Tentang Sanggar Mitra Sabda

Foto saya
PROFIL Sanggar Mitra Sabda adalah sebuah Lembaga Swadaya Gerejawi, Mitra Gereja/ Lembaga bagi pemulihan relasi dengan Allah; dengan diri sendiri, dengan sesama dan dengan lingkungannya.

Sabtu, 02 April 2011

Memanggul Salib

Setiap kali berbelanja di pasar tradisional, saya selalu dibuat kagum oleh keperkasaan para perempuan setengah baya yang menjual jasa dengan memanggul barang belanja para pembeli maupun barang kulakan pedagang. Mereka terlihat perkasa saat memikul atau memanggul beban berat dengan selendang pengikat di pundak yang dililitkan pada punggung.
Memikul atau memanggul adalah mele­takkan beban di atas tubuh, dan ketika Yesus mengatakan bahwa setiap orang yang mengikut Dia harus memikul salibnya setiap hari, artinya kita harus siap me-manggul beban demi Yesus, Mesias dari Allah. [Kata mesias berasal dari kata dalam bahasa Ibrani masyiakh, yang artinya orang yang diurapi. Kata ini sepadan dengan kata khristos dalam bahasa Yunani yang artinya juga yang diurapi. Kita lebih akrab menyapa-Nya, Kristus.]
Yesus adalah Mesias pilihan Allah, Yang diurapi Allah, Anak Domba Paskah yang rela menanggung banyak penderitaan, disalibkan, mati dan bangkit pada hari ketiga untuk menebus dosa manusia. Yesus adalah Kurban terakhir dan paling sempurna bagi penebusan dosa umat manusia. Jika Anda dan saya adalah umat tebusan-Nya, kita seharus­nya mematuhi kehendak-Nya dengan menyediakan diri demi Dia dan memikul salib kita setiap hari. Ini adalah bukti bahwa kita rela mati dan mau memanggul penderitaan demi Yesus Mesias. Inilah kematian yang mengantarkan kita pada kehidupan kekal oleh penebusan Yesus Kristus, Anak Domba Paskah yang diurapi Allah.
Renungan Harian MUSA bulan ini menyajikan tiga puluh renungan yang menuntun kita untuk menilik hati, kehendak dan tindakan kita agar lebih setia, tegar dan rendah hati dalam memikul Salib. Selamat Paskah. —Agus Santosa

Jumat, 01 April 2011

Bukan Aku Lagi

Baca: Lukas 18:11-12
...bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.
Galatia 2:20

Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezina dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku” (Lukas 18:11-12).
Bagaimana perasaan Anda ketika mem­baca doa orang Farisi ini? Mungkin ada yang merasa itu doa yang wajar, karena kenyataan­nya demikian. Tetapi, saya yakin, banyak di antara kita yang merasa neg, berasa mual, mendengar doa semacam itu. Sepintas doa ini kedengaran mengucap syukur, tetapi sebenarnya menyombongkan diri. Doanya lebih berisi pamer diri. Bayangkan hanya satu kali dia menyebut “Mu”, sementara lima kali menyebut “aku”.
Inilah kecenderungan manusia pada umumnya: merasa diri paling baik, paling hebat, paling benar, bahkan di hadapan Tuhan sekalipun. Manusia yang sebetulnya miskin dan papa cenderung menyombong­kan diri dan memuja-muja diri. Betapa ironis, sebab Allah yang begitu berkuasa dan kaya malah begitu rendah hati.
Sering kali kita tergoda untuk unjuk diri, melakukan sesuatu hanya sekadar agar dilihat orang (Matius 23:5). Membangun citra taat dan setia padahal hatinya memendam berbagai rupa-rupa kejahatan.
Paulus mengingatkan kita, “...bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.” Marilah membebaskan diri dari hidup yang hanya berpusat pada aku, agar dapat berpusat ke­pada Kristus, hingga orang yang melihat, tidak merasa neg, melainkan memuliakan Allah. —Liana Poedjihastuti
Ambillah dari diriku segala yang memisahkan diriku dari Dikau.
Berilah kepadaku segala yang mendekatkan diriku kepada
Ambillah diriku dari diriku dan berikanlah seluruh diriku
kepada Dikau. —Doa Santo Nicolaus Von Der Flue


=================================================
Diambil dari Renungan Harian MUSA, Penerbit: Sanggar Mitra Sabda, Jl. Merdeka Utara I-B/ 10; SALATIGA 50714; Telp/Fax: 0298-325176,  E-mail: mitrasabda@yahoo.co.id


Bilamana ingin berlangganan  Rp 4.000,00 per edisi

Kamis, 31 Maret 2011

Pilihan Yang Sulit

Bacaan Alkitab: Filipi 1:21-26
Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus, itu memang jauh lebih baik; tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu.
Filipi 1:23-24

