Tentang Sanggar Mitra Sabda

Foto saya
PROFIL Sanggar Mitra Sabda adalah sebuah Lembaga Swadaya Gerejawi, Mitra Gereja/ Lembaga bagi pemulihan relasi dengan Allah; dengan diri sendiri, dengan sesama dan dengan lingkungannya.

Sabtu, 03 September 2011

Tidak Akan Kering

Baca: Yeremia 17:5-8
Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan! (Yeremia 17:7).

Yeremia 17:5-8 menampilkan dua sosok manusia yang sangat berbeda, karena sikap hidup yang berlawanan. Yang pertama, orang yang “mengandalkan manusia”, yang “hatinya menjauh dari Tuhan”. Arti­nya, orang yang berkeyakinan tidak memer­lukan Tuhan, karena beranggapan dengan kekuatannya sendiri mampu mendatangkan kesejahteraan dan keselamatan hidupnya. Sosok kedua, orang yang “mengandalkan Tuhan” dan “menaruh harapannya pada Tuhan”. Artinya, orang yang memiliki kepercayaan bahwa hanya Tuhan sajalah yang dapat diharapkan dan mampu memberikan kesejahteraan serta keselamatan hidupnya.
Terhadap tipe orang pertama, Yeremia menyatakan bahwa hidup orang itu akan seperti semak-rumput yang kering di tanah yang tandus. Orang seperti itu adalah orang yang “terkutuk”. Sedang bagi tipe orang kedua, yang mengandalkan Tuhan, hidupnya bagaikan pohon yang ditanam di tepi air, daunnya selalu hijau dan tidak akan kering, bahkan tidak akan berhenti menghasilkan buah. Orang seperti itu adalah orang yang “diberkati”.
Kehidupan di dunia ini sering dipenuhi oleh berbagai kesulitan dan penderitaan, hingga terasa bagaikan kemarau panjang yang panas dan kering. Namun, bagi orang yang mengandalkan Tuhan, berpegang teguh pada keyakinan bahwa Tuhan adalah sumber kehidupan yang mampu memberikan kesejahteraan dan keselamatan, maka teriknya persoalan dan kesengsaraan tidak akan membuat kehidupan orang itu menjadi layu dan kering, melainkan tetap hijau dan subur, bahkan terus mengeluarkan buah —Pdt. Em. Sutarno.

Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. –Yohanes 15:5

Kamis, 01 September 2011

Berkat Tuhan Tidak Jauh


Baca: Ibrani 13:5-8
Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu.
Ibrani 13:5

Ajaran Kristen tidak melarang orang ber-usaha untuk menjadi kaya. Yang dilarang adalah jika kekayaan itu menjadi “tuhan” bagi hidupnya. Uang bisa menjadi sarana agar kita hidup, tetapi uang juga bisa men-jadi bencana bagi hidup kita.
Dalam legenda Persia, ada seorang ber-nama Al Haffed yang tergiur kata-kata te-mannya bahwa ada banyak permata yang bisa ditemukan di negeri lain. Haffed lalu menjual tanah miliknya dan pergi ke negeri itu. Si pembeli tanah pada suatu hari melihat
batu berwarna aneh di sungai dekat tanah Haffed yang dibelinya, ternyata batu aneh itu adalah berlian. Di sungai itu begitu banyak batu berlian. Haffed kecewa dan mati bunuh diri terjun ke laut.
Mendengar suara Tuhan akan membawa kita menemukan yang tersembunyi. Kedudukan kita sebagai hamba akan menentukan apa yang akan kita peroleh. Dalam hidup ini kepada siapa kita mengabdi: Tuhan atau uang? Hamba yang mendengar suara Tuhan, akan tahu di mana Tuhan menyediakan berkat-Nya. Hamba yang cuma melihat uang hanya sejauh itu pula yang dia pikirkan.
Cukup bukan berarti berhenti berusaha. Cukup adalah menerima yang sepatutnya diterima dan akan mendapat lagi pada gilirannya yang lain. Setiap hari Tuhan mencukupi umat-Nya seperti Ia memberkati burung-burung yang tidak menabur dan menanam. Percayalah berkat akan selalu mengalir bila kita hidup berserah kepada-Nya.
Di mana Tuhan Yesus ada di sana pasti ada berkat-Nya. Tidak mungkin kehadiran Tuhan tanpa berkat-Nya. Tuhan meyakinkan kita dengan kata “sekali-kali tidak akan” membiarkan dan meninggalkan. —Pdt. Em. Andreas Gunawan Pr.
Dapat Tuhan Yesus, dapat semuanya.
Berkat-berkat-Nya selalu tersedia bagi hidup kita.

