Baca: Matius 10:34-39
…Aku datang bukan
untuk membawa damai, melainkan pedang (Matius 10:34).
Robin Hood yang dikenal
sebagai pahlawan rakyat kecil ternyata seorang rentenir. Ia sosok yang
kontroversial: sebagai ahli pedang yang cerdik, taat pada ajaran Krisren dan
dermawan, tetapi juga rentenir. Bagaimana dengan Yesus? Ia yang sering
berbicara dan melakukan tindakan kasih, ternyata datang bukan untuk membawa
damai melainkan “pedang”. Ketika Yesus tampil ngeri, apa yang menjadi pesan-Nya
?
Menjadi pengikut-Nya
berarti harus mengutamakan Dia lebih dari yang lain. Dalam peperangan hanya ada menang atau kalah.
Juga dalam mengikut Dia hanya ada pilihan kepada siapa kita mau lebih taat dan
setia. Bukan meniadakan yang lain, tetapi menjadikan yang lain berada di urutan
setelah Yesus. Yesus harus yang pertama dan yang utama dalam hidup ini. Bisakah
kita melakukannya?
Menjadi
pengikut-Nya berarti harus jelas siapa yang kita pilih sebagai pemimpin. Pedang berkaitan dengan kata perang dan pahlawan. Ada pertarungan sengit untuk memilih siapa yang akan menjadi pahlawan dalam hidup kita. Mau bergantung kepada
manusia atau kepada Tuhan yang adalah Pemenang. Menjadi pengikut-Nya bukan
menjadi musuh bagi yang lain, tapi membuat pilihan kepada
siapa kita mau dipimpin.
Menjadi
pengikut-Nya harus berani membayar harga. Dalam pertarungan salah satu pihak pasti ada yang kalah. Mendapat
Yesus berarti mendapat sesuatu yang tidak bisa dicari di dunia ini. Kekerabatan
akan berakhir dalam kematian, namun memilih Yesus berarti memilih yang kekal.
Inilah harga yang harus dibayar. Sanggupkah kita?
–Pdt. Em. Andreas Gunawan Pr
Pedang yang dibawa Yesus adalah
gambaran dari kasih yang tegas.