Jika kita lupa minum obat yang diharus-kan, maka menyesal hanya sebentar. Jikalau kita salah jalan, maka memutar arah butuh waktu agak lama, kalau salah potong rambut sehingga terlalu pendek, butuh waktu satu bulan. Tidak naik kelas, harus menunggu setahun. Bagaimana kalau salah pilih pa-sangan hidup? Bisa kecewa seumur hidup dan masalah akan datang silih berganti.
Salah pilih fatal akibatnya. Firman Tuhan memberi nasihat bagaimana memilih yang tepat di antara hal yang terkadang sama-sama pentingnya.
Pikirkan manfaatnya lebih dahulu baru bertindak. Paulus berkata, “Jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah” (ayat 22). Hidup ini anugerah dari Tuhan sehingga tidak boleh kita miliki untuk diri sendiri.
Pilihlah yang terbaik diantara yang baik. Bagi Paulus pergi dan diam bersama Kristus, itu memang jauh lebih baik (ayat 23). Dengan demikian akan terbebas dari semua penderitaannya di dunia ini. Tetapi kalau tugas dari Tuhan masih harus dilanjutkan, yang terbaik harus menjadi prioritas. Masih adakah tugas yang Tuhan percayakan kepada kita? Jangan berhenti sebelum menyelesaikannya.
Pilihlah yang lebih perlu kalau Tuhan masih mau memakai kita. Dalam kondisi apa pun: sakit, kecewa, putus asa jangan sekali-kali meninggalkan Tuhan. Lebih baik kita bergumul apakah yang kita hadapi adalah sebuah tantangan atau ujian iman. Bila kita masih dipakai Tuhan, mengapa memilih yang terburuk? Pikirkan bahwa Tuhan masih memakai kita dan kita masih diperlukan banyak orang. Setuju? —Pdt. Em. Andreas Gunawan Pr.

Pilihan yang sulit adalah sebuah tantangan agar kita
terus naik sampai ke puncak kemenangan.


======================================================
Diambil dari Renungan Harian MUSA, Penerbit: Sanggar Mitra Sabda, Jl. Merdeka Utara I-B/ 10; SALATIGA 50714; Telp/Fax: 0298-325176,  E-mail: mitrasabda@yahoo.co.id


Bilamana ingin berlangganan  Rp 4.000,00 per edisi

Selasa, 29 Maret 2011

Hanya Pada-Mu

Bacaan Alkitab: Lukas 18:35-43
Anak Daud, kasihanilah aku!
Lukas 18:39

Pada bulan Agustus 2010, terjadi kecela­kaan di salah satu tambang emas di Cile, sebuah negara di Amerika Latin. Terowong-an tambang runtuh menutup jalur keluar, sehingga 33 orang penambang terjebak di kedalaman 700 meter. Istri presiden Cile, meminta suaminya terus berjuang menyela­matkan para penambang tersebut. Presiden lalu memerintahkan penyelamatan para pe­nambang dengan biaya berapa pun. Presiden dan istrinya tanpa lelah menggalang dana di negaranya dan seluruh dunia, terjun lang-
sung mengkoordinir usaha penyelamatan, memberi semangat regu pe­nyelamat dan para penambang, ketika berhasil berkomunikasi dengan mereka. Sampai akhirnya para penambang berhasil diselamatkan. Seluruh dunia bersorak dan kagum akan perjuangan sang presiden. Tiga puluh tiga orang adalah jumlah kecil dibandingkan dengan penduduk Cile. Seandainya presiden tidak menyelamatkan 33 orang tersebut, mungkin rakyat Cile dan dunia memakluminya karena sungguh mustahil bisa menyelamatkan 33 orang di kedalaman 700 meter di bawah tanah. Tetapi pilihan tepat presiden telah menyelamatkan para penambang, dan pilihan itu telah pula menjadikan negara Cile terkenal di dunia.
Bagaimana dengan kita? Ada banyak pilihan di depan mata kita. Mana yang akan kita pilih? Si Buta dari Yerikho memilih meminta kesembuhan kepada Yesus, karena dia percaya Yesus adalah pilihan tepat untuk menyembuhkan penyakitnya. Yesus menyembuhkannya, dan ia memuliakan nama Allah. Semua orang yang ada disitu melihatnya dan juga memuliakan Allah. —Pramudya.

Pilihan tepat akan menjadikan hidup bermakna,
pilihan salah akan membuat hidup menderita.


