Tentang Sanggar Mitra Sabda

Foto saya
PROFIL Sanggar Mitra Sabda adalah sebuah Lembaga Swadaya Gerejawi, Mitra Gereja/ Lembaga bagi pemulihan relasi dengan Allah; dengan diri sendiri, dengan sesama dan dengan lingkungannya.

Rabu, 28 Maret 2012

Sebagaimana Adanya


Baca : Lukas 5 : 27-32
“Aku datang bukan un­tuk memanggil orang benar, tetapi yang ber­dosa, supaya mereka mau bertobat.” (Lukas 5 : 32 ).
Alkisah ada seorang seniman yang ingin membuat lukisan tentang anak yang hilang. Seniman tersebut melihat seorang pengemis lusuh di pinggir jalan dan ia me­minta pengemis tadi untuk datang ke sang­gar lukisnya untuk menjadi model.
Pengemis itu muncul keesokan harinya, tetapi dengan wajah tercukur rapi dan ber­sih. Sangat berbeda dengan pengemis yang berada di pinggir jalan tempo hari. Ketika seniman itu melihatnya, ia menjerit, “Oh tidak, saya tidak bisa menjadikan Anda se­bagai model lukisan saya dengan penampilan Anda yang sekarang ini.”
Sama seperti Allah, Ia meminta kita untuk datang kepada-Nya seba-gaimana adanya kita, mengakui bahwa kita adalah orang berdosa yang tidak layak menerima apapun selain penghakiman. Sederhana memang, tetapi inilah satu-satunya cara agar kita dapat memperoleh pengampunan Kristus yang sudah dibayar-Nya di kayu salib.
Ahli Taurat dan orang Farisi adalah penganut hukum Taurat yang cermat. Mereka berpikir bahawa Allah berkenan kepada mereka karena mereka sudah “bersih.” Karena itu, ketika melihat Yesus makan bersama orang-orang yang mempunyai reputasi jelek, mereka bersungut-sungut. Namun, Yesus menjawab, “Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi yang berdosa, supaya mereka mau bertobat.” Ini merupakan teguran terhadap sikap mereka yang membenarkan diri sendiri. Mereka perlu mengakui dosa mereka, sebelum Yesus dapat menerima mereka juga. –Ridwan Pasca Utomo

Jadi, jika kita butuh diselamatkan atau dipulihkan agar dapat bersekutu kem­bali dengan Allah, bertobat dan datanglah pada Yesus sebagaiman adanya kita. Dia akan mengampuni dosa kita dan membuat kita benar.

Senin, 26 Maret 2012

Persembahan yang Berkenan


Baca : Maleakhi 1:6-14
“Aku tidak suka kepada kamu, firman Tuhan semesta alam, dan Aku tidak berkenan menerima persembahan dari tanganmu.” (Maleakhi 1:10b).
Sebuah pemberian selalu berkaitan dengan si penerima. Secara etika, seseorang akan memberikan sesuatu yang terbaik jika si penerima adalah orang yang ia hormati dan hargai. Sebaliknya, si penerima akan menyambut dengan senang hati pemberian yang didasari oleh kesungguhan dan ketulusan.
Bukan tanpa alasan jika Allah sedemikian marah kepada Israel, sampai Allah menolak persembahan mereka. Apa yang dipersembahkan oleh Israel di mezbah Tuhan telah menghinakan kemuliaan Allah. Persembahan itu berupa: binatang rampasan, binatang timpang, cacat dan sakit. Israel telah menyepelekan Allah. Bahkan persembahan Israel diperbandingkan dengan persembahan orang-orang bukan Yahudi yang mempersembahkan persembahannya dengan sungguh-sungguh (Maleaki 1:11 ). Apa yang tampil dalam bentuk persembahan itu sebenarnya telah mewakili sikap batin mereka terhadap Allah.
Sebenarnya memang telah terjadi krisis iman sejak kepulangan mereka dari pembuangan di Babel. Mereka kecewa setelah tahun-tahun berlalu, kemakmuran yang dijanjikan tak kunjung tiba. Kemarau, panen yang gagal dan kelaparan (3:11) membuat mereka menyangsikan kasih Allah. Mereka tiba pada kesimpulan bahwa orang yang jahat dan percaya pada diri sendirilah yang justru beruntung (3:14-15).
Maleakhi mencela sikap bangsa Israel dan mengingatkan mereka untuk bertobat. Persembahan kita kepada Tuhan dalam bentuk apapun, adalah cerminan dari seberapa besar rasa hormat dan percaya kita kepadaNya. Allah meminta kesungguhan hati yang bergantung pada kuasaNya, sebab Ia sanggup melimpahkan berkat-berkatNya kepada orang yang menghormati dan mengutamakanNya dalam keadaan apapun.
–Pdt. Meyske S. Tungka

Persembahkanlah kepada Tuhan hatimu melebihi hartamu.