Tentang Sanggar Mitra Sabda

Foto saya
PROFIL Sanggar Mitra Sabda adalah sebuah Lembaga Swadaya Gerejawi, Mitra Gereja/ Lembaga bagi pemulihan relasi dengan Allah; dengan diri sendiri, dengan sesama dan dengan lingkungannya.

Sabtu, 18 September 2010

Sukacita Karena Janji Allah

Baca: Roma 8:17-18
Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah...
Roma 8:17

Seorang anak menderita dan menangis sedih karena menginginkan sesuatu yang menu¬rutnya itu sangat berarti baginya. Ketika ayahnya mengetahui hal itu dan menjanjikan akan memenuhi keinginan dan harapannya, maka penderitaan dan kesedihannya seketika itu juga lenyap. Hatinya penuh sukacita dan berbunga-bunga. Mengapa anak itu telah bisa merasa gembira walaupun apa yang di¬inginkan belum menjadi kenyataan? Hal ini disebabkan anak itu percaya bahwa ayahnya pasti menepati janjinya.

Barangkali saat ini kita juga sedang menderita karena banyak keingin-an atau perkara membebani hidup kita, masalah silih berganti datang. Usia yang sudah tidak muda lagi menjadikan kita semakin lambat dalam banyak hal, padahal masih banyak harapan dan keinginan yang belum terlaksana.

Jika kita percaya dan mengaku bahwa kita adalah anak Allah, sehingga berarti Allah adalah Bapa kita, maka seharusnyalah kita bersukacita meskipun kita menderita, karena Allah telah menjanjikan kemuliaan jika kita mau menderita besama Dia. Percayakah kita kepada Bapa kita, seperti anak yang bersukacita karena percaya kepada ayahnya? —Suprijarso

Janji Tuhan adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji,
tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah.
engkau, Tuhan, yang akan menepatinya....
—Mazmur 12:7-8

Jujur

Baca: Amsal 14:2
Siapa berjalan dengan jujur, takut akan Tuhan, tetapi orang yang sesat jalan¬nya, menghina Dia.
Amsal 14:2

Ada seorang penjual roti di kampung saya, Jombor, Tuntang, Kabupaten Semarang, Budi, demikian panggilannya. Pekerjaan se¬bagai penjual roti sudah dijalaninya puluhan tahun. Pada suatu hari Budi melayani seorang langganannya, tetapi dia lupa memberikan uang kembalian kepada pelanggannya itu. Seharusnya harga sebuah roti hanya seribu lima ratus rupiah, tetapi sang pelanggan memberi uang dua ribu rupiah, berarti masih ada kembalian lima ratus rupiah. Budi baru menyadari kemudian kalau uang kembalian itu ternyata masih ada di gerobak dorongnya.

Budi mengantar uang kembalian dengan merasa bersalah ke rumah orang itu dan meminta maaf. Dari sini terlihat, bahwa Budi tidak mau terjerumus dalam suatu kesalahan meskipun peluang untuk berlaku curang itu ada, dan meskipun nilai uangnya tidak berarti. Kejujuran te-taplah kejujuran. Dan karena kejujurannya itu Budi disayang para pelanggannya. Bagi Budi, bukan semata-mata agar disayang oleh pelang¬gannya dia bersikap jujur, tetapi lebih dari itu, karena dia tahu sikap de¬mikianlah yang dikehendaki Tuhan untuk dilakukan oleh umat-Nya.

Mungkin tidak banyak kita jumpai orang-orang seperti Budi, yang tetap bersikap jujur dalam menjalani kehidupan dewasa ini. Untung masih ada si Budi. Di tengah kehidupan yang keras ini, bagaimanapun juga, sebagai anak-anak-Nya, kita patut menghormati Tuhan dengan hidup jujur. —Denny Reksa

Kejujuran membawa hidup kita menjadi sukacita.

Rabu, 15 September 2010

Jangan Mencobai Tuhan

Baca: Ulangan 6:16-19
Janganlah kamu mencobai Tuhan, allahmu, seperti kamu mencobai Dia di Masa.
Ulangan 6:16

“Kalau besok aku mendapatkan pekerjaan, aku akan rajin ke gereja. Kalau aku bisa sembuh dari penyakit kanker ini, aku akan jadi aktivis gereja. Kalau kelak aku jadi orang kaya, aku akan selalu membantu keuangan gereja, kalau Tuhan mampu menyelamatkan aku dari belitan utang, aku berjanji akan persepuluhan rutin”, dan lain-lain. Pernah¬kah kita mendengar ucapan-ucapan seperti ini, atau kita sendiri yang sering mengucap¬kan kata-kata itu?

