Tentang Sanggar Mitra Sabda

Foto saya
PROFIL Sanggar Mitra Sabda adalah sebuah Lembaga Swadaya Gerejawi, Mitra Gereja/ Lembaga bagi pemulihan relasi dengan Allah; dengan diri sendiri, dengan sesama dan dengan lingkungannya.

Sabtu, 08 Januari 2011

Observasi, Refleksi dan Aksi


Baca: Keluaran 33:15
Berkatalah Musa kepada-Nya: “Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini.”
Keluaran 33:15
Observasi adalah pengamatan atas keselu­ruhan hidup, seluruh peristiwa yang kita jalani baik suka ataupun duka, khususnya, perjalanan hidup setahun yang sudah kita lewati. Apakah banyak hal yang menyenang­kan terjadi dalam hidup kita? Apakah ada hal-hal yang menyedihkan, mendebarkan, menguras air mata terjadi dalam hidup kita? Dengan terengah-engah kita mengatasi masalah, tetapi akhirnya selamat juga. Se-karang Kalau kita kalkulasi manakah yang terbanyak mampir dalam hidup kita selama tahun 2010? Mengapa Tuhan mengizinkan semua itu terjadi? Tentu ada maksud Tuhan di dalamnya, yakni untuk membentuk kita semakin setia, dewasa, bertanggung jawab dan semakin bergantung pada Dia saja.
Refleksi adalah tahap menghubungkan pengalaman hidup dengan firman Tuhan. Pengalaman orang percaya yang melihat segala sesuatu terjadi dalam rencana Tuhan. Bimbinglah aku! merupakan ungkapan bahwa kita hanyalah manusia lemah yang selalu membutuhkan bimb­ingan-Nya, dengan terbuka dan kerendahan hati menyambut tangan Tuhan yang perkasa yang akan menuntun hidupnya. Bukan karena aku mampu dan kuat melangkah, tetapi dengan sikap yang terus berserah dan menyediakan hati pada pimpinan-Nya. Pengalaman, kepandaian bukan apa apa, kalau tidak ada penyertaan Tuhan
Aksi adalah rencana tindak lanjut dari orang percaya, tentu saja dengan komitmen baru. Seperti permintaan Musa kepada Tuhan agar mem­bimbing dan menyertai umat-Nya melangkah, mari kita juga meminta “Tuhan berjalanlah di samping kami.” —Pdt. Agus Wiyanto

Takut melangkah sendiri, tetapi merasa aman bersama
Tuhan itu adalah sikap orang beriman.

Jumat, 07 Januari 2011

Mengingat Kebaikan Tuhan

Baca: Nehemia 9:1-15
Dengan tiang awan Engkau memimpin mereka pada siang hari dan dengan tiang api pada malam hari untuk menerangi jalan  yang mereka lalui.
Nehemia 9:12
Bagi umat Israel, kebaikan Allah tak perlu dipertanyakan lagi. Sejak awal, Allah pen­cipta dan pemilik alam semesta ini telah memilih dan mengikatkan perjanjian kekal dengan nenek moyang Israel. Kesetiaan-Nya sepanjang sejarah bangsa Israel sungguh luar biasa.
Saat bangsa Israel diperbudak di Mesir, Allah menunjuk Musa untuk memimpin mereka keluar dari perbudakan dan mem­bawa mereka ke Tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang mereka untuk mereka miliki. Perjalanan padang gurun bukan perjalanan yang mudah, setiap saat mereka diperhadapkan dengan musuh yang mau menghancurkan me-reka. Namun kesetiaan-Nya tidak pernah berkurang dan kekuatan-Nya tidak pernah memudar sehingga semua musuh dikalahkan. Dengan tiang awan Dia memimpin mereka pada siang hari dan dengan tiang api pada malam hari untuk menerangi jalan yang mereka lalui (ayat 12). Allah bukan hanya memimpin dengan keperkasaan-Nya, Dia pun menurunkan Taurat sebagai tuntunan cara hidup umat yang berkenan kepada-Nya, ketika kelak mereka sudah menikmati Tanah Perjanjian.
Sejauh ini, kita juga telah mengalami kasih setia Allah. Mengingat kembali kebaikan Tuhan menjadi pembangkit keinsyafan akan kegagalan dan ketidaksetiaan kita, pada saat yang sama mensyukuri kebaikan Allah. Tidak pernah ada masa dalam hidup kita ketika Tuhan lupa atau ingkar janji, maka seharusnya juga tidak ada alasan bagi kita bertahan dalam kegagalan dan ketidaksetiaan. Kita harus tetap setia berjalan di belakang-Nya, mengikut Dia. —Prihanto Ngesti Basuki.

