Tentang Sanggar Mitra Sabda

Foto saya
PROFIL Sanggar Mitra Sabda adalah sebuah Lembaga Swadaya Gerejawi, Mitra Gereja/ Lembaga bagi pemulihan relasi dengan Allah; dengan diri sendiri, dengan sesama dan dengan lingkungannya.

Kamis, 05 April 2012

Rekayasa Abdi Allah


Baca: Matius 26:1-5
.. dan mereka me­rundingkan suatu rencana untuk menangkap Yesus dengan tipu muslihat dan untuk mem­bunuh Dia. (Matius 26:4).
Dulu kata “rekayasa“ itu artinya membuat suatu percobaan untuk menghasilkan sesuatu. Sekarang dimengerti negatif, persis seperti kata “oknum” yang juga dimengerti negatif.
Bagaimana jadinya kalau abdi-abdi Allah: imam-imam dan tua-tua bangsa Yahudi mem­buat rekayasa untuk membunuh Yesus, padahal mereka adalah pemimpin-pemimpin agama? Pernahkah kita membuat rekayasa untuk meniadakan Yesus dari hidup kita? Bagaimana bentuknya?
Ketika kita merasa terganggu dengan adanya Yesus. Yesus harus disingkirkan dengan cara membunuh perasaan kita sendiri. Rasa takut kepada Allah dibunuh, rasa berdosa dibunuh sehingga melanggar pe-rintah Allah dianggap perbuatan biasa. Apakah Anda sedang melakukan yang seperti ini?
Hati kita sudah tidak peka lagi terhadap kehendak Allah. Jabatan imam dan tua-tua biarlah tinggal jabatan, yang penting kehendak untuk membunuh Yesus harus jalan. Jadi antara penampilan luar dan hati menjadi tidak sama. Bagaimana mungkin pemimpin agama yang tahu ajaran Allah akan membunuh seseorang yang dianggap sebagai lawan mereka. Awas! penampilan kita apakah sudah selaras dengan hati kita?
Manusia bisa merekayasa, tapi Tuhan memiliki kehendak yang lain. Mereka merekayasa dengan muslihat, tetapi Yesus justru ditangkap terang-terangan di taman Getsemani. Jangan takut dengan rekayasa manusia yang mengancam iman kita. Tuhan mempunyai kehendak yang lebih besar dari rekayasa manusia. –Pdt. Em. Andreas Gunawan Pr.

Setiap rencana untuk meniadakan Yesus akan berhadapan dengan rencana- Nya yang di luar kemampuan untuk kita mengerti.

Rabu, 04 April 2012

Sherpa


Baca: Yohanes 15:1-8
Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barang­siapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohanes 15:5).
Banyak pendaki bermimpi menaklukan gunung tertinggi di dunia Mount Everest. Salah satunya adalah Edmund Hillary. Pada tanggal 29 Mei 1953 jam 11:30 mimpi itu terwujud. Dengan prestasi itu, dia menjadi terkenal, diberi gelar kebangsawanan, Sir, oleh kerajaan Inggris dan membangkitkan semangat para pendaki lainnya untuk mena­klukkan Mount Everest. Apa benar, dia yang pertama kali menginjakan kaki di puncak Mount Everest?
Dalam pendakian ke puncak gunung, biasanya pendaki akan ditemani pemandu/sherpa yang tugasnya mem­bawakan barang, dan berjalan di depan pendaki karena harus menun­jukan jalan yang akan dilewati.
Saat itu, Edmund Hillary memakai jasa Sherpa Tenzing Norgay, seorang penduduk asli Nepal. Ketika pendakian sukses, banyak reporter yang berebut mewawancarai Edmunt Hillary, dan hanya seorang reporter mewawancarai Tenzing Norgay. Ketika reporter bertanya kepadanya, “bu­kankah kamu selalu di depan Edmund, siapa sebenarnya yang pertama kali menginjakan kaki di puncak Mount Everest?” Jawab Tenzing, “me­mang benar aku di depan, tetapi ketika puncak gunung tinggal selangkah aku persilahkan Edmund Hillary melangkah duluan.” “Mengapa?” Tanya reporter itu lagi. Jawab Tenzing, “Edmund lah yang mempunyai mimpi itu.” Tenzing mempersilahkan Edmund melangkah ke puncak terlebih dahulu, karena pendakian itu milik Edmund bukan miliknya.
Hidup bagi Yesus adalah seperti sikap Tenzing. Hidup bagi Yesus, harus berani mematikan ambisi diri karena kita carang, Yesus lah pokok anggur. –Pramudya

Hidupku bukannya aku lagi, tapi Yesus dalamku.

