Tentang Sanggar Mitra Sabda

Foto saya
PROFIL Sanggar Mitra Sabda adalah sebuah Lembaga Swadaya Gerejawi, Mitra Gereja/ Lembaga bagi pemulihan relasi dengan Allah; dengan diri sendiri, dengan sesama dan dengan lingkungannya.

Sabtu, 21 Januari 2012

Menghargai Yang Nampak Biasa


Baca: Kejadian 1:1-31
Maka Allah melihat segala yang dijadikan- Nya itu, sungguh amat baik…
(Kejadian 1:31).
Ketika bermaksud menancapkan paku dengan sebuah palu, seorang pria me­lukai jempol tangannya sendiri saat puku­lannya meleset. Mendengar hal itu seorang temannya bermaksud ber-empati dengan mengatakan “Kau sedang sial rupanya.” Anehnya pria itu menjawab, “Tidak, aku tidak sial. Aku justru merasa beruntung, karena dengan kejadian itu aku menjadi bisa menghargai jempol tanganku. Sebelumnya aku tidak menyadari betapa bernilainya jempol tanganku ini. Pada hari pertama setelah kecelakaan itu, aku menghitung, ternyata ada 257 hal yang aku gunakan dengan jempolku setiap hari. Tanpa adanya kecelakaan itu, aku mungkin tidak akan pernah menyadari bertapa penting jempol tanganku.” (Sunshine).
Acapkali kita juga seperti pria itu. Kita tidak pernah atau jarang menghargai sesuatu sampai kita kehilangannya. Misalnya anggota tubuh kita, pasangan kita, orang tua, anak, saudara, pekerjaan, harta benda, bahkan sampai pembantu rumah tangga yang kita punyai. Semua itu kita anggap sewajarnya dan sudah sepantasnya kita miliki. Kita jarang mengucap syukur kepada Tuhan atas karunia-Nya itu. Ketika hal-hal itu tidak ada, kita baru merasa kehilangan karena menyadari fungsinya.
Marilah kita belajar menghargai hal-hal yang nampaknya biasa-biasa saja yang dianugerahkan Tuhan kepada kita. Jangan tunggu sampai semuanya hilang dari genggaman kita. Ketika kita mau merenung sejenak, sesungguhnya semua karunia Tuhan itu tak ada yang biasa-biasa saja. Semuanya sungguh istimewa sebab Tuhan itu luar biasa. –Liana Poedjihastuti

Mari kita mensyukuri semua karunia Tuhan dalam hidup kita dan memeli­haranya.

Jumat, 20 Januari 2012

Gelas Setengah Isi


Baca: Filipi 4:8
Jadi akhirnya, saudara-sauda­ra, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu (Filipi 4:8).
Apa pendapat Anda tentang gambar di bawah? Menurut Anda gelas itu berisi penuh atau hanya berisi setengah? Jikalau kita hanya melihat dan mengartikan bahwa yang dimaksud isi hanyalah air, maka benar bahwa gambar di atas hanya berisi air sete-ngah saja. Namun jika kita berpikir bahwa selain dari air ada udara yang memenuhi gelas tersebut, maka gambar di atas adalah berisi penuh.
Dalam perenungan, kita sering terjebak pada hanya memikirkan permasalahan-permasalahan yang menjadi beban hidup kita, sehingga yang terjadi adalah bahwa nampaknya hidup kita hanya berisi dengan permasalahan. Kita tidak biasa melihat isi yang lain dari ruang kehidupan kita, karena memang pikiran dan hati kita tertutup untuk itu. Akibatnya tidak mu­dah bagi kita untuk bersyukur. Padahal sesungguhnya ada sukacita dan damai sejahtera di dalamnya. Pikiran kita terbelenggu dalam kesesakan. Sama seperti ketika kita melihat sebuah gelas setengah isi.
Marilah kita sekarang membuka hati dan pikiran kita untuk mampu melihat isi lain yang memenuhi kehidupan kita, bukan hanya beban permasalahan melulu. Selanjutnya penuhilah pikiran dan hati kita untuk semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji (Filipi 4:8).
Sudah terbukakah hati dan pikiran kita dalam melihat cawan kehidupan kita? Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan meme­lihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus (Filipi 4:7) –Darmanto

Doa: Tuhan, bukalah hati dan pikiran hamba sehingga hamba mampu melihat cawan kehidupan hamba secara penuh.

Kamis, 19 Januari 2012

Tuhan Beserta Kita


Baca: Keluaran 16:1-36
“… Akulah Tuhan, Allahmu.” (Keluaran 16:12).
Akhir-akhir ini terasa cuaca berubah ekstrim. Jika musim panas terasa panas sekali, jika musim hujan terjadi hujan lebat dan angin kencang. Akibatnya musim panen gagal, banjir dan kekurangan pangan mulai terjadi di banyak daerah. Perubahan cuaca tersebut terjadi karena ulah manusia sendiri yang merusak alam: menebang pohon, me­makai pupuk dan obat-obat kimia sehingga tanah menjadi tandus, dan sebagainya.
Dalam sebuah kesempatan saya ikut ke­giatan pemerhati lingkungan dan masalah sosial melihat kebun sorgum/cantel di Gunung Kidul. Di situ saya men­cicipi beberapa macam makanan terbuat dari tepung sorgum. Ternyata rasanya lebih enak dibanding dengan tepung lainnya. Di kebun tersebut ternyata sorgum tumbuh subur di tanah kering dan tandus. Saya ber­tanya kepada seorang Romo, pemimpin proyek, mengapa sorgum bisa hidup di tanah seperti itu. Romo menjelaskan bahwa sorgum hidup dari unsur Nitrogen dan air yang ditangkap dari udara sekitarnya, sehingga sorgum tidak lagi butuh siraman air. Jadi sorgum cocok untuk dijadikan bahan pengganti beras guna mencukupi kebutuhan pangan masyarakat. Di samping itu batang sorgum mengandung kadar gula melebihi tebu, dan bisa digunakan sebagai makanan ternak.
Pengalaman itu mengingatkan saya akan penyertaan Tuhan di setiap langkah kehidupan kita, walaupun seringkali dengan sadar atau tidak sadar kita telah membuat persoalan. Carilah solusi mengatasi persoalan secara kreatif bersama Tuhan. Jangan cengeng dan senang menggerutu. Percayalah, Tuhan tidak tinggal diam. – Pramudya