Betapa baik-Nya Engkau, Tuhan. Kasih-Mu tiada berkesudahan.
—Syair lagu Betapa Baik-Nya Engkau, Tuhan

Rabu, 05 Januari 2011

Yang Lebih Besar Akan Datang

Yang Lebih Besar akan Datang
Baca: Yesaya 30:15-18
Sebab itu Tuhan menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih Nya kepadamu...
Yesaya 30:18
Seorang penjudi menang taruhan malam itu. Teman-temannya berkata: “Hari ini hari keberuntungan bagimu.” Ia didesak untuk bertaruh lagi malam itu dan ia pun setuju. Keesokan harinya penjudi ini pulang tanpa membawa uang sepeser pun karena malam itu juga ia kalah besar.
Umat Israel enggan bertobat karena me-reka mengandalkan kekuatan manusia dan kuda (ayat 16-17), seperti penjudi yang meng-andalkan keberuntungan dan enggan berhenti bertaruh. Kepada umat Israel Tuhan tetap nenunjukkan kasih-Nya bahwa yang lebih besar masih akan datang.
Memasuki tahun 2011 nantikanlah yang lebih besar dari Tuhan:
Kekuatan kita ada di dalam ketenangan dan percaya (ayat 15). Jangan takut menghadapi perubahan dan tantangan, tetaplah tenang dan percaya kepada Tuhan, maka ketakutan kita akan diganti dengan kekuatan untuk berani menanggung segala peristiwa dan masalah yang bakal terjadi.
Jangan mengecilkan peran Tuhan (ayat 15) karena hal itu bisa menutup pintu campur tangan-Nya. Yesus berkata: “...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yohanes 15:5). Tuhan Allah lebih besar dari masalah kita. Kita harus mengubah diri dari merasa bisa menjadi bersama Tuhan kita bisa.
Cukup dengan kasih sayang-Nya (ayat 18). Tuhan tidak minta kita melakukan ritual yang memberatkan. Sambutlah kasih dan kepedulian-Nya, agar Ia bebas untuk menolong kita tanpa halangan. Karena yang lebih besar disediakan Tuhan dan kita diminta untuk percaya bahwa tahun ini akan lebih baik daripada yang lalu. —Pdt. AndreAs GunAwAn Pr.

Yang lebih besar akan datang bila kita mau
merasa kecil di hadapan-Nya.

