Berdua lebih baik daripada seorang diri…
Pengkotbah 4:9
Di antara tiga perangkat alat makan, sendok garpu, pisau garpu, dan sumpit, yang ketiga adalah yang paling tidak terampil saya gunakan. Barangkali karena tidak terbiasa.
Menarik memperhatikan penggunaan ketiga perangkat alat makan ini. Baik sendok garpu maupun pisau garpu harus kita pegang de-ngan kedua tangan, satu alat di satu tangan. Tetapi untuk sumpit, walaupun jumlahnya dua, penggunaannya hanya dengan satu ta-ngan. Kalau digunakan dengan dua tangan malah tidak akan berfungsi. Yang lebih menarik adalah baik sendok garpu dan pisau garpu bisa ditanggalkan salah satunya, tetapi kita masih tetap bisa makan dengan nyaman dan lazim, misalnya makan hanya dengan sendok tanpa garpu, atau makan dengan garpu saja tanpa pisau. Tetapi kita tidak bisa melakukannya hanya dengan satu batang sumpit saja bukan? Harus sepasang sumpit bersama-sama dengan satu tangan.
Begitu juga relasi manusia. Tidak ada relasi, termasuk relasi dalam keluarga—suami istri, orangtua anak—yang dapat berjalan dengan baik tanpa dukungan kedua belah pihak. Demikian juga dengan perteng¬karan, tidak mungkin hanya disebabkan oleh satu pihak. Tidak ada yang satu salah atau yang satu benar. Keduanya salah, keduanya benar. Baik buruknya relasi bergantung pada peran serta kedua belah pihak. Berdua lebih baik daripada seorang diri, kata Pengkhotbah, karena mereka bisa saling membantu.
Sepasang sumpit juga bisa melambangkan doa dan usaha. Menjalin sebuah relasi haruslah disertai keduanya, tak bisa hanya salah satu saja. —Liana Poedjihastuti
Bagaimana relasi keluarga kita saat ini? Adakah yang selalu
merasa benar atau sebaliknya selalu dipersalahkan? Sudahkah kita mengupayakan suatu relasi yang bermakna, dan mendoakannya?
merasa benar atau sebaliknya selalu dipersalahkan? Sudahkah kita mengupayakan suatu relasi yang bermakna, dan mendoakannya?