Baca: Roma 12:2
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia
ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan
manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna
(Roma 12:2).
Dua orang anak laki-laki
kecil bersaudara bertengkar sepanjang hari. Ayah mereka telah berkali-kali
melerai dan memperingatkan keduanya. Namun mereka tetap saja bertikai. Akhirnya
si ayah memarahi anak sulungnya, tetapi si sulung membela diri dengan berkata,
“Adik begitu kasar dan kurang ajar terhadapku.” Malam itu mereka bertiga
berlutut berdoa di sisi tempat tidur. Setelah selesai, ternyata si sulung masih
terus berdoa dengan tenang. Ayahnya penasaran. Setelah dilihatnya si sulung
selesai berdoa, dia bertanya apa yang telah dia doakan dalam doa sendirian itu.
Si sulung menjawab “Oh, aku hanya mohon kepada Tuhan agar adik menjadi anak
yang lebih baik.”
Bukankah jawaban si sulung dalam ilustrasi
Bruno Hagspiel di atas juga biasa kita temui di sekitar kita? Banyak kali orang
juga bersikap dan bertindak seperti si sulung. Orang selalu menginginkan orang
lain yang berubah, bukan dirinya. Ketika orang diminta berubah, dengan cepat ia
mengerenyitkan kening, seraya berkata dengan nada tak senang, “Aku? Berubah?
Dia yang seharusnya berubah, bukan aku.”
Kita juga sering mengharapkan orang lain yang
berubah, bukan kita. Kita menolak untuk berubah. Kita tidak mau meminta maaf
terlebih dahulu, apalagi jika jelas-jelas hal itu bukan salah kita. Kita juga
tidak bersedia mengampuni.
Merubah orang lain
sesungguhnya jauh lebih sulit ketimbang merubah diri sendiri. Paulus
mengingatkan kita agar tidak seperti dunia melainkan bersedia berubah untuk
melakukan kehendak Allah. –Liana Poedjihastuti
Dibutuhkan kebesaran hati untuk
bersedia berubah demi kebaikan orang lain atau situasi.