Baca: Lukas 2:25-32
Sekarang,
Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan
firman–Mu (Lukas 2:29).
Kata ”warisan” bisa menggiurkan namun bisa mencelakakan.
Menggiurkan kalau terbagi dengan adil, mencelakakan kalau menjadi awal pecahnya
persaudaraan dan kekerabatan.
Pernah terjadi di sebuah tempat persemayaman
jenazah, anak-anak dari sang ayah yang belum dikubur itu bertengkar dan
memukul. Mereka mempertanyakan siapa yang memegang kunci brankas sang ayah, dan
tidak ada seorang anak pun yang tahu. Ironis sekali karena yang mati tidak bisa
ditanya lagi.
Simeon meninggalkan warisan berupa sebuah
keteladanan hidup.
Warisan hidup
spiritualitas yang luar biasa. Alkitab mencatat bahwa Simeon seorang yang benar dan saleh di
hadapan Tuhan dan manusia. Apalah artinya harta jikalau tidak membuat orang
memiliki kehidupan yang indah di hadapan Tuhan dan manusia. Sudah banyak bukti
bahwa keteladanan hidup benar justru menghasilkan keturunan yang hidup benar
juga.
Warisan hidup
dipimpin Roh Kudus. Simeon memiliki kepekaan
Roh sehingga mengetahui bahwa dirinya tidak akan mati sebelum ia melihat Tuhan
Yesus bahkan menggendong Bayi kudus itu. Semakin tua kita seharusnya makin
merasakan pimpinan Roh Kudus agar kita tahu saat mana Tuhan mempersiapkan kita
untuk pulang ke rumah Bapa.
Warisan hidup dalam
damai sejahtera. Betapa bahagia bila kita
bisa meninggalkan dunia ini dalam damai sejahtera Tuhan.
Segala kelelahan dan penderitaan dalam hidup
ini ditukar dengan sebuah kedamaian yang tidak sebanding dengan semua yang kita
alami di dunia ini. Simeon telah menjalaninya, bagaimana dengan Anda?
–Pdt. Em. Andreas Gunawan Pr.
Warisan
termahal bukan materi yang tidak bisa kita bawa mati.
Tinggalkan warisan
surgawi yang membuat damai sejahtera di hati.