Tentang Sanggar Mitra Sabda

Foto saya
PROFIL Sanggar Mitra Sabda adalah sebuah Lembaga Swadaya Gerejawi, Mitra Gereja/ Lembaga bagi pemulihan relasi dengan Allah; dengan diri sendiri, dengan sesama dan dengan lingkungannya.

Kamis, 02 Juni 2011

Menjadi Tua Dan Bahagia


Baca: Mazmur 25:12-13
Orang itu sendiri akan menetap dalam kebahagiaan dan anak cucunya akan mewarisi bumi.
Mazmur 25:13

Orang yang disebut oleh pemazmur “akan menetap dalam kebahagiaan” itu adalah orang yang sudah lanjut usia, karena ia te­lah beranak-cucu. Dengan kata lain, orang tersebut, meskipun sudah tua dengan se­gala kekurangan dan kelemahannya, namun tetap dalam keadaan berbahagia. Mengapa? Karena ia “takut akan Tuhan”, sehingga Tu­han selalu menunjukkan jalan mana yang harus dipilihnya. Dengan kata lain, takut kepada Tuhan itu telah membuatnya taat kepada-Nya dan selalu berada dalam jalan yang dikehendaki-Nya (ayat 12). Melalui kata-katanya itu pemazmur memberikan kesaksian dan pengajaran yang berisi syarat dan jaminan, bahwa orang akan tetap dapat berbahagia sampai lanjut usianya, ka­lau ia mau menghormati dan menyegani Tuhan, dengan berperilaku yang selalu sesuai dengan petunjuk dan hukum-hukum-Nya.
Dalam keadaan telah menjadi tua, sering kita merasakan adanya ban­yak faktor fisik dan kejiwaan yang membuat kita sulit untuk dapat mera­sakan kebahagiaan. Bukannya kebahagiaan, tetapi justru kegelisahan, kekuatiran dan ketakutan karena merasa kesejahteraan dan keselamatan kita terancam, padahal kita tidak mampu melawan atau menghindar dari ancaman tersebut.
Sikap “takut akan Tuhan” berarti menghormati dan menaati Dia, karena percaya akan kemahakuasaan dan kasih-Nya. Dengan demikian, sikap “takut akan Tuhan” juga berarti mempercayakan diri kepada-Nya. Dan sikap yang demikian itu pasti mendatangkan kebahagiaan, kare-na percaya bahwa Tuhan akan melindungi dari segala ancaman yang mencelakakan. —Pdt. Em. Sutarno

Iman dan ketaatan kepada Tuhan, menjadi syarat dan
jaminan bagi terciptanya kebahagiaan sejati.


=================================================
Diambil dari Renungan Harian MUSA, Penerbit: Sanggar Mitra Sabda, Jl. Merdeka Utara I-B/ 10; SALATIGA 50714; Telp/Fax: 0298-325176,  E-mail: mitrasabda@yahoo.co.id


Bilamana ingin berlangganan  Rp 4.000,00 per edisi

Rabu, 01 Juni 2011

Seperti Pala


Baca: Mazmur 90:12-17
Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.
Mazmur 90:12

Ibu mertua saya sangat mahir membuat manisan, dan yang paling saya kagumi saat ia mengolah manisan pala. Saya sering melihat bagaimana buah pala mentah diolah, kulit dikupas dan daging buahnya dijadikan man­isan. Sari buah pala ditiris untuk sirup. Biji pala dijemur untuk bumbu dapur, dan se­laput merah biji digunakan sebagai pewarna makanan. Kulit pala pun bisa dimanfaatkan untuk pupuk atau makanan ternak.  Ada satu rahasia yang ingin saya sampai­kan kepada Anda, “Pilihlah pala yang sudah matang, itu yang terbaik untuk manisan.” Ya, seperti pala yang matang, meski kulit sudah lisut, kita adalah generasi terbaik yang bisa memberi nikmat kepada orang-orang di sekitar kita. Mintalah kepada Tuhan agar kita beroleh hati yang bijak dan penuh sukacita, “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana... Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu, supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita semasa hari-hari kami” (ayat 12, 14).
Dan, seperti buah pala yang banyak memberi manfaat, kita juga bisa berarti bagi orang lain. Jangan terlalu fokus pada diri sendiri, kata John Ruskin, “Ketika seseorang terbungkus di dalam dirinya sendiri, ia hanya menjadi sesuatu yang sangat kecil.” Lakukanlah perbuatan baik untuk orang lain, dan mohon kepada Tuhan, “Kiranya kemurahan Tuhan, Allah kami, atas kami, dan teguhkanlah perbuatan tangan kami, ya, perbuatan tangan kami, teguhkanlah itu” (ayat 17). Amin. —Agus Santosa.