===================================================
Diambil dari Renungan Harian MUSA, Penerbit: Sanggar Mitra Sabda, Jl. Merdeka Utara I-B/ 10; SALATIGA 50714; Telp/Fax: 0298-325176,  E-mail: mitrasabda@yahoo.co.id


Bilamana ingin berlangganan  Rp 4.000,00 per edisi

Senin, 28 Maret 2011

Harga Yang Harus Dibayar

Bacaan Alkitab: 1 Korintus 1:18-31
Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.
1 Korintus 1:18

Kita mendengar ada banyak orang beriman, yang meninggalkan, bahkan mengingkari imannya, demi kedudukan, jabatan, keka-yaan, bahkan cinta. Realitas saat ini, tidak sedikit anak Tuhan, yang rela “menjual” Tuhannya, agar bisa naik jabatan, gampang menempati posisi tertentu dalam pekerjaan, atau bisa menikah dengan seseorang yang dicintai. Mungkin kita bertanya, “Kok begitu mudah seseorang mengingkari iman, hanya sekadar untuk kenikmatan duniawi yang sesaat dan fana?”
Ada begitu banyak orang yang tidak mau “membayar harga”, saat ia memutuskan menjadi anak Tuhan. Mereka ini menganggap bahwa salib adalah suatu kebodohan. Manakala dunia beserta dengan segala kesenan­gannya dapat dinikmati dengan mengingkari “salib”, maka lebih baik lepaskan “salib” itu, kemudian meraih segala kenikmatan serta kesenangan duniawi, daripada harus “membayar harga” dengan memanggul salib.
Memang tak dapat dipungkiri, memanggul salib itu berat dan tidak mudah. Ada harga yang harus kita bayar saat kita mau menjadi anak-anak Tuhan. Mungkin kita menjadi sulit untuk meraih jabatan atau posisi-posisi tertentu dalam pekerjaan kita, mungkin dalam usaha maupun bisnis kita bisa mengalami kendala, atau bahkan kita tidak bisa bersanding dengan orang yang kita cintai karena berbeda iman. Namun percayalah, semua itu tidak akan sia-sia, sebab dengan “harga” yang kita bayar, kita pun akan memperoleh sesuatu yang lebih berharga dari apa pun yang berharga di dunia ini, yaitu keselamatan kekal dalam diri Yesus Kristus. —Pdt. David N. Widi.

Menjadi anak-anak Tuhan berarti mau untuk
“membayar harga” yang mahal.


======================================================
Diambil dari Renungan Harian MUSA, Penerbit: Sanggar Mitra Sabda, Jl. Merdeka Utara I-B/ 10; SALATIGA 50714; Telp/Fax: 0298-325176,  E-mail: mitrasabda@yahoo.co.id


Bilamana ingin berlangganan  Rp 4.000,00 per edisi

Minggu, 27 Maret 2011

Orang Sendiri


Bacaan Alkitab: Matius 13:53-58
Dan karena ketidak-percayaan mereka, tidak banyak mukjizat diadakan-Nya di situ.
Matius 13:58

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai hal-hal berikut. Ketika seorang anak teman yang sedang bertamu memecah­kan gelas minum, kita dengan cepat memberi maaf. Ketika seseorang menolong kita me­nyelesaikan sesuatu saat kita sedang kesulitan, kita segera mengucapkan terima kasih seraya berkata, “Wah untung ada dia.” Kita dengan tulus bisa mengagumi karya dan ide orang lain.Tetapi sikap itu berubah ketika yang melaku­kan hal-hal tersebut justru “orang kita” sendiri, sebagaimana dinampakkan dalam contoh berikut. Ketika istri atau suami atau anak, atau orangtua mengece­wakan kita, misalnya memecahkan gelas, apalagi gelas kristal, kita cepat sekali marah dan memberikan hukuman. Ketika mereka melakukan se-suatu untuk kita, kita lupa berberterima kasih. Ketika orang dekat kita, “orang sendiri” menunjukkan prestasi yang cemerlang, patut dikagumi, kita tidak menghargainya.
Apa akibatnya jika kita tetap berperilaku seperti ini? Kita akan me-ngalami kehidupan yang tidak menyenangkan bersama orang-orang terdekat kita, dan orang-orang terdekat kita tidak mampu menunjukkan prestasi terbaiknya, karena kita tak pernah menghargainya.
Hal semacam ini ternyata juga dialami oleh Yesus. Mereka kecewa sebab Yesus (yang prestasinya hebat itu) itu ternyata “orang sendiri”! Akibatnya, karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mukjizat diadakan-Nya di situ (ayat 58, Markus 6:5). Mari kita mulai lebih menghargai orang-orang terdekat kita, sebagai ungkapan syukur kita kepada-Nya. —Yahya Wardoyo.

doa: Tuhan, ajari hamba-mu ini bisa menghargai orang-orang dekat
kami, mensyukuri kehadiran mereka, karena hanya dengan
demikian hamba-mu bisa mensyukuri karunia-mu. amin.


==================================================================
Diambil dari Renungan Harian MUSA, Penerbit: Sanggar Mitra Sabda, Jl. Merdeka Utara I-B/ 10; SALATIGA 50714; Telp/Fax: 0298-325176,  E-mail: mitrasabda@yahoo.co.id


Bilamana ingin berlangganan  Rp 4.000,00 per edisi