Rabu, 31 Agustus 2011

Allah Turut Bekerja

Baca: Roma 8:28

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
Roma 8:28


Ibu saya senang menceritakan kisah ini kepada anak-anaknya. Pernah suatu ketika, ayah bagun tidur dengan uring-uringan. Pasalnya, ibu tidak membangunkan ayah. Padahal malam sebelumnya ayah telah wanti-wanti agar membangunkannya pukul 05:00 karena ia akan pergi ke luar kota den­gan kereta. Tidak seperti biasanya, ternyata pagi itu ibu terlambat bangun. Pukul 06:00 ibu baru bangun. Jelas ayah terlambat dan terpaksa tidak jadi berangkat. Pagi itu sua­sana hati ayah benar-benar kacau. Namun
menjelang tengah hari dengan tersenyum lebar dia memeluk ibu. Tentu saja ibu terheran-heran dengan perubahan drastis suasana hati ayah. Lalu ayah memberitahu ibu, baru saja ia mendengar bahwa kereta yang rencana akan ditumpanginya pagi itu mengalami kecelakaan. Ia per­caya bahwa dengan membiarkan ibu terlambat bangun, Tuhan sudah meluputkannya dari celaka itu. Ayah menyesal karena dia telah marah-marah. Ternyata yang semula dianggapnya bencana atau masalah justru melepaskan dirinya dari bencana yang lebih besar. Sejak peristiwa itu ibu semakin yakin bahwa Tuhan memiliki maksud baik untuk apa yang terjadi dalam kehidupannya. Kisah ini tak bosan-bosannya ia ceritakan utamanya ketika anak-anaknya sedang mengalami masalah.
Kita sering memandang masalah, kesulitan atau penderitaan se­bagai bencana. Kita lupa atau belum dapat meyakini bahwa di balik petaka ada berkat dan rahmat tersembunyi. Marilah belajar dari rasul Paulus yang meyakini bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk kebaikan kita. —Liana Poedjihastuti.

Ingat-ingatlah pengalaman buruk apa yang pernah Anda alami,
yang kemudian Anda menyadari, bahwa itu adalah bagian rencana
Tuhan demi kebaikan Anda. Sudahkah Anda mensyukurinya?

Selasa, 30 Agustus 2011

Syukur Yang Salah

Baca: Lukas 18:11-14
Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya, “Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain.”
Lukas 18:11

Adalah Rasul Paulus yang tak jemu-jemu-nya mengingatkan dan mendorong orang-orang percaya untuk selalu mengucap syukur kepada Tuhan, dalam segala hal dan semua keadaan. Sebab, mengucap syukur meru­pakan ciri khas orang percaya, yang selalu menyadari dan meyakini bahwa Tuhanlah sumber segala berkat, dan yang mampu be-kerja dalam segala sesuatu untuk mendatang-kan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia (Roma 8:28). Oleh sebab itu, rasanya agak aneh, kalau Tuhan Yesus mengatakan bahwa  orang Farisi yang berdoa-syukur di Bait Allah itu pulang ke rumahnya tidak sebagai orang yang dibenarkan Allah.
Mengapa demikian? Apa yang salah dalam doa-syukur si Farisi itu? Jawabnya ada dalam ayat 14 bagian akhir. “Sebab barangsiapa mening­gikan diri, ia akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan.” Jadi, orang Farisi itu “bersyukur” rupanya karena “membanggakan” diri yang dikiranya tidak seperti semua orang lain yang penuh dosa. Sedang si pemungut cukai itu dengan jujurnya mengakui dosanya dan memohon belas kasihan Tuhan.
Bersyukur harus muncul dari rasa terima kasih yang tulus, karena menyadari dan mengakui, bahwa semua kebaikan yang dialami, ber-asal dari kasih Tuhan, bukan hasil pekerjaan sendiri. Dan itu tidak perlu “dipamer-pamerkan” kepada orang lain agar mendapatkan pujian. —Pdt. Em. Sutarno.

Waspadalah, antara kesombongan dan kerendahan hati, bersaksi
dan pamer diri, sering batasnya hanya serambut!

Senin, 29 Agustus 2011

Memperoleh Berkat, Jika ...


Baca: Imamat 26:1-13
Jikalau kamu hidup menurut ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada perintah-Ku serta melakukannya, maka Aku akan memberi hujan pada masanya, sehingga tanah itu memberi hasilnya dan pohon-pohon diladangmu akan memberi buahnya.
Imamat 26:3-4

Salah satu ciri khas dalam Perjanjian Lama, bagi umat Israel yang telah dibebaskan dari perbudakan Mesir, Allah menuntut umat­Nya menaati segala peraturan dan ketetap-an dalam Kitab Taurat, tidak menyembah kepada ilah lain, memelihara hari sabat, melalukan upacara kurban dan merayakan perayaan-perayaan yang sudah ditetapkan serta bersikap adil terhadap sesamanya. Jika persyaratan itu dipenuhi, maka berkat Tuhan akan turun atas mereka, berupa hujan turun pada waktunya, musim panen melimpah, hidup dalam damai sejahtera tidak diganggu oleh musuhnya, umat bisa menikmati hasil pekerjaannya dan Allah akan hadir sebagai pelindung umat-Nya. Namun, jika umat berbuat yang sebaliknya, yang datang adalah kutuk.
Ketaatan dituntut terlebih dahulu, baru kemudian berkat akan ditu­runkan. Bekerja dan berlelah selama enam hari terlebih dahulu, baru hari sabat diberikan. Menabur yang baik terlebih dahulu, baru kemudian menuai kebaikan.
Hal itu dapat kita mengerti, karena Allah masih tinggal di luar umat-Nya. Lambang kehadiran Allah masih dalam wujud Bait Allah yang dibuat manusia. Firman Tuhan masih tertulis di atas loh batu, belum di dalam batin manusia.
Tentunya setelah Kristus datang ke dalam dunia, terjadi perubahan yang total, karena Allah tidak lagi tinggal di Bait Allah, melainkan di dalam diri orang yang beriman kepada-Nya. Firman-Nya tidak lagi tertulis di atas loh batu, melainkan tertulis di dalam batin manusia. Anugerah dan berkat sudah diberikan terlebih dahulu, supaya kita menjadi berkat. —A. Budipranoto
Ada kesadaran baru, kita hidup dalam Kristus, kita sudah menerima
anugerah Allah dan berkat, supaya kita menjadi berkat bagi dunia.