Memperbaharui Manusia Lama

Baca: 2 Korintus 5:17-19
Kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbarui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya.- Kolose 3:9-10
Tahun yang baru tidak berarti bahwa segala sesuatu juga harus baru. Memang, mungkin saja ada yang ingin menjadikan tahun baru sebagai momentum untuk membeli pakaian baru atau melakukan sesuatu yang baru. Namun pada umumnya hal-hal semacam itu tidak dianggap menjadi suatu keharusan yang dikaitkan dengan peristiwa kedatang-an tahun yang baru. Bahkan biasanya, dalam memasuki tahun yang baru, banyak hal lama yang tetap masih kita pakai dan gunakan atau lakukan. Tahun baru tidak selalu berarti dan mengakibatkan per-ubahan ataupun pembaruan-pembaruan. Dengan kata lain, tahun baru dapat saja tidak menimbulkan pengaruh apa pun dalam kehidupan.
Lain halnya dengan “kemanusiaan yang baru” sebagai akibat karya penyelamatan dan penebusan Kristus. Sebagaimana dinyatakan Paulus, kemanusiaan yang baru, di dalam dan oleh Kristus, berarti kemanusia-an yang telah meninggalkan yang lama, yang dikuasai oleh dosa, dan digantikan dengan yang baru, yang ditebus dan disucikan oleh Kristus, sehingga penuh kasih dan ketaatan kepada-Nya. Karenanya, kemanusiaan yang baru itu juga berarti selalu diperbarui secara terus-menerus, sama dengan kehendak Kristus juga secara terus-menerus harus diusahakan perwujudannya dalam kehidupan mereka yang mengaku percaya kepada-Nya. Tahun yang baru dapat saja tidak berpengaruh pembaruan apa pun. Tetapi kemanusiaan yang baru, harus melahirkan dan meng-akibatkan pembaruan-pembaruan hidup, sebagai wujud kasih dan ketaatan kepada Kristus, yang telah menjadikan manusia baru itu. —Pdt. Em. Sutarno.
Doa: Tuhan, bimbinglah kami untuk mau menanggalkan sifat-
sifat kemanusiaan lama kami yang bertentangan dengan kehendak-
Mu, dan mengenakan sifat-sifat baru yang semakin sesuai
dengan hukum-hukum-Mu. Amin.

Selasa, 04 Januari 2011

Musa

Baca: Keluaran 3:1-14
Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir.
Keluaran 3:10
Seperti biasanya, Musa bersiap untuk me-nggembalakan domba milik mertuanya, Yitro, seorang imam di Midian. Namun kali ini ia menggiring ternak milik mertuanya itu agak jauh dari biasanya, yakni sampai ke luar, ke seberang padang gurun, sampai ke Gunung Horeb, Gunung Allah (ayat 1).
Saat Musa sedang menggembalakan ternak mertuanya itulah, ia melihat peman­dangan yang mengherankan: semak duri menyala, tetapi tidak dimakan api. Karena itulah ia bermaksud memeriksa penglihatan yang hebat itu (ayat 2-3). Ketika dilihat Tuhan, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya: “Musa, Musa!” Dan ia menjawab: “Ya, Allah” (ayat 4).
Dalam ayat-ayat selanjutnya, kita tahu panggilan Allah atas Musa un­tuk membawa bangsa Israel keluar dari Mesir. Musa menyadari beratnya tugas yang diterimanya, ditambah kemungkinan dia bukan orang yang percaya diri, maka bisa dimengerti dialog antara Allah dan Musa berjalan dengan alot. Berbagai dalih dikemukakan oleh Musa untuk menolak tu­gas itu, sampai akhirnya ia tak sanggup berkata-kata lagi, dan menerima pengutusan Allah itu. Selanjutnya, dalam perjalanan imannya, ia belajar menaati kehendak Allah dan mengandalkan kekuatan-Nya. Ia memegang janji Allah yang akan selalu menyertai umat pilihan-Nya itu.
Bagaimana dengan kita? Tugas apa yang Tuhan berikan kepada kita? Apakah selama ini kita telah menolak panggilan-Nya? Maukah kita belajar dari Musa, menerima panggilan-Nya, menaati dan mengan­dalkan Dia? Liana Poedjihastuti.

Musa, teladan ketaatan seorang hamba Tuhan.


