Baca: Bilangan 23:
13-20
Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta… Masakan Ia berfirman
dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya? (Bilangan 23:19).
Tempe bukan lagi makanan
rendah dan hanya untuk kalangan sederhana. Di zaman ini tempe diyakini sebagai
makanan yang bergizi. Kata “tempe” sering dipinjam untuk menyatakan kebohongan.
“Esuk dele, sore tempe”, artinya pagi berupa kedelai, sore sudah berubah
menjadi tempe. Lalu pada malam hari dijual sebagai tempe penyet (tempe ditekan dan
dibumbui pedas). Itulah sindiran untuk orang yang mudah berubah-ubah perkataan
atau janji. Allah bukan manusia, apa yang disabdakan-Nya pasti terjadi.
Allah tidak
berdusta dan tidak dapat didustai. Dapatkah kita menyembunyikan apa yang ada di dalam hati nurani
kita? Manusia bisa membohongi sesamanya bahkan dirinya sendiri, namun ia tidak
bisa membohongi Allah. Belajarlah dari Ananias dan Safira yang mencoba
membohongi Allah namun berakhir dengan kematian (Kisah Para Rasul 5:1-11).
Jangan ikuti musibah mereka!
Satunya kata dengan
perbuatan, satunya mulut dengan tindakan. Kalau Allah berfirman, maka yang disabdakan pasti akan
dilaksanakan- Nya. Kita yang mengamininya jangan bimbang dan ragu untuk percaya
dengan sepenuh hati. Firman Tuhan bukan hanya untuk dibaca, tapi diimani
sepenuh hati.
Ada berkat yang
tersedia bagi yang percaya “dan apabila Dia memberkati, maka aku tidak dapat
membalikkannya” (ayat 20). Yang sudah
terjadi tidak bisa ditarik kembali. Yang benar-benar percaya pasti akan
diberkati dan berkat itu tidak akan mungkin ditarik kembali. Allah kita
konsekuen dengan yang
diucapkan-Nya. Percayalah dan jangan bimbang lagi! —Pdt. Em. Andreas Gunawan
Pr.
Orang yang hanya mencoba-coba firman Allah tidak akan pernah
mendapatkan berkat-Nya.