Anda akan selalu mendapatkan segala yang anda inginkan
apabila Anda mau membantu orang lain mendapatkan
apa yang mereka inginkan. —Zig Ziglar




=================================================
Diambil dari Renungan Harian MUSA, Penerbit: Sanggar Mitra Sabda, Jl. Merdeka Utara I-B/ 10; SALATIGA 50714; Telp/Fax: 0298-325176,  E-mail: mitrasabda@yahoo.co.id


Bilamana ingin berlangganan  Rp 4.000,00 per edisi

Selasa, 31 Mei 2011

Hari Usia Lanjut


Baca: Amsal 3:1-2
Hai anakku, janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu memelihara perintahku, karena panjang umur dan lanjut usia serta sejahtera akan ditambah­kannya kepadamu.
Amsal 3:1-2

Hampir semua anak menyukai saat-saat berulang tahun karena ulang tahun ber-arti makanan dan hadiah. Kita bisa melihat binar-binar kebahagiaan di mata si anak. Bahkan sebuah balon sudah bisa memba­hagiakan anak kecil yang berulang tahun. Bagaimana dengan kita yang sudah lanjut usia? Apakah ulang tahun masih me-nggembirakan? Kita pasti tidak lagi terlalu mengharap makanan dan kado bukan? Ke­banyakan para lanjut usia mengharapkan anak-anak, menantu-menantu dan para cucu bisa berkumpul di hari ulang tahunnya. Tetapi, kenyataan tidak selalu se-perti yang diharapkan. Anak-anak sibuk dengan pekerjaan dan keluarganya. Jadi, beruntunglah kita jika mereka masih mengingat ulang tahun kita.
Mungkin ada pula di antara kita yang tidak suka berulang tahun, karena tidak memiliki siapa-siapa untuk berbagi tawa bahagia. Walau begitu janganlah merana. Bukankah Tuhan tak pernah meninggalkan kita sendirian?
Bagaimanapun juga ulang tahun adalah saat untuk bersyukur. Saat yang baik untuk mengingat kasih setia Tuhan dalam hidup kita. Ulang tahun juga dapat menjadi momen untuk merenung, “Apa yang masih bisa aku lakukan bagi Tuhan, keluarga, dan sesama di usia ku ini?” Juga merupakan saat yang baik untuk makin mendekatkan diri kepada Tuhan.
Hari ini Indonesia memperingati Hari Usia Lanjut. Ada gereja-gereja yang merayakan hari ini dengan ibadah syukur. Sungguh, lanjut usia adalah anugerah Tuhan yang patut kita syukuri. Selamat merayakan Hari Usia Lanjut. Berbahagialah, diberkatilah, dan jadilah berkat selalu. —Liana Poedjihastuti

Pokok doa: Bagi para lanjut usia.




=================================================
Diambil dari Renungan Harian MUSA, Penerbit: Sanggar Mitra Sabda, Jl. Merdeka Utara I-B/ 10; SALATIGA 50714; Telp/Fax: 0298-325176,  E-mail: mitrasabda@yahoo.co.id


Bilamana ingin berlangganan  Rp 4.000,00 per edisi

Senin, 30 Mei 2011

Falsafah Untung


Baca: Habakuk 3:17-19
Allah Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa,
Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.
Habakuk 3:19

