Tetaplah Menjadi Terang
Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi
(Matius 5:14).
Seorang anak perempuan kecil sedang berjalan-jalan dengan kakeknya. Mereka tiba di depan sebuah rumah yang halamannya penuh dengan bunga mawar. Sambil menarik nafas dalam-dalam anak kecil itu berkata, “Kek, alangkah indahnya bunga mawar itu, harum lagi. Dapatkah kakek mencium wanginya?”
Belum sempat sang kakek menjawab, terdengar suara, “Ambillah sebanyak yang kau inginkan, Nak”. Ternyata itu adalah suara pemilik rumah, seorang nenek tua yang sedang duduk di beranda.
Kakek dan cucunya masing-masing memetik satu tangkai mawar merah dan mengucapkan terima kasih kepada nenek tua itu sembari memuji keindahan bunga mawarnya. Kata nenek itu, “Aku menanam bunga-bunga ini untuk membuat orang lain senang. Aku sendiri tidak bisa melihat bunga-bunga itu lagi karena sudah beberapa tahun ini penglihatanku hilang karena penyakit yang kuderita”.
Betapa mulia hati si nenek. Dia masih memikirkan orang lain.
Pada umumnya, orang yang tidak memiliki sesuatu, menginginkan orang lain juga tidak boleh memilikinya. Tidak demikian dengan si nenek.Meski dirinya tidak lagi bisa menikmati keindahan bunga mawar, dia tidak mencegah orang lain untuk melihatnya. Dia malah sengaja menanam mawar itu untuk dinikmati orang lain. Meski nenek itu buta, tidak bisa melihat terang, tetapi yang istimewa adalah dia malah bisa menjadi terang, menyinarkan kebaikan.
Saat ini mungkin kita juga memiliki keterbatasan (fisik, keuangan, dll). Janganlah kiranya itu menghalangi kita untuk berbuat kebaikan bagi sesama.
-Liana Poedjihastuti-
Keterbatasan kita justru bisa mendorong kita untuk menjadi terang yang memancarkan kasih kita kepada sesama agar nama Tuhan semakin dimuliakan.