Tentang Sanggar Mitra Sabda

Foto saya
PROFIL Sanggar Mitra Sabda adalah sebuah Lembaga Swadaya Gerejawi, Mitra Gereja/ Lembaga bagi pemulihan relasi dengan Allah; dengan diri sendiri, dengan sesama dan dengan lingkungannya.

Jumat, 09 Desember 2011

Anak Ajaib


Baca: Yesaya 9:1-6
“ Sebab seorang anak telah lahir untuk kita;lambang pemerintahan ada di atas bahunya,dan namanya disebutkan orang……..” (Yesaya 9:5).
Sebuah kisah lucu, Kandar seorang pemuda polos menikah dengan seorang janda. Baru enam hari menikah ternyata janda itu telah melahirkan seorang anak. Kandar senang sekali, kemudian bayi laki-laki itu dibelikan alat-alat tulis dan diletak­kan disamping bayi itu. Kandar yang lugu itu berkata, ”Ini adalah anak ajaib, biasanya sembilan bulan dalam kandungan, tetapi dia cukup enam hari. Pasti sebentar lagi menjadi anak dan bisa masuk sekolah.“ Namanya juga kisah lucu, silakan tertawa.
Yesus, sering disebut Anak ajaib, tapi bukan seperti yang dipikirkan Kandar. Dia benar-benar ajaib karena Yesus yang dinubuatkan Yesaya tidak untuk satu orang atau sekelompok orang tapi untuk kita. Seorang anak telah lahir untuk kita. Seorang putera telah diberikan untuk kita (ayat 5). Jadi untuk semua orang yang mau percaya kepada-Nya. Dia adalah Allah yang turun ke dunia. Allah yang peduli kepada manusia berdosa yang tidak mungkin bisa menebus dosa-dosanya dengan ke­mampuannya sendiri. Untuk kita yang berdosa, Yesus mau mengampuni dan menyelamatkan.
Lambang pemerintahan ada di atas bahunya. Di atas bahu-Nya, Yesus siap menggendong kita yang lemah dan tidak berdaya untuk di­kuatkan seperti seorang ayah yang menggendong anak yang disayanginya. Dia berkuasa karena Dia Allah dan kita dijamin tidak akan kecewa bila mau datang kepada-Nya sekarang. Kemana Anda pergi untuk mencari solusi karena hidup yang berat dan penuh persoalan ini? Kerajaan Allah sudah datang dalam diri Yesus. Datanglah segera kepada-Nya!
–Pdt. Em. Andreas Gunawan Pr.

Yesus anak ajaib yang paling ajaib karena Dialah Allah yang datang ke dunia dan manusia yang tidak berdosa.

Kamis, 08 Desember 2011

Berkat Mengimplikasikan Pertobatan


Baca: Matius 3:1-3
“Bertobatlah, sebab Kera­jaan Sorga sudah dekat!” (Matius 3:2).
Bagi kita orang percaya, Kerajaan Allah merupakan puncak dari segala peng­harapan dan idealisme iman kita. Sebab, di dalam dan oleh Kerajaan itulah kebenaran, keadilan dan kasih Tuhan yang mendatang­kan kesejahteraan sejati, terwujud. Oleh sebab itu, sudah sewajarnya bahwa orang percaya merindukan kedatangan Kerajaan itu dan berada di dalam lingkungannya. Dalam merindukan dan menyongsong kedatangan Kerajaan Allah itu Yohanes Pembaptis berseru, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat.” (ayat 2). Demikian pula Tuhan Yesus sendiri dalam permulaan karya penyelamatan-Nya juga menyerukan, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat.” (Matius 4:17).
Dari apa yang diserukan oleh Yohanes Pembaptis dan Tuhan Yesus itu, kita memperoleh pernyataan, bahwa syarat untuk dapat menyongsong kedatangan Kerajaan Allah dan untuk dapat masuk ke dalam lingkung-annya, adalah pertobatan. Pertobatan ialah harus bersedia membuang dan meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa yang melanggar hukum-hukum-Nya. Dengan demikian kita diingatkan agar jangan hanya menginginkan berkat-berkat dari-Nya saja, tetapi enggan dan tidak mau menuruti apa yang menjadi kehendak-Nya. Berkat menuntut ketaatan dan pertobatan sebagai syarat dan implikasinya, dan juga bukti adanya rasa syukur yang tulus dan mendalam! Kepada perempuan pelacur yang menerima berkat karena diselamatkan Yesus dari hukuman rajam oleh orang banyak, Ia berfirman, “Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai sekarang!” (Yohanes 8:11). –Pdt. Em. Sutarno

Doa: Tuhan, karuniakanlah Roh Kudus-Mu kepada kami, agar kami dimam­pukan untuk tidak hanya menginginkan berkat-berkat-Mu saja, tetapi juga menaati perintah-perintahMu.

Rabu, 07 Desember 2011

Prioritas


Baca: Matius 3:44 – 47
Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat- Mu yang sangat besar ini? (1 Raja-Raja 3:9).