Kalau kita memperhatikan orang-orang Kristen masa kini, kebanyakan mereka dan mungkin termasuk kita, tanpa sadar sering mencobai Tuhan. Kita mengajukan suatu syarat kepada Tuhan sebelum taat melakukan perintah-Nya, padahal Tuhan tak pernah menuntut kita membayar sesuatu untuk memberkati hidup kita. Setiap hari sejak lahir sampai sekarang, Tuhan selalu memberikan udara, sinar matahari, waktu 24 jam, tak peduli kita mau menjadi Kristen atau tidak. Tuhan Yesus bahkan rela mati supaya kita selamat. Tuhan tak pernah mengajukan syarat untuk menebus dosa kita, lalu pantaskah kita meragukan kasih Tuhan dengan mencobai-Nya?
Jika hari ini kita mengalami berbagai masalah, sakit atau masalah keluarga, belajarlah untuk tidak mengeluh atau meragukan kasih Tuhan seperti yang pernah bangsa Israel lakukan, sehingga mereka di hukum Tuhan. Seorang bijak berkata, jangan meminta beban yang ringan kepada Tuhan, namun mintalah Tuhan menguatkan bahu Anda, sehingga seberat apa pun beban hidup datang silih berganti, Anda semakin kuat dan bergantung pada kuasa-Nya tanpa ragu. —Richard T. G. R

Doa: Ya Tuhan, berilah kami kekuatan untuk memikul
beban hidup kami hari lepas hari. Amin.

Menyukakan Hati Tuhan

Baca: Lukas 15:4-7
Akan ada sukacita di surga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih daripada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.Lukas 15:7

Dalam karya-Nya sebagai Juru Selamat, Tuhan Yesus sering mendatangi orang-orang yang oleh masyarakat luas dianggap sebagai orang berdosa, seperti pemungut cukai dan penderita penyakit kusta. Sikap Yesus ini mendatangkan ketidaksenangan dan ketidak¬setujuan, khususnya kaum Farisi dan para ahli Taurat.

Menurut kaum Farisi dan ahli Taurat, orang-orang berdosa tidak perlu diperhati¬kan dan dikasihani lagi, sebab Tuhan sendiri
akan menghukum mereka akibat dosa-dosa yang telah mereka perbuat. Dalam menjawab mereka yang mengecam-Nya itu, Yesus menggunkan perumpamaan domba yang hilang, yang pasti akan dicari sampai ke¬temu oleh gembalanya. Dan ketika sang gembala itu dapat menemukan dombanya yang hilang, timbullah kegembiraan dan kesukacitaan yang besar dalam hatinya. Kegembiraan seperti yang dirasakan oleh gembala itu menjadi gambaran kegembiraan yang pasti juga akan terjadi di surga, “karena satu orang berdosa yang bertobat”.
Dengan demikian, pertobatan seseorang yang berdosa itu sangat di¬hargai, dan karenanya juga diupayakan oleh Yesus dalam menjalankan karya penyelamatan-Nya. Orang yang bertobat, berarti kembali dari ke-tersesatan akibat dosa. Dan oleh pertobatan itu diampuni dan dibebaskan dari hukuman yang seharusnya dikenakan kepadanya. Oleh pertobatan, kebinasaan diganti dengan keselamatan. Itulah sebabnya, pertobatan menimbulkan kesukacitaan, tidak hanya dalam kehidupan orang yang bertobat dan persekutuan di mana orang itu berada, tetapi bahkan juga di surga. Karenanya, tidak rindukah kita untuk mau melakukan perto¬batan, demi kesukaan besar di surga? —Pdt. Em. Sutarno

Doa: Tuhan, kami ingin menyukakan hati-Mu.
Karenanya ajarlah dan mampukan kami untuk bertobat
dari segala kesalahan dan dosa-dosa kami. Amin.

Hidup Dengan Sukacita

Baca: Roma 8:35-39
Tetapi dalam semuanya itu kita lebih daripada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.
Roma 8:37

Para gelandangan di Washington kebanya¬kan punya ponsel dan alamat e-mail untuk mengecek apakah kupon makanan gratis masih ada, apakah lamaran pekerjaannya diterima, dan sebagainya (Jawa Pos, 25 Maret 2009. Ponsel membuat mereka bisa berkomunikasi dengan dunia. Inilah orang-orang yang menghadapi hidupnya dengan sukacita. Bukan termenung menangisi nasib. Firman Tuhan memberi resep menghadapi hidup ini dengan sukacita.
Asal masih ada kasih Kristus. Manusia membutuhkan pendampingan untuk menghadapi masalah dan penderi¬taannya. Dan Kristus telah datang dengan kasih-Nya. Ia membela dan mengasihi kita dengan memberikan diri-Nya mati untuk meyakinkan kita bahwa Ia sungguh-sungguh menyertai kita. Apalagi yang disusah¬kan?

Hadapi semua masalah dengan iman. Kenyataan hidup yang pahit kadang-kadang tidak bisa dihindarkan atau ditolak. Kepada kita Tuhan mengaruniakan iman agar kita siap untuk menghadapi semua. Akal budi saja belum cukup dan bahkan kesiapan mental pun masih kurang. Paulus sudah membuktikannya, bagaimana dengan Anda?

Jadilah pemenang sekali untuk selamanya. Tidak ada pemenang yang sedih dan susah karena menang. Semua pemenang akan tertawa dan bersorak-sorai. Perjuangan dan ketabahan iman akan mengantar kita untuk bersukacita sebagai pemenang dalam perlombaan hidup ini. Karena sebelum kita menang, Tuhan Yesus sudah menang lebih dahulu. Kita ada di pihak yang selalu menang. —Pdt. Em. Andreas Gunawan Pr.

Hidup adalah perlombaan dan pemenangnya adalah
yang mau dimotivasi oleh pemenang yang telah
mengalahkan dosa, iblis dan maut.