Baca:
Yosua 24:24
Lalu jawab bangsa itu kepada Yosua: “Kepada Tuhan, Allah kita, kami akan beribadah, dan firman-Nya akan kami
dengarkan.
Yosua 24:24
Memasuki bulan Agustus, saya teringat ungkapan
bahasa Jawa: Sedumuk bathuk sanyari bumi ditahi pati. Artinya sangat dalam,
jika digali maknanya untuk generasi muda sekarang, yang mulai terkikis rasa
kebangsaannya. Terjemahan bebasnya berbunyi: meskipun hanya sejengkal
tanah, demi mempertahankan kedaulatan negara, seorang bersedia untuk mati,
bahkan menyerahkan jiwa raganya.
Dada rasanya bergetar demi memperta-hankan kedaulatan
bangsa Indonesia, para pahlawan telah mengorbankan jiwa raga sampai tetes darah
penghabisan. Itulah yang seharusnya bergetar ketika kita merayakan hari jadi
bangsa Indonesia. Pilihan Merdeka oetawa mati, adalah risiko pilihan
yang harus diambil para pejuang untuk merebut republik ini dari tangan
penjajah, dan mempersembahkan kepada anak cucu dalam wujud kemerdekaan bangsa.
Sayang, karakter di atas semakin langka, di level
pemimpin lokal dan nasional, juga dalam sanubari generasi bangsa yang lebih
muda. Banyak orang memperhatikan diri sendiri dan kelompoknya dan menjadi
manusia yang “hipo realiti”, dan menjadi tuli dengan jeritan orang yang
tidak berdaya.
Yosua mengantarkan bangsa Israel memasuki Tanah
Perjanjian dengan mengenang realitas sejarah keselamatan yang dilakoninya. Di
dalamnya ada tokoh Musa yang menjadi perintis umat-Nya, tetapi di balik itu semua ada tangan
Allah yang memberinya pelepasan, sehingga bangsanya dapat hidup di Tanah Perjanjian.
Lalu umat pun mengaku, “Kepada Allah
kami akan beribadah dan firmannya akan kami
dengar.” —Pdt. Agus Wiyanto.