Tentang Sanggar Mitra Sabda

Foto saya
PROFIL Sanggar Mitra Sabda adalah sebuah Lembaga Swadaya Gerejawi, Mitra Gereja/ Lembaga bagi pemulihan relasi dengan Allah; dengan diri sendiri, dengan sesama dan dengan lingkungannya.

Sabtu, 01 Oktober 2011

Cara Istimewa


Baca: Yeremia 32:27
“Sesungguhnya, Akulah TU­HAN, Allah segala makhluk; adakah sesuatu apa pun yang mustahil untuk-Ku?” (Yeremia 32:27).


Seorang janda kebingungan mencari tanda terima pembayaran hutangnya. Dia sudah mencari di semua almari dan laci yang ada di rumahnya, tetapi tanda terima itu tidak juga ditemukan. Dua hari yang lalu penagih hutang datang ke rumahnya dan memak­sanya untuk membayar hutangnya. Padahal dia sudah membayarnya. Penagih hutang meminta dia menunjukkan tanda terima pelunasan hutangnya, tapi saat itu ia tidak bisa menunjukkan tanda terima tersebut. Penagih hutang tak mau tahu. Baginya yang penting bukti. Jika tak ada bukti, maka berarti ia belum membayar. Janda itu meminta waktu beberapa hari untuk mencari kuitansi itu. Bisa dimengerti betapa cemas janda itu karena kuitansi tersebut belum ditemukan. Dalam keputusasaan itu ia berlutut, berdoa memohon pertolongan Tuhan.
Pada saat itu dua ekor kupu-kupu yang indah terbang memasuki rumahnya. Anak janda itu yang melihat kupu-kupu itu mengejar dan berusaha menangkapnya. Kupu-kupu itu jatuh di belakang sebuah peti. Si anak lalu memindahkan peti itu… dan di tempat tersebut kuitansi yang sedang dicari ibunya tergeletak.
Betapa gembira janda itu. Ia dan anaknya berlutut mengucap syukur. Pada waktu penagih hutang datang, janda itu menunjukkan tanda terima lengkap dengan tanda tangan pemberi hutang. Tuhan mendengar doa janda itu dan memakai kupu-kupu untuk menolongnya (ide ceritera Pdt. Nehemiah Mimery).
Sesungguhnya, Allah selalu punya cara istimewa untuk menolong kita. Tiada yang mustahil bagiNya. Karenanya, jangan berkecil hati. Percaya saja. —Liana Poedjihastuti

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. –Filipi 4:6

Jumat, 30 September 2011

Mana Yang Lebih Dipercaya


Baca: Kisah Para Rasul 27:1-13
Tetapi perwira itu lebih per­caya kepada jurumudi dan nakhoda dari pada kepada perkataan Paulus (Kisah Para Rasul 27:11).


Ketika orang Kristen bertumbuh menjadi anggota jemaat yang kritis, maka pergi ke gereja bukan lagi untuk “mencari Tuhan’, tetapi juga mencari ”hamba Tuhan” yang khotbahnya “bisa didengar” dan diurapi Roh Kudus, bukan sekedar berkhotbah.
Paulus percaya kepada Tuhan Yesus, se­hingga ia memperingatkan bahaya yang ada dalam pelayaran di kapal saat itu. Tetapi sayang suara Paulus tidak didengar. Maka terjadilah musibah! Orang Kristen yang berpegang kepada firman Tuhan akan mempunyai keberanian untuk menyatakan kebenaran dan menasihati orang lain. Kita bisa mengala­minya juga, syaratnya:
Miliki komitmen untuk setia kepada panggilan Tuhan. Paulus, sejak mengalami perjumpaan dengan Tuhan Yesus yang bangkit dan hidup, tidak pernah ingkar dalam melaksanakan tugas panggilannya untuk memberitakan Injil. Di depan raja Agripa, ia berani berkata :”.. kepada penglihatan yang dari sorga itu tidak pernah aku tidak taat” (Kisah Para Rasul 26:19).
Miliki visi hidup yang jelas sebagai pengikut Kristus. Tidak ada yang bisa membelokkan Paulus, karena ia sudah berjanji ”aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku….” (Kisah Para Rasul 20:24).
Firman yang mendalam akan memunculkan hikmat dalam mem­beri nasihat. “dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian“ itulah hikmat (Amsal 2:6). Sudahkah dari mulut kita juga keluar nasihat, kata-kata hikmat dan ucapan yang memberkati orang lain? —Pdt. Em. Andreas Gunawan Pr.

Dunia kita saat ini membutuhkan orang-orang percaya yang dapat diper­cayai kata-kata dan perbuatannya.

Kamis, 29 September 2011

Memikul Salib


Baca: Lukas 9:23
Kata-Nya kepada mereka semua: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memi­kul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.”
(Lukas 9:23).


