Baca: Yeremia 29:4-7.
Usahakanlah
kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada
Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu (Yeremia 29:7).
Waktu itu umat Yehuda berada dalam pembuangan
di Babel. Di tengah kondisi sosio-politis yang menghancurkan harga diri seperti
itu, Yeremia menasihati agar umat rela berpartisipasi dalam mengusahakan
kesejahteraan bangsa. Umat diminta untuk mendoakan bangsa yang telah
menyengsarakannya itu. Alasannya, “kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu!”
Alasan tersebut sangat realistis. Bukan demi kepentingan dan kebesaran umat itu
sendiri saja, melainkan demi kelangsungan misinya sebagi umat Allah.
Mencermati keberadaan umat kristen di negeri
kita dalam konteks sosial-politik sekarang ini, mungkin kita cenderung
berpikiran, bahwa hidup serta persoalan-persoalan yang kita hadapi itu pada
hakekatnya mirip dengan keadaan umat di masa Pembuangan Babel itu. Bukankah
kita sering merasa telah dijadikan sasaran kebencian serta kemarahan banyak
orang secara tidak beralasan? Demikian pula hak-hak kita sebagai warganegara
tidak dihormati, tapi diabaikan dan bahkan ditiadakan. Atau kita merasa telah
dijadikan “warga negara kelas dua”, yang secara tidak adil harus mengalami
diskriminasi di berbagai bidang?
Kalau kita berpikiran demikian, nasihat
Yeremia cukup relevan untuk kita jalankan. Berpartisipasilah dalam membangun bangsa. Berdoalah bagi
masyarakat, agar damai sejahtera yang berdasarkan keadilan, kebenaran dan kasih
semakin terwujud. Di tengah-tengah
kehidupan masyarakat, janganlah berpikir dan berbuat secara sempit dan
eksklusif, demi kepentingan kelompok
sendiri saja. —Pdt. Em. Sutarno
Doa: Tuhan, ampunilah dosa-dosa
bangsa kami, cegahlah mereka yang ingin berbuat jahat, tetapi tambahilah jumlah
orang-orang yang dengan tulus dan gigih mau memperjuangkan terwujudnya
kebenaran, keadilan dan kasih-kemanusiaan, demi kesejahteraan orang banyak.
Amin.