Sebagian dari kita tentu pernah mendengar falsafah untung, yang merupakan falsafah Jawa yang selalu berkata untung dalam keadaan seburuk apa pun. Contoh, ketika melihat seorang anak jatuh dan lecet-lecet, orang akan berkata: “Untung cuma lecet, tidak patah tulang.” Jika memang patah tulang, orang akan berkata: “Untung cuma patah tulang, dan tidak putus sama sekali.” Jika memang ada anggota tubuhnya yang putus, orang akan berkata: “Untung cuma putus, tidak mati.” Jika memang langsung mati saat kecelakaan, si untung kembali dipakai dengan perkataan: “Un­tung langsung mati sehingga tidak perlu menderita dan mengeluarkan banyak biaya.”
Falsafah untung adalah salah satu cara untuk kita bisa mengucap syu­kur dalam seberat apapun tekanan hidup yang datang silih berganti. Ada banyak orang hari ini masuk rumah sakit jiwa atau bunuh diri dengan berbagai cara karena melihat hidup hanya dari sisi yang negatif, padahal hidup ini sesungguhnya sangat indah kalau kita mau belajar bersyukur dan tidak larut dalam kesedihan.
Nabi Habakuk bisa menulis ayat-ayat yang sangat menginspirasi dan menguatkan orang-orang percaya yang sedang berbeban berat karena dia melihat sisi yang positif di balik penderitaan. Tuhan sering kali mengizinkan masalah datang supaya kita belajar bersukacita dalam segala hal. Tuhan ingin kita mengerti bahwa sukacita yang sejati tidak ditentukan dari hal-hal yang bersifat duniawi saja seperti harta, kesehatan, atau pangkat, namun dari seberapa kita tetap berterima kasih dan setia mengikut Tuhan dalam segala situasi. —Richard T.G.R
Jangan biarkan keadaan yang memburuk
mencuri sukacita Anda.




=================================================
Diambil dari Renungan Harian MUSA, Penerbit: Sanggar Mitra Sabda, Jl. Merdeka Utara I-B/ 10; SALATIGA 50714; Telp/Fax: 0298-325176,  E-mail: mitrasabda@yahoo.co.id


Bilamana ingin berlangganan  Rp 4.000,00 per edisi

Minggu, 29 Mei 2011

Indahnya Masa Tua


Baca: Mazmur 92:13-16
Sampai masa tuamu aku tetap dia dan sampai masa putih rambutmu menggendong kamu. telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu.
Yesaya 46:4

Pak Joko sekarang berusia 85 tahun. Badan­nya sudah tidak sekuat dulu, harus ditopang jika berjalan, dan sering sakit-sakitan. Dulu pada waktu muda, tubuhnya masih cukup kuat untuk jalan sehat, dan sering bepergian ke mana dia suka. Masa tua selalu dikaitkan dengan kele­mahan. Orang tua akan loyo, pikun, pende-ngaran berkurang, rabun jauh, dan masih banyak lagi. Hal itu tidak bisa dihindari, karena kodrat manusia seperti itu. Itulah masa lanjut usia. Semuanya serba lambat, lemah dan tidak berdaya.
Tuhan memberikan masa tua pada manusia bukan digunakan un­tuk mengeluh hanya karena sudah tidak kuat jalan dan tidak bisa lagi bepergian semaunya. Kita bisa bayangkan bahwa pada masa muda, kita seakan melakukan perjalanan melalui jalan tol, tanpa hambatan. Hidup semangat, penuh idealisme, dan cita-cita. Sedangkan pada masa tua seakan perjalanan kita sudah keluar dari jalan tol. Tetapi, masa ini banyak sekali keindahannya. Ketika mobil harus berjalan merayap karena banyak tikungan dan tanjakan, kita merasakan udara pegunungan yang segar dan pemandangan yang sangat indah. Sekali-kali kita melihat ke bawah, ke lembah di belakang kita, melihat jalan berbelok-belok yang tadi kita lalui, tampak indah. Itulah perjalanan hidup yang harus kita syukuri.
Mengapa kita mampu menjalani hidup sampai puluhan tahun? Mengapa kita bisa menempuh jarak sejauh itu? Karena Tuhan men­dukung, menjunjung dan menggendong kita dari masa muda hingga masa tua. Selamat menikmati masa tua yang indah bersama Tuhan. —Prihanto Ngesti Basuki.
Doa: Tuhan, mampukan mensyukuri segala sesuatu yang telah
Engkau berikan padaku sampai masa tuaku ini. Amin.



=================================================
Diambil dari Renungan Harian MUSA, Penerbit: Sanggar Mitra Sabda, Jl. Merdeka Utara I-B/ 10; SALATIGA 50714; Telp/Fax: 0298-325176,  E-mail: mitrasabda@yahoo.co.id


Bilamana ingin berlangganan  Rp 4.000,00 per edisi