Seorang kenalan, sangat berhasil dalam karir, di usianya yang ke-38 memutus­kan untuk berhenti bekerja karena kehamil-annya yang telah ditunggu selama 12 tahun itu akhirnya datang juga. Ia sangat merindu­kan kehadiran seorang anak, sehingga ketika sang jabang bayi harus benar-benar dijaga kesehatannya, ia dengan rela menghenti­kan semua aktivitas pekerjaannya. Baginya, kehadiran sang calon bayi ini jauh lebih penting daripada banyak urusan yang lain.
Seperti halnya kita mungkin harus membuat prioritas-prioritas semacam situasi di atas, Tuhan Yesus menghendaki agar hal Kerajaan Surga menjadi prioritas dalam hidup kita. Dalam bacaan kita, Tuhan Yesus menggunakan perumpamaan tentang harta terpendam dan mutiara yang berharga.
Bagaimana kita dapat menentukan prioritas adalah persoalan lain. Namun bila mau bersungguh-sungguh menjalin hubungan yang dekat dengan Tuhan serta memohon seperti Salomo memohon kepada Tuhan “Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?” (1 Raja-raja 3:9), maka kita akan di­mampukan untuk dapat menentukan prioritas-prioritas dan mengambil keputusan-keputusan dengan Hikmat Tuhan. Dengan demikian, Tuhan Yesus meraja di hati kita karena kehendak Tuhanlah yang menjadi prio-ritas utama di saat kita harus mengambil keputusan. –Ocky Sundari

Menginginkan semua yang diinginkan Tuhan adalah selalu menginginkan­nya, dalam semua kesempatan dan tanpa syarat; Inilah Kerajaan Tuhan yang semuanya ada di dalam diri. Francois Fenelon

Selasa, 06 Desember 2011

Kado Untuk Yesus


Baca: Matius 25:34-40
Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur (Matius 2:11).
Beberapa hari sebelum hari Natal seorang anak perempuan kecil berdoa. Mendadak ia berhenti dan bertanya dengan nada cemas kepada ibunya: “Ibu, kita mau memberi apa kepada Tuhan Yesus pada hari Natal? Tuhan ingin apa pada hari Natal?” Barangkali kita tertawa geli membaca tulisan Halford E. Luccock ini, tapi pertanyaan anak kecil itu merupakan pertanyaan yang penting.
Menjelang bulan Desember, kebanyakan kita telah bersiap diri menyambut Natal. Panitia Natal telah dibentuk jauh hari sebelumnya. Acara Natal telah dipersiapkan. Dekorasi Natal juga mulai dipajang pada masa Adven, dan tentu saja pakaian, makanan dan minuman tak pernah ketinggalan. Kado untuk orang-orang tercinta sudah dipikirkan bahkan sudah dibeli. Hal ini boleh-boleh saja, namun jangan melupakan hal yang paling penting yang diekspresikan Luccock dalam tanya “Apakah Tuhan tercatum dalam daftar hadiah natal kita?”
Tepat sekali pertanyaan anak perempuan kecil itu. Bukankah ketika kita memperingati ulang tahun seseorang kita memikirkan hadiah yang akan kita berikan? Lalu, mengapa ketika Natal tiba, sering kita hanya memberikan hadiah di antara kita, dan melupakan Yesus yang kita peringati hari kelahiran-Nya?
Para Majus tidak hanya mempersembahkan mas, kemenyan, dan mur, tetapi juga waktu dan jerih payah untuk menemukan Yesus. Ketika kita menunjukkan kepedulian dan kasih kita kepada mereka yang lemah, yang papa, tertindas, sengsara, yang sakit dan ditolak (Matius 25:34-40) itu akan merupakan kado yang menyenangkan hati-Nya.
–Liana Poedjihastuti

Apakah yang akan aku berikan kepada Yesus pada hari Natal ini?

Senin, 05 Desember 2011

Pertumbuhan Rohani


Baca: Markus 4:26–29
Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih ditanah, … Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah mula-mula tangkainya, lalu bu­lirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu (Markus 4:26-28).
Menanam, Merawat, Menuai (3M) merupakan proses yang harus dilaku­kan oleh tiap petani agar dapat memetik buah dari hasil tanamannya. Benih yang ditabur di tanah akan tumbuh sendiri, pe-tani tidak dapat berbuat apa-apa atas proses tumbuhnya benih itu. Yang dapat dilakukan petani adalah merawatnya dengan member­sihkan tanaman-tanaman lain yang meng­hambat pertumbuhan, memberi pupuk dan menyiraminya agar tanaman dapat tumbuh subur sehingga berbuah, siap untuk dituai.
Dari Injil Markus 4:26-28 kita dapat mengambil pelajaran yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari bahwa Allah telah me­milih kita sebagai tempat untuk “menabur” Roh Kudus dan merupakan anugerah bagi kita masing-masing. Oleh karena itu kita harus merawat/ menjaga agar Roh Kudus tetap tinggal dalam diri kita. Caranya antara lain dengan membersihkan atau membuang sikap dan perilaku yang menghambat pertumbuhan rohani kita, memberikan makanan ro­hani berupa firman Tuhan dan menyirami melalui doa setiap hari. Proses pertumbuhan rohani yang kita lalui mungkin kelihatan lambat tetapi pasti, tersembunyi tetapi nyata, lemah tetapi memiliki kuasa.
Bagaimana dengan kehidupan kita sehari-hari sebagai warga Kera­jaan Allah, apakah sudah melalui “proses” di atas dengan rajin, tekun, sabar sehingga dapat menghasilkan buah-buah Roh? Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu (Galatia 5:22-23). –Teguh Pribadi

Doa: Ya Tuhan Yesus, kiranya kami diberikan kekuatan untuk membuang hal-hal yang menghambat pertumbuhan rohani. Kami juga mohon kiranya Roh Kudus terus berkarya memimpin hidup kami. Amin.