Tentang Sanggar Mitra Sabda

Foto saya
PROFIL Sanggar Mitra Sabda adalah sebuah Lembaga Swadaya Gerejawi, Mitra Gereja/ Lembaga bagi pemulihan relasi dengan Allah; dengan diri sendiri, dengan sesama dan dengan lingkungannya.

Rabu, 02 Oktober 2013

Renungan Rabu, 2 Oktober 2013

Karena Doa

Tuhan, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu dan aku menunggu nunggu
(Mazmur 5:4).

Baca: Mazmur 5:1-4

Seorang sopir taksi berkisah tentang keberhasilan anak-anaknya dalam studi. Tiap pagi setelah berdoa, anak-anak diwajibkan mengulang pelajaran yang telah dipelajari, lalu mandi pagi dengan air dingin, biar otaknya segar, kemudian sarapan dan berangkat ke sekolah. Hasilnya: anak-anaknya menjadi orang yang berkarakter dan disiplin.

Aktivitas setiap hari dimulai dengan doa pagi. Pemazmur berkisah tentang doanya di waktu pagi.
Minta perkataan doanya diberi telinga.
Bukan minta Tuhan agar membuka telinga, tetapi supaya dirinya sambil berdoa, juga mendengar suara Tuhan (ayat 2).

Adakah kita mendengar Firman Tuhan sebelum meminta, atau hanya berdoa tanpa pernah mendengar Tuhan? Komunikasi dengan Tuhan yang dua arah adalah hal yang indah. Tuhan berfirman dan kita bicara melalui doa.

Tuhan adalah Raja yang mengatur segala-galanya. Cara menghargai Tuhan dalam doa adalah menjadikan Tuhan adalah Raja. Siapa yang berani mengatur Raja? Doa yang benar adalah kita dengan rendah hati mau diatur Tuhan, “bukan kehendakku, melainkan kehendak-Mu yang terjadi”. Bukan mendikte atau menuntut Tuhan dan kalau tidak dikabulkan, lalu mutung.
Bagaimana dengan Anda?

Mengatur persembahan untuk Tuhan dan menunggu. Persembahan kita kepada Tuhan di waktu pagi adalah bersyukur karena kita masih diizinkan bangun dan berkarya kembali. Mengatur persembahan bagi Tuhan artinya merencanakan hal-hal yang berkenan di hadapan-Nya melalui karya-karya kita hari itu. Dan nantikanlah keajaiban dari Tuhan.
Pasti ada!

-Pdt. Em. Andreas Gunawan Pr.-

Mengawali hidup dengan doa sama dengan udara pagi yang membuat tubuh menjadi segar sepanjang hari.

Senin, 30 September 2013

Renungan Senin, 30 September 2013

Terang Terus, Terus Terang

Tetapi jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari
(Amsal 4:18).

Baca: Amsal 4:18

“Ibu, apa artinya ‘biarkanlah cahayamu bersinar’?” Tanya seorang anak perempuan kepada ibunya ketika ia membaca warta gereja. Ibunya menjawab, “Artinya, biarkanlah hidupmu bersinar dengan kebaikan dan ketaatan”.

Tak lama kemudian anak perempuan itu bermain dengan teman-teman seusianya di halaman rumah. Tiba-tiba terdengar suara gaduh dari tempat mereka bermain. Tak lama kemudian, anak perempuan itu berlari menjumpai ibunya seraya berkata: “Ibu, aku kira aku baru saja memadamkan cahayaku”.

Mungkin Anda tak dapat menahan tawa membaca kisah ini, tetapi saya yakin Anda memahami maknanya, bahwa baru saja anak itu melakukan sesuatu yang tidak baik atau kenakalan dalam bermain.
Diberkatilah anak-anak sebab mereka jujur. Kita sebagai orang dewasa banyak yang tidak berani mengakui secara jujur kesalahan atau kekeliruan kita.

Cahaya kita: kebaikan dan ketaatan kita, mungkin telah lama padam, atau kalaupun bersinar tinggal temaram. Mungkin kita tidak menyadarinya, tetapi mungkin pula kita menyadarinya namun tidak mau mengakuinya.

Apakah cahaya kebaikan, kemurahan, ketaatan kita telah padam atau tinggal seberkas cahaya? Marilah kita memeriksa diri kita masing-masing.

Jika cahaya kita telah padam, mari kita nyalakan kembali: kebaikan bagi sesama , ketaatan kepada Tuhan. Caranya adalah dengan kembali dekat kepada Sang Sumber Cahaya, Kristus, maka kita akan terus bercahaya, terus terang, terang terus, seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari (Amsal 4:18).

-Liana Poedjihastuti-

Itulah sebabnya dikatakan: “Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu.” 
-Efesus 5:14-