Tentang Sanggar Mitra Sabda

Foto saya
PROFIL Sanggar Mitra Sabda adalah sebuah Lembaga Swadaya Gerejawi, Mitra Gereja/ Lembaga bagi pemulihan relasi dengan Allah; dengan diri sendiri, dengan sesama dan dengan lingkungannya.

Sabtu, 24 September 2011

Jangan Ada Dusta

Baca: Bilangan 23: 13-20
Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta… Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya? (Bilangan 23:19).

Tempe bukan lagi makanan rendah dan hanya untuk kalangan sederhana. Di za­man ini tempe diyakini sebagai makanan yang bergizi. Kata “tempe” sering dipinjam untuk menyatakan kebohongan. “Esuk dele, sore tempe”, artinya pagi berupa kedelai, sore sudah berubah menjadi tempe. Lalu pada malam hari dijual sebagai tempe pe­nyet (tempe ditekan dan dibumbui pedas). Itulah sindiran untuk orang yang mudah berubah-ubah perkataan atau janji. Allah bukan manusia, apa yang disabdakan-Nya pasti terjadi.
Allah tidak berdusta dan tidak dapat didustai. Dapatkah kita me­nyembunyikan apa yang ada di dalam hati nurani kita? Manusia bisa membohongi sesamanya bahkan dirinya sendiri, namun ia tidak bisa membohongi Allah. Belajarlah dari Ananias dan Safira yang mencoba membohongi Allah namun berakhir dengan kematian (Kisah Para Rasul 5:1-11). Jangan ikuti musibah mereka!
Satunya kata dengan perbuatan, satunya mulut dengan tindakan. Kalau Allah berfirman, maka yang disabdakan pasti akan dilaksanakan- Nya. Kita yang mengamininya jangan bimbang dan ragu untuk percaya dengan sepenuh hati. Firman Tuhan bukan hanya untuk dibaca, tapi diimani sepenuh hati.
Ada berkat yang tersedia bagi yang percaya “dan apabila Dia memberkati, maka aku tidak dapat membalikkannya” (ayat 20). Yang sudah terjadi tidak bisa ditarik kembali. Yang benar-benar percaya pasti akan diberkati dan berkat itu tidak akan mungkin ditarik kembali. Allah kita konsekuen dengan yang diucapkan-Nya. Percayalah dan jangan bimbang lagi! —Pdt. Em. Andreas Gunawan Pr.

Orang yang hanya mencoba-coba firman Allah tidak akan pernah mendapat­kan berkat-Nya.

Jumat, 23 September 2011

Berikan Yang Terbaik

Baca: Yohanes 12:3
Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu (Yohanes 12:3).


Ia adalah organis sebuah gereja di Jakarta, rumahnya jauh, ditempuh dengan tiga kali naik kendaraan umum, dengan sendiri, namun dia melakukan tugasnya dengan setia. Saat bertugas ia hadir paling awal. Usianya masih 18 tahun ketika pertama kali melayani sebagai organis. Saat ini usianya 52 tahun, jadi ia telah melayani selama 33 tahun, dan tidak pernah ada kata bosan untuk terus melayani. Pekerjaannya sehari-hari adalah memberikan kursus musik dari rumah ke rumah.
Apa rahasia kesetiaan pelayanannya? Kesempatan, daya - usaha, serta doa. Itu tiga resep orang beriman. Kesempatan adalah suatu momentum yang harus dipergunakan, karena kesempatan itu tidak pernah datang kedua kalinya. Namun kesempatan itu bukan hanya faktor kebetulan, tetapi kita harus memandangnya bahwa Tuhan mau memakai kita. Siapakah si organis itu di tengah gereja besar yang penuh dengan sumber daya manusia? Tetapi ia terus berusaha meningkatkan ketrampilannya. Ia tidak minder dan merasa dirinya kecil. Dan doa adalah faktor yang tidak boleh dilupakan, karena Tuhan akan terus memperlengkapi kita, sekecil apapun talenta kita kalau mau diberikan kepadaNya.
Perempuan yang mengurapi Yesus dengan minyak narwastu sadar, saat itu adalah kesempatan dan ia tidak menyia- nyiakannya. Ia mengambil minyak narwastu miliknya yang mahal harganya sebagai ungkapan ka­sihNya. Meski ada orang yang mencelanya, ia tidak mundur karena ia yakin dengan apa yang diperbuatnya. Hasilnya, Yesuspun menerima apa yang dilakukannnya. —Pdt. Agus Wiyanto

Jangan terpaku pada apa yang dikatakan orang tentang diri Anda, tetapi berilah apa yang dapat Anda lakukan dalam pelayanan gereja Anda.

Kamis, 22 September 2011

Bongkar Pasang


Baca: 2 Timotius 3:16
Segala tulisan yang diilham­kan Allah memang berman­faat untuk menyatakan kesalahan, untuk memper­baiki kelakuan…
(2 Timotius 3:16).


