Tentang Sanggar Mitra Sabda

Foto saya
PROFIL Sanggar Mitra Sabda adalah sebuah Lembaga Swadaya Gerejawi, Mitra Gereja/ Lembaga bagi pemulihan relasi dengan Allah; dengan diri sendiri, dengan sesama dan dengan lingkungannya.

Sabtu, 29 Januari 2011

Senang Berkerut

Baca: Mazmur 92:13-16
Hiasan orang muda ialah kekuatannya, dan keindahan orang tua ialah uban.
Amsal 20:29
Takut berkerut? Itu sih biasa. Tetapi kalau Anda senang memiliki wajah berkerut, itu baru langka. Chow Yun Fat, aktor asal Hong­kong, ternyata sangat bangga dengan kerutan di wajahnya. Jasmine, istrinya, mengatakan ia harus mengejar-ngejar Chow bila harus mengoleskan pelembab anti kerut di wajah suaminya. Apa komentar Chow? Pria yang kini berusia 52 tahun ini berdalih kalau se-tiap kerutan melukiskan pengalaman hidup, dan sangat berarti baginya. “Uang tidak dapat membeli kerutan,” katanya bangga. Ternyata kiatnya ini cukup berhasil. Terbukti wajahnya tetap terlihat matang dan simpatik walaupun terus menua.
Bertambahnya usia adalah hal yang wajar dan mau tak mau akan dialami semua orang. Sehebat apa pun kita berusaha merawat tubuh agar tetap muda atau “kelihatan muda lebih lama”, bertambahnya usia pasti akan membuat kekuatan fisik melemah, kulit semakin keriput, dan uban semakin banyak di kepala kita. Serangan penyakit pun akan semakin terasa seiring melemahnya daya tahan. Menjadi tua adalah kodrat semua orang. Hal yang harus kita lakukan agar tetap bahagia dan semangat menjalani hidup adalah menerimanya dengan lapang dada.
Menjadi tua bukan berarti tak lagi bisa produktif. Sebaliknya, kita justru harus semakin menjadi berkat. Chow Yun Fat dan tokoh-tokoh lainnya adalah para pribadi yang semakin tua justru semakin bersinar, karena mereka memandang usia tua bukan sebagai beban, namun sebagai pengalaman hidup yang sangat berharga. —Richard T.G.R.

Berapa pun usia kita hari ini, marilah syukuri hidup ini dengan
melakukan yang terbaik melalui talenta yang Tuhan berikan.

Jumat, 28 Januari 2011

Pulihkanlah Kami

Baca: Mazmur 80
Ya Allah, pulihkanlah kami, buatlah wajah-Mu bersinar, maka kami akan selamat.
Mazmur 80:4
Mazmur 80 ditulis oleh Asaf bin Berekhya bin Simea, keturunan bani Kehat yang di-tugaskan Daud untuk menaikkan nyanyian dan pujian di rumah Tuhan. Asaf menja-lankan tugasnya sampai Salomo mendirikan Bait Allah. Ia merasakan sendiri hidup di lingkungan Yerusalem yang tak kudus, kota berkumpulnya orang-orang multi-etnis yang tak takut Tuhan. Bait Allah dinajiskan. Darah hamba-hamba Allah ditumpahkan seperti derasnya air mengalir. Israel menjadi tahanan, dicemooh, ditindas, dilumat harga diri bangsa pilihan-Nya itu, dan Tuhan pun dicela.
Asaf mengibaratkan Israel seperti pohon anggur yang Tuhan ambil dari Mesir, ditanam di tempat yang telah Ia sediakan, berakar dan hidup subur di Yerusalem (ayat 9-10). Asaf meratap, berseru dalam mazmurnya, “Ya Allah semesta alam, kembalilah kiranya, pandanglah dari langit, dan lihatlah! Indahkanlah pohon anggur ini, batang yang ditanam oleh tangan kanan-Mu! Mereka telah membakarnya dengan api dan menebangnya; biarlah mereka hilang lenyap oleh hardik wajah-Mu!” (ayat 15-17).
Saat ini keseharian kita mungkin tak jauh berbeda dengan yang dialami Asaf. Kita mungkin hidup bersama orang-orang yang tak ta­kut Tuhan, berani melecehkan Nama Yesus Kristus dan menyangkal kebenaran-Nya. Ibadah kita dilukai, dan kehidupan iman pun dicederai. Jangan pernah menyerah, Tuhan akan memulihkan keadaan kita, yang terpenting adalah ketaatan dan kerinduan kita akan kuasa pemulihan-Nya. Mari memohon seperti Asaf berseru, “Ya Tuhan, Allah semesta alam, pulihkanlah kami, buatlah wajah-Mu bersinar, maka kami akan selamat” (ayat 20).—Agus Santosa.

Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu
akan pulih dengan segera; kebenaran menjadi barisan depanmu
dan kemuliaan Tuhan barisan belakangmu. —Yesaya 58:8

Kamis, 27 Januari 2011

Senantiasa Bersyukur

Baca: Efesus 5:18-21
Ucapkanlah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita.
Efesus 5:20
Kita mengucapkan syukur kepada Tuhan untuk sesuatu yang kita miliki atau alami, biasanya kalau merasa bahwa sesuatu itu baik, berguna ataupun membuat kita sela-mat dan sejahtera. Kita mengucap syukur dan terima kasih kepada-Nya, karena per­caya bahwa Dialah yang telah membuat dan mengaruniakan sesuatu kepada kita. Sikap seperti itu sungguh baik dan tepat bahkan wajib dilakukan oleh setiap orang yang me-ngaku percaya kepada Tuhan sebagai Sumber dan Penguasa hidup ini.
Tetapi untuk hal-hal yang kita rasakan tidak mendatangkan kebaikan ataupun manfaat bagi kita, bahkan yang membuat kita menjadi menderita dan sengsara, haruskah kita mengucap syukur kepada Tuhan? Meskipun demikian, Paulus dengan tegas berseru, “Ucapkanlah syukur senantiasa atas segala sesuatu.” Segala sesuatu, artinya apa saja, termasuk yang mem­buat kita sedih dan menderita. Apakah itu tidak mengada-ada?
Seruan Paulus yang terasa tidak masuk akal itu hanya akan dapat kita pahami dan terima kalau kita menyadari dan mengaminkan kebenaran kata-kesaksiannya bahwa “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia” (Roma 8:28). Dalam keadaan yang bagaimanapun, Tuhan dapat men­jadikan keadaan tersebut baik bagi kita. Oleh sebab itu, dalam keadaan yang bagaimanapun kita wajib mengucap syukur kepada-Nya. —Pdt.Em. Sutarno.

Doa: Tuhan, kami merasa bahwa hidup kami akan semakin terbebani
oleh hal-hal yang tidak menyejahterakan kami. Karenanya, ajarlah dan
mampukan kami tetap senantiasa bersyukur kepada-Mu, karena yakin bahwa Engkau menyertai kami dan bahkan sanggup menjadikan
segala sesuatu itu untuk kebaikan kami. Amin.

