berarti menolak hukum dan aturan yang ada. Sebaliknya menjadi murid Yesus berarti belajar menaati hukum sejauh hukum itu mengutamakan kehidupan manusia yang lebih baik. Di tengah-tengah masyarakat kita yang acuh tak acuh terhadap sesama, kita semua dipanggil untuk selalu dan tetap berbuat baik di manapun dan kapanpun. –Pdt. Meyske S. Tungka

Apakah kita lebih suka mendahulukan berbuat baik atau sudah puaskah kita bila sudah beribadat?

Kamis, 24 Mei 2012

Tidak Ada yang Terbuang


Baca: Mazmur 71:9-11
Janganlah membuang aku pada masa tuaku, janganlah meninggalkan aku apabila kekuatanku habis (Mazmur 71:9).
Seorang wanita tuna susila hadir dalam kebaktian lalu maju ke altar untuk mengakui dosa-dosanya. Namun jemaat menolak jika ia menjadi anggota gereja di situ. Tiba-tiba Colgate, seorang pengusaha besar Amerika berdiri dan berkata: ”Saya kira kita telah membuat kesalahan besar ketika tadi kita berdoa supaya Tuhan menyelamatkan orang-orang berdosa….” Kata-kata Colgate ini akhirnya menyadarkan jemaat dan wanita itu merasakan kembali hidupnya sebagai milik Kristus dan memiliki saudara-saudara seiman.
Apa yang akan kita lakukan bila kita merasa tidak mempunyai siapa-siapa dalam hidup ini?
Pikirkan bahwa Allah tidak pernah membuang ciptaan-Nya. Ma­nusia kadangkala memperlakukan sesamanya berdasarkan perhitungan apakah orang itu masih berguna atau tidak. Masa tua kadangkala mena­kutkan karena dianggap tidak menghasilkan apa-apa lagi dan menjadi beban orang lain. Percayalah bahwa Allah tidak pernah membuang ketika kita menjadi tua.
Allah menyertai sampai kita menutup mata. Perasaan sepi, sendiri dan terasing akan menambah beban di hari tua. Jauhkan perasaan itu. Percayalah Tuhan Yesus menyertai kita sampai kepada akhir zaman (Matius 28:20). Setua apapun kita adalah ciptaan-Nya yang paling indah.
Kekuatan dari Allah tidak pernah habis. Hidup di usia lanjut seperti sebuah timbangan: ada yang hilang, ada yang didapat. Kekuatan jasmani bisa menurun, tetapi Tuhan memberi kekuatan rohani agar makin tua makin dekat kepada-Nya. Oleh sebab itu bersyukurlah walaupun tua.
– Pdt. Em. Andreas Gunawan Pr.

Perasaan terbuang akan menambah penderitaan, tetapi bangga menjadi tua akan menambah kemuliaan.