Tuhan tetap ada bersama kita.

Rabu, 18 Januari 2012

Di Perbatasan


Baca: 2 Raja-Raja 7:3-7
Lalu pada waktu senja bangkitlah me-reka masuk ke tempat perkemahan orang Aram,…tampaklah ti­dak ada orang di sana (2 Raja-Raja 7:5).
Adalah empat orang kusta berada di depan pintu gerbang kota Samaria yang sedang dikepung tentara Aram. Ke­empat orang kusta itu harus membuat pilihan kemana mereka akan memperta-hankan hidup: masuk kota Samaria berarti kelaparan. Duduk-duduk di pintu gerbang kota berarti menunggu mati. Sedangkan masuk ke perkemahan tentara Aram hasilnya untung-untungan, bisa tetap hidup atau mati. Akhirnya mereka memilih masuk ke wilayah musuh. Ternyata perkemahan itu penuh dengan makanan dan harta benda yang ditinggalkan begitu saja karena Allah telah memporak-porandakan tentara Aram.
Hidup ini adalah pilihan. Kita sedang melewati perbatasan antara tahun 2011 dan tahun 2012, apakah yang akan Anda lakukan?
Ragu-ragu mengambil keputusan tidak akan ada perubahan. Bila tetap di perbatasan pintu gerbang kota Samaria, keempat orang kusta itu akan mati. Jangan meniru yang ini, kita tidak akan maju berkembang lebih baik. Meratapi penderitaan tidak akan mengubah kehidupan.
Mulailah dari nol, tapi bukan pergi ke tempat yang kosong. Ma­suk kota Samaria berarti kelaparan. Lihatlah masa depan bukan dengan pandangan yang kosong. Lebih baik mulai dari nol bersama Tuhan dan nantikan keajaiban-keajaiban yang akan dikerjakan-Nya.
Hadapi hari-hari hidup kita dengan pilihan yang bijak. Pergi ke wilayah musuh berarti tantangan baru. Melangkah dengan perhitungan yang cermat, bijak dan penuh hikmat TUHAN hasilnya akan men­datangkan campur tangan Allah. Sudahkah Anda menyusun rencana di tahun ini bersama dengan Allah? –Pdt. Em. Andreas Gunawan Pr.

Di perbatasan hidup ini hanya ada tiga pilihan: mundur, berhenti atau maju terus menatap hari esok dengan lebih berani.

Selasa, 17 Januari 2012

Tuhan Tidak Membiarkan Kita


Baca: Roma 8:26-28
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk men­datangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia... (Roma 8:28).
Kita percaya, bahwa Allah itu Mahakuasa dan Mahabisa. Selain itu juga Ma­hakasih dan Mahapenyayang. Oleh sebab itu, kita percaya, atau setidak-tidaknya ber­pengharapan, kalau kita berseru meminta tolong dan bantuan dari pada-Nya, Dia pasti akan mengabulkan dan memenuhi permo­honan kita itu. Bukankah Tuhan Yesus juga sudah berfirman, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu” (Matius 7:7). Namun, dalam pengalaman hidup keimanan kita, ternyata sering tidak terjadi yang demikian. Kita sudah berdoa dan memohon kepada-Nya berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan bertahun-tahun, namun apa yang kita mohonkan itu masih belum terpenuhi. Dalam hal ini pintu yang kita ketok itu masih terus tertutup, dan apa yang kita cari itu masih tetap belum kita temukan.
Dalam keadaan penantian yang penuh ketidak-pastian itu kita dikejutkan oleh pernyataan Paulus yang berbunyi, “kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa” (Roma 8:26). Artinya, Paulus mengingatkan kita, bahwa kita itu sebenarnya sering tidak tahu, apakah yang kita mohon dalam doa itu benar atau keliru, sesuai dengan kehen­dak Allah atau tidak? Syukur kepada Tuhan, sebab Dia berkenan “turut bekerja dalam segala sesuatu”, termasuk persoalan dan kesulitan yang tengah atau akan kita hadapi, “untuk mendatangkan kebaikan” bagi kita. Mungkin doa kita tidak terjawab dan terpenuhi sesuai keinginan kita, namun kita harus yakin bahwa kita akan tetap “baik-baik” saja. –Pdt. Em. Sutarno

Doa: Tuhan, buatlah kami tetap percaya kepada-Mu, meski apa yang kami mohon belum atau tidak Kau-kabulkan, karena Engkau pasti mampu men­jadikan apa yang kami alami tetap membuahkan kebaikan bagi kami. Amin.