Selasa, 03 April 2012

Hidup Memberi Buah


Baca : Filipi 1:21-24
Tetapi jika aku hidup didunia ini, itu ber-arti bagiku bekerja memberi buah
(Filipi 1: 22).
Bagi kebanyakan orang yang hidupnya masih berpusat pada diri sendiri, apabila menanggung banyak masalah, terutama ma­salah ekonomi atau penyakit, apalagi usia sudah lanjut, ketika dikunjungi, dalam keluhannya minta supaya Tuhan cepat memanggil pulang saja daripada hidup menanggung beban.
Hari ini kita belajar dari pergumulan dan pengalaman Paulus, dimana Kristus sudah menjadi pusat eksistensi kehidupannya, se­hingga maksud dan tujuan hidupnya adalah Kristus, sehingga yang menghidupi dirinya bukan dirinya lagi melainkan Kristus yang ada d idalam dirinya (Galatia 2:20). Pada saat ia ada di dalam penjara di kota Roma (penderitaan), dan ajalnya sudah dekat (apabila divonis hukuman mati), maka ia me­nyatakan bahwa kematian baginya adalah keuntungan, karena itu berarti ia sudah bisa mengalami persekutuan dengan Kristus untuk selamanya di dalam keabadian.
Hidup atau mati bukan pilihannya, ia menyerahkan kepada Dia yang menentukan. Akan tetapi bila ia diberi kesempatan memilih, maka ia akan memilih hidup lebih lama lagi didunia ini. Tapi untuk apa? Siapa yang diuntungkan?
Yang diuntungkan bukan dirinya melainkan jemaat Tuhan yang ia layani, karena kesempatan itu akan ia pergunakan bekerja memberi buah: hidup yang bermanfaat, hidup yang membangun, hidup yang menjadi berkat, sehingga bisa membawa orang kepada pertobatan, meneguhkan iman orang lain dan menghibur mereka yang penat.
Biarlah pergumulan Paulus ini menjadi milik kita sebagai murid Kristus, ketika usia kita sudah lanjut. – A. Budipranoto

Doa : Ya Tuhan, dalam usia lanjut, biarlah aku tidak menjadi beban bagi keluarga atau sesama, melainkan aku bisa bekerja memberi buah. Amin.

Senin, 02 April 2012

Menjadi Tua Adalah…


Baca: Amsal 16:20–33
Siapa memperha­tikan firman akan mendapat kebaik-an, dan berbaha­gialah orang yang percaya kepada TUHAN (Amsal 16:20).
Sering kita mendengar pepatah ilmu padi, “semakin berisi semakin menunduk”. Semakin seseorang berbobot dan berpe-ngetahuan, hendaknya ia menjadi semakin bijak dan rendah hati. Ada pula ungkapan pengharapan bagi anggota keluarga serta sahabat-sahabat saat mereka berulangtahun, “semoga dengan bertambah umur, engkau bertambah sabar dan bijaksana”. Begitulah harapan-harapan kita, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang-orang lain.
Sesungguhnya kitab Amsal telah mem­berikan dasar pengajaran bagi kita untuk menjadi semakin bijak, “Siapa memperhatikan firman akan mendapat kebaikan, dan berbahagialah orang yang percaya kepada Tuhan.”(Ayat 20). Penulis Amsal kemudian menuliskan pentingnya hati yang bijak (ayat 21, 23), akal budi (ayat 22, 23), perkataan yang terkendali (ayat 21, 23, 24), penguasaan diri (ayat 32) serta kesabaran (ayat 32). Kita dapat melihat adanya hubungan antara keberpautan kita pada firman Tuhan dengan kebaikan-kebaikan yang dapat menjadi bagian kita, yaitu hati yang bijak, akal budi, pengendalian diri serta kesabaran.
Apakah kita dengan usia yang semakin bertambah akan semakin mampu menjadi bijak, menguasai diri, sabar, dan sebagainya? Penulis Amsal tidak menjanjikan itu, tetapi ia meyakinkan, “Rambut putih adalah mahkota yang indah, yang didapat pada jalan kebenaran.”(ayat 31). Jadi, bila kita terbiasa menjalani hidup dengan firman Tuhan, menjadi tua adalah kebanggaan karena kita tentu menjadi semakin bijak, berakal budi, menguasai diri dan sabar. – Ocky Sundari

Orang yang bijak akan mewarisi kehormatan,… –Amsal 3:35