Senin, 03 Januari 2011

Sebelum Perjalanan

Baca : Mazmur 37:1-6
Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak. - Mazmur 37:5

Setiap kali hendak menempuh perjalanan ke luar kota, saya dan istri selalu berdoa ter­lebih dahulu. Kami berdoa di rumah sesaat sebelum berangkat, atau terkadang berdoa di dalam mobil sebelum kendaraan melaju. Mungkin tidak ada yang istimewa dengan kebiasaan ini, Anda dan keluarga juga biasa melakukannya. Kita ingin berserah kepada Tuhan Yesus agar Ia menudungi kita dengan keselamatan-Nya, merahmati kita dengan sukacita, hikmat, kesehatan dan kekuatan
selama perjalanan.
Saat mengawali perjalanan hidup sepanjang tahun baru ini, alangkah indahnya jika kita memulainya dengan berserah kepada Tuhan. Di dalam Mazmur 37, Daud mengajarkan agar kita percaya sepenuhnya kepada Tuhan, melakukan yang baik, dan bergembira karena-Nya, sebab Ia senantiasa melimpahkan anugerah-Nya kepada kita (ayat 3-4). Serah­kanlah hidup kita kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, Ia akan bertindak (ayat 5).
Tuhan ingin kita berpaut pada-Nya dengan sepenuh hati, hidup menurut segala ketetapan-Nya, dan tetap mengikuti segala perintah-Nya (lihat 1 Raja-raja 8:61). Jika kita berserah kepada Tuhan, itu berarti kita memberikan diri untuk disucikan, menyerahkan diri untuk diku­duskan, dibenarkan dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Allah kita (lihat 1 Korintus 6:11). Mari serahkanlah hidup kita sepanjang tahun ini, hari demi hari, dengan sepenuh hati percaya kepada-Nya, maka Tuhan akan memunculkan kebenaran kita seperti terang, dan hak-hak kita seperti siang (ayat 6).—Agus Santosa.
Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan,
maka terlaksanalah segala rencanamu.— Amsal 16:3

Minggu, 02 Januari 2011

Refleksi Tema: Tuhan, Bimbinglah Aku!

Selamat Tahun Baru! Hari baru di tahun 2011. Apakah hari ini berbeda dengan hari-hari kemarin? Mungkin ada yang merasa semuanya baru: pakaian baru, semangat dan komitmen baru. Tetapi, banyak pula yang merasa biasa-biasa saja dalam menyambut tahun baru. Semuanya masih seperti yang lalu.
Bisa dimengerti jika orang penuh harap-an memasuki tahun baru, berharap tahun ini lebih baik dari tahun yang telah berlalu. Na-
mun tak dapat dipungkiri, ada orang-orang yang pesimis, tidak lagi me-miliki harapan karena terpuruk dalam berbagai persoalan. Komitmen baru, harapan baru, atau masalah baru sekalipun, sepatutnyalah kita bersyukur karena masih diberi kesempatan memasuki tahun 2011.
Kita memang tak pernah tahu apa yang akan terjadi di tahun ini. Karena ketidakpastian ini banyak orang merasa gamang memasuki tahun yang baru. Untuk kita yang termasuk kategori ini, mari menyimak pesan Natal tahun 1939 yang disampaikan oleh raja Inggris, Raja George VI: “Kukatakan kepada pria yang berdiri di ambang tahun: ‘Berilah aku cahaya sehingga aku bisa berjalan dengan aman menuju ke tempat yang tidak kuketahui.’ Dan ia menjawab, ‘Pergilah ke kegelapan dan letakkan¬lah tanganmu pada tangan Tuhan. Maka hal itu akan lebih baik daripada cahaya dan lebih aman daripada suatu jalan yang sudah kaukenal.’”
Jika Tuhan yang membimbing kita, kita pasti dapat menjalani ta¬hun ini, harapan dan tantangannya. Oleh karena itu, marilah dengan rendah hati kita memohon, “Ya Tuhan, bimbinglah aku menjalani tahun 2011.” —Liana Poedjihastuti

Lalu Ia berfirman: “Aku sendiri hendak membimbing engkau dan
memberikan ketenteraman kepadamu. —Keluaran 33:14