Teman saya, seorang anggota komisi lansia, menderita sakit sudah lama tak kunjung sembuh. Tadinya ia seorang aktivis gereja. Di tengah sakitnya terdengar ia mengeluh: “Yaah, hitung-hitung pikul salib.”  Saya membatin “Apa ya, yang begini ini yang na­manya pikul salib?” Apakah seorang kristen yang menanggung sakit dan musibah selalu berarti sedang pikul salib? Menurut saya, bukan, sebab saya tahu sakit teman saya itu antara lain karena pola hidupnya yang tidak sehat dan ia juga tidak disiplin berobat.
Yesus memikul salib, apa artinya? Artinya Ia menanggung sengsara dalam upaya menyelamatkan umat manusia. Dan apa maksud Yesus ketika Ia bersabda: “Pikullah salibmu dan ikutlah Aku.”? Kalau salib bagi Kristus artinya “sengsara demi menyelamatkan umat manusia”, maka kira-kira begitu jugalah yang Ia maksudkan ketika Ia bersabda “Pikullah salibmu dan ikutlah Aku”, yaitu bersedia berkorban (bahkan menang­gung sengsara) untuk kepentingan orang lain, mengikut teladan Yesus. Jadi, bukan tiap musibah yang kita alami bisa disebut sebagai “pikul salib”, sebab ada banyak musibah dan masalah di mana kita tercebur di dalamnya, yang bukan demi kepentingan orang lain, melainkan demi kepentingan kita sendiri, dan sering sebagai akibat kesalahan yang kita buat sendiri.
Injil Lukas 9:23 menegaskan, urut-urutan untuk mengikut Yesus adalah menyangkal diri (menjauhkan diri dari mementingkan diri), memikul salibnya (bersedia berkorban untuk kepentingan orang lain) barulah dapat dikatakan mengikut Yesus. —Yahya Wardoyo

Bersediakah kita menyangkal diri, memikul salib setiap hari dan mengikut Dia?

Rabu, 28 September 2011

Dibangkitkan Dalam Kemuliaan


Baca: 1 Korintus 15:42-44.
Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah (1 Korintus 15:44).

Alkitab menyatakan adanya dua macam tubuh, yaitu tubuh alamiah dan tubuh ro­haniah. “Tubuh alamiah” ialah keberadaan selama di dunia ini, yang pada hakikatnya lemah, hina dan pasti binasa. Lemah, karena sangat rentan terhadap sakit-penyakit dan marabahaya yang sewaktu-waktu dapat me­nyerang dan membuat tak berdaya. Lemah, karena dikuasai oleh berbagai keterbatasan dan ketidakmampuan untuk melawan atau­pun menahan beban persoalan dan penderi­taan, sehingga dibayang-bayangi kebinasaan. Hina, karena begitu mudah tergoda untuk melakukan hal-hal yang dipengaruhi oleh nafsu manusiawi dan duniawi yang berlawanan dengan perintah Tuhan. Sedang “tubuh rohaniah” ialah yang akan kita terima sesudah kebangkitan, yang sifatnya penuh kekuatan, kemuliaan dan ketidak-binasaan.
Dengan demikian, melalui kebangkitan, akan terjadi transformasi keberadaan dan kehidupan secara radikal dan total. Sama seperti Kristus yang dalam keadaan tubuh alamiah telah mengalami kelemahan, kehi­naan dan ketertaklukan kepada kematian, namun melalui kebangkitan- Nya menerima kemuliaan surgawi dari Allah Bapa, demikian juga kita yang percaya kepada Kristus, pasti akan dibangkitkan dari kematian, meninggalkan tubuh alamiah dan mengenakan tubuh rohaniah yang baru, yang penuh kekuatan, kemuliaan dan ketidakbinasaan itu.
Janji akan dikaruniakan-Nya “tubuh rohaniah” itu semoga men­jadi sumber kekuatan, penghiburan dan pengharapan kita dalam menjalani kehidupan yang penuh ketidakpastian dan kekuatiran ini. —Pdt. Em. Sutarno

Doa : Terima kasih, Tuhan, oleh kematian dan kebangkitan Kristus Engkau menjanjikan suatu kehidupan yang baru bagi kami, yang bebas dari segala kelemahan, kehinaan dan kebinasaan. Mampukan kami mempercayai dan memegangi janji- Mu itu, sehingga kami dengan tabah dan rasa damai se­jahtera menjalani kehidupan ini. Amin

Selasa, 27 September 2011

Tetap Tegar Di Dalam Tuhan

Baca: Ibrani 12:3
Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, su­paya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa
(Ibrani 12:3).

“Jalan hidup tak selalu tanpa kabut yang pekat; namun kasih Tuhan Nyata pada wak­tu yang tepat,…” Sebaris syair dari sebuah lagu rohani ini mengingatkan kepada kita sekaligus menunjukkan kepada kita bahwa ada sebuah realita kehidupan di mana kita selalu diperhadapkan pada berbagai perma­salahan, kesulitan, kebimbangan, keraguan dan tekanan hidup. Terkadang kita merasa tidak sanggup lagi untuk menghadapi semua ini, dan jika kita mengikuti perasaan ini, maka kita akan jatuh ke dalam keputusasaan. Dan jika kita putus asa, itu berarti kita mengingkari keberadaan Tuhan dengan segala kasih-Nya yang senantiasa menyertai kita di sepanjang hidup kita.
Lagu itu tidak hanya mengingatkan kita bahwa hidup di dunia ini penuh dengan masalah, tetapi juga mengingatkan kita bahwa kasih Tu­han pasti datang pada waktu yang tepat. Karena itulah kita tidak perlu berkecil hati atau patah semangat menghadapi tantangan hidup.
Apakah Anda sedang mengalami masalah dan dalam tekanan berat saat ini? Teladanilah Kristus yang yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa (Ibrani 12:3). Mintalah kekuatan dari Tuhan Yesus dalam menghadapi semua permasalahan hidup niscaya kita akan menjadi kuat dan tetap tegar dalam meng­hadapi badai kehidupan ini. Sesungguhnya Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu (Ratapan 3:22-23). —Darmanto

Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, na­mun tidak putus asa –2Korintus 4:8