Rabu, 26 Januari 2011

Pembimbing dan Penuntun

Baca: Mazmur 23:1-6
...Ia membimbing aku ke air yang tenang... Ia menuntun aku di jalan  yang benar.
Mazmur 23:2-3
Seseorang pernah mengatakan bahwa pada dasarnya manusia hidup itu saling mem­pengaruhi satu sama lain. Dalam kekuatan saling pengaruh ini, yang punya kekuatan lebih besar—seperti pangkat, harta, tenaga dan tentu jumlah—yang cenderung akan memberikan pengaruh, sehingga perkataan­nya didengar, kehendaknya diikuti, bahkan gaya hidupnya ditiru. Itulah keniscayaan hidup pada masa sekarang ini.
Dalam kondisi kehidupan seperti sekarang, kekuatan mempengaruhi itu adanya pada pemegang kekuasaan karena punya upaya pemaksa, pada penyandang popularitas karena punya banyak pengagum, dan pada kelompok yang disebut mayoritas karena punya banyak massa. Kekuatan mempengaruhi dari mereka itu menjadi semakin efektif bekerjanya karena peran media massa, yang getol menampilkan dan menyiarkan mereka berulang kali yang pada gilirannya memberi pengaruh besar pada kehidupan masyarakat. Tanpa disadari, menjadi pembimbing dan penuntun hidup masyarakat.
Pertanyaan penting buat kita adalah, apa dan siapa yang sekarang menjadi pembimbing dan penuntun hidup kita? Pendapat, pandangan serta gaya hidup orang banyakkah? Atau yang disiarkan media massakah? Pertanyaan berikutnya, membimbing dan menuntun menuju ke manakah semua itu?
Adalah bijaksana belajar dari Daud, yang memilih menjadikan Allah sebagai pembimbing dan penuntunnya. Karena Daud tahu, kalau Allah mebimbing Ia hanya akan membimbing ke air yang tenang (tempat yang baik), dan kalau Ia menuntun Ia hanya akan menuntun di jalan yang benar. Handoyo
Kalau Ia membimbing jelas ke mana arahnya, kalau
Ia menuntun jelas di mana jalan-Nya.

Selasa, 25 Januari 2011

Pemimpin Hidup Kita

Baca: Mazmur 48:15
Sesungguhnya inilah Allah, Allah kitalah Dia seterusnya dan untuk selamanya! Dialah yang memimpin kita.
Mazmur 48:15
O Tuhan pimpinlah langkahku, Ku tak b’rani jalan sendiri.
Serta-Mu inilah doaku, Ajar ku mendekatkan diri.
Menurut firman-Mu tiap hari, Jadikan pelita dalam glap.
Mencari domba yang sesat, Itulah kerinduan jiwaku.
Sebuah lagu yang merupakan doa dan harapan kita, yang mengaku pengikut Kris­tus, dalam menjalani kehidupan ini. Dalam  dunia yang semakin memanas ini banyak hal yang harus kita lakukan di dalam pimpinan Tuhan. Jika dalam kehidupan kita Tuhan yang menjadi pemimpinnya, maka kita akan berani melangkah, menjalani kehidupan ini dengan penuh keyakinan, tanpa keraguan.
Menjadikan Tuhan sebagai pemimpin hidup kita berarti kita harus mengikuti kehendak-Nya. Kita dapat mengetahui kehendak-Nya dengan membaca firman-Nya. Firman Tuhan itulah pedoman dan pegangan kita dalam mengarungi hidup dan menghadapi segala macam tantangan dan godaan.
Firman-Nya adalah pelita yang akan menerangi jalan kehidupan yang kita lakui, sehingga kita tidak akan terjerembab apalagi tersesat. Tidak hanya itu, sebagai orang yang dipimpin Tuhan, kita juga rindu untuk dapat mencari dan menemukan kembali domba-domba yang tersesat untuk dibawa kembali kepada Tuhan Yesus.
Sudahkah kita memiliki komitmen menjadikan Tuhan sebagai pemimpin kehidupan kita? Sudahkah firman Tuhan menjadi pelita yang menerangi jalan kehidupan kita dalam bertutur dan berperilaku? Dan sudahkah kita menemukan domba kepunyaan Tuhan yang tersesat? Darmanto.

Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.
—Mazmur 119:105

Senin, 24 Januari 2011

Aliran Air

Baca: Yohanes 20:21
Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.
Yohanes 20:21
Sering kita jumpai air yang tergenang dan membusuk. Kondisinya sangat tidak nya­man, bahkan mengundang banyak penyakit. Berbeda dengan aliran air yang jernih indah dipandang, akan didapati suara gemercik yang sedap dan merdu didengar.    
Pada hakikatnya misi Allah adalah peng­utusan untuk memberitakan Injil agar setiap orang menjadi percaya dan menerimanya, sehingga memperoleh keselamatan melalui pengorbanan Yesus Kristus. Keselamatan
adalah hak bagi setiap orang yang telah menerima Injil-Nya. Kewajiban untuk meneruskannya adalah tanggung jawab bagi setiap orang yang telah menerima Injil-Nya.
Kita umat Kristen telah menerima Injil Keselamatan dari Allah sebagai anugerah. Namun tidak semuanya mengetahui bahwa Injil tidak boleh berhenti hanya sampai pada kita, melainkan harus diteruskan kepada seluruh bangsa di muka bumi. Berita Injil keselamatan dari Allah bagai­kan aliran air yang harus selalu mengalir.
Allah Bapa mengutus Tuhan Yesus, kemudian Tuhan Yesus mengutus kita orang beriman. Pengutusan dalam Matius 28:19: “Karena itu per­gilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,” tersebut berkelanjutan yang tidak pernah berhenti. Berpartisipasi dan terlibat aktif dalam melaksana­kan Amanat Agung Kristus adalah kewajiban dan tanggung jawab kita. Jika tidak, kita akan menjadi genangan air yang membusuk kar­ena tidak mengalirkan air kehidupan yang telah mengalir dalam hidup kita. —Sumanto Mardihutomo.

Berita Injil bagaikan air kehidupan yang harus dialirkan kepada
sesama agar mereka juga memperoleh keselamatan.

Minggu, 23 Januari 2011

Tiada Yang Mustahil

Baca: Kejadian 18:10-15
Adakah sesuatu apa pun yang mustahil untuk Tuhan?...
Kejadian 18:14
Pada zaman ini masih banyak kisah ajaib yang kita dengar dan saksikan. Semua men­jadi bukti bahwa bagi Tuhan tak ada yang mustahil. Tuhan akan terus menunjukkan bahwa Ia ada dan menyertai umat-Nya. Seperti kecelakaan pesawat terbang yang menghancurkan body pesawat itu, namun sebagian besar penumpangnya selamat.
Abraham dan Sara yang sudah tua, ter-nyata masih dimungkinkan untuk mempu­nyai anak. Masihkah Anda percaya bahwa mukjizat Allah juga bisa terjadi di tahun ini?
Jangan menertawakan janji dan perkataan Tuhan. Sara tertawa ketika diberi tahu bahwa dirinya akan mengandung dan mempunyai anak. Janji Tuhan tidak untuk ditertawakan, tetapi diimani bahwa bagi Tuhan tak ada yang mustahil. Ketika kita menghadapi jalan buntu, cobalah berpaling kepada Tuhan untuk percaya kepada janji-janji-Nya. Janji-janji-Nya pasti digenapi.
Janji Tuhan tidak untuk disangkal, tetapi diterima dengan ber­serah. Sara penuh dengan keraguan (ayat 12-13) dan menganggap Tuhan sedang bergurau dengannya di masa tua. Janji Tuhan tidak kenal berapa umur kita, karena Tuhan mau menggenapi-Nya kapan saja dan di mana saja asal kita berserah. Berserah dan percaya bahwa janji Tuhan itu pasti (Bilangan 23:19).
Menyesuaikan waktu Tuhan akan melihat keajaiban. Tuhan ber­kata bahwa tahun depan Aku akan kembali mendapatkan Sara yang telah mempunyai seorang anak laki-laki (ayat14). Tuhan butuh waktu menyatakan kehendak-Nya agar manusia tidak kaget mengalami yang di luar kebiasaannya. Dan Sara juga butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan apa yang diucapkan Tuhan. Jangan pernah berhenti untuk berharap! —Pdt. Andreas Gunawan Pr.
Mukjizat terjadi karena ada janji Tuhan yang pasti digenapi.