Manakah yang lebih diminati, firman yang penuh berkat ataukah yang siap mem­bongkar hidup? Bisa ditebak jawabannya. Kebanyakan orang lebih menyukai diberkati ketimbang membiarkan hidupnya dibong­kar. Kalau bisa tetap diberkati tapi tetap menutup rapat-rapat hidup. Artinya, kita ingin Tuhan tidak usah melihat keadaan hidup kita yang sesungguhnya.
Alkitab menjelaskan bahwa hidup yang selaras firman adalah hidup yang terbuka. Artinya tidak ada bagian hidup yang disembunyikan khususnya terhadap dosa dan kesalahan. Jika daging menutupi, maka firman membongkar.
Ketika hidup seseorang berada dalam terang firman, maka terjadi trans­formasi di dalamnya. Bagian hidup yang paling dalam dan tersembunyi diterangi dan dibarui sehingga mata jasmani dan rohani menjadi terang melihat perbedaan benar salah, baik buruk. Itulah maksud firman yang mengatakan bahwa segala tulisan yang diilhamkan (Alkitab) bermanfaat untuk menyatakan kesalahan ( 2 Timotius 3:16). Ia membongkar bagian hidup yang bertentangan dengan kebenaran dan kekudusan Tuhan. Saat firman bekerja acapkali memang tidak mudah, sakit, tersinggung, marah, dan lain-lain. Tapi bila diterima dengan hati yang tulus, inilah yang mengubah kehidupan menjadi indah dalam pandangan Tuhan. Ya, firman Tuhan tidak hanya membongkar kesalahan-kesalahan kita tetapi juga memperbaiki kelakukan (ayat 16). Firman memang melukai, tetapi seperti tangan dokter yang membuang tumor untuk menyembuhkan, fir­man mengubah hidup kita sesuai dengan kehendak-Nya. —SIMPEI HUGO

Hanya firman yang mampu membongkar kesalahan dan memperbaikinya.

Rabu, 21 September 2011

Firman dan Pertumbuhan Sikap

Baca: Mazmur 119:111-132
Itulah sebabnya aku men­cintai perintah-perintah- Mu lebih dari pada emas, bahkan dari pada emas tua. Itulah sebabnya aku hidup jujur sesuai dengan segala titah-Mu; segala jalan dusta aku benci
(Mazmur 119 :127-128).


Dewasa ini, sulit sekali mencari orang jujur. Salah satu alasannya adalah karena takut akan manusia. Takut ditolak, takut direndahkan, takut ditanggapi negatif, takut dianggap tidak berpihak, takut dilawan. Tetapi yang tidak kita sadari, perilaku ini berarti mem­biarkan orang lain membentuk diri kita, bu­kan Tuhan. Kita akan lebih mengutamakan kompromi dari sisi akal manusia, sehingga akhirnya kita makin menyimpang dari apa yang Allah inginkan atas hidup kita.
Bergaul dengan firman secara teratur dan mendalam akan menum­buhkan jati diri dan sikap yang benar di dalam kita. Sikap benar terhadap sesama tumbuh sebagai akibat sikap kita terhadap firman Allah, membuat karakter kita mengalami pertumbuhan yang baik dan benar.
Sikap benar apa yang akan tumbuh sebagai akibat dari bergaul akrab dan menaati firman? Hati kita akan condong pada apa yang dinilai baik dan mulia. Jika firman menjadi harta pusaka kita, maka kita akan me­minati keputusan Allah, membenci sikap bercabang hati. Kita akan lebih gentar terhadap Allah daripada terhadap orang yang melawan Allah.
Kebiasaan membaca dan merenungkan firman membuat kita mam­pu melihat kepalsuan orang fasik. Penilaian Allah menjadi penilaian kita. Sikap kita mengalami pemurnian. Tindakan kita makin serasi dan sesuai dengan kehendak Allah. Untuk tiba pada kondisi demikian diperlukan proses panjang dan tekun, serta pergumulan seumur hidup kita. Disiplin membaca-gali Alkitab merupakan cara yang tepat untuk membentuk sikap itu. Selamat bertumbuh. —Prihanto Ngesti Basuki

Dibekali pemahaman firman, kita akan terlibat tidak dengan “membunglon”, tetapi membawa pengaruh positif dari kebenaran Tuhan.

Selasa, 20 September 2011

Apa Masih Kurang?


Baca: 2 Korintus 5:16-21
Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama su­dah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang ( 2 Korintus 5:17).

Pada hari Paskah yang lalu pak Nyoto menerima sakramen Baptis Kudus dan Sidi menandai langkahnya menjadi orang kristen. Usianya tidak muda lagi, sudah hampir 70 tahun. Tetapi ketekunannya dalam mengi­kuti katekisasi, terlebih lagi kemantapannya dalam mengambil keputusan untuk meneri­ma Tuhan Yesus sungguh patut diteladani.
Melihat semua itu, seorang teman, yang sudah jauh lebih dulu menjadi orang per­caya, bertanya dengan maksud meledek pak Nyoto.
“Wah, sekarang sudah jadi orang kristen. Rajin dan semangat lagi. Apa kamu hafal Doa Bapa Kami?” Dengan tersipu pak Nyoto menjawab: “Dulu pernah diajari waktu katekisasi, tapi sekarang sudah lupa.” “Siapa nama murid-murid Tuhan Yesus?” sergah sang teman lagi. Dengan nada pelan pak Nyoto menjawab: “Nama murid Tuhan Yesus pun dulu per­nah diberitahu, tapi sekarang sudah lupa.” Si teman terus mencecarnya: “Kalau nama-nama kitab dalam Alkitab?” “Yah, namanya orang sudah tua, gampang lupa.” Jawab pak Nyoto.
Lalu sang teman menyahut dengan suara meninggi: “Lho, bagaimana kamu ini. Katanya sekarang jadi orang Kristen. Tapi Doa Bapa Kami, nama murid Yesus, nama kitab lupa. Apa yang kamu tahu?” Tetap de-ngan tenang pak Nyoto menjawab: ”Memang semua tadi aku tak ingat, tak tahu. Tapi satu yang aku tahu, dulu, aku seorang yang bejat. Sekarang, setelah menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat, aku mulai belajar hidup yang benar, perhatian kepada keluarga, menjadi suami dan ayah yang bertanggungjawab. Cuma itu yang aku tahu. Apa itu masih kurang?” —Handoyo.

Siapa yang ada di dalam Kristus adalah ciptaan baru, bukan sekadar penampilan baru.