Tentang Sanggar Mitra Sabda

Foto saya
PROFIL Sanggar Mitra Sabda adalah sebuah Lembaga Swadaya Gerejawi, Mitra Gereja/ Lembaga bagi pemulihan relasi dengan Allah; dengan diri sendiri, dengan sesama dan dengan lingkungannya.

Sabtu, 17 September 2011

Usahakanlah Kesejahteraan


Baca: Yeremia 29:4-7.
Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu (Yeremia 29:7).

Waktu itu umat Yehuda berada dalam pembuangan di Babel. Di tengah kondisi sosio-politis yang menghancurkan harga diri seperti itu, Yeremia menasihati agar umat rela berpartisipasi dalam mengusahakan kesejahteraan bangsa. Umat diminta untuk mendoakan bangsa yang telah menyengsara­kannya itu. Alasannya, “kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu!” Alasan tersebut sangat realistis. Bukan demi kepentingan dan kebesaran umat itu sendiri saja, melain­kan demi kelangsungan misinya sebagi umat Allah.
Mencermati keberadaan umat kristen di negeri kita dalam konteks sosial-politik sekarang ini, mungkin kita cenderung berpikiran, bahwa hidup serta persoalan-persoalan yang kita hadapi itu pada hakekatnya mirip dengan keadaan umat di masa Pembuangan Babel itu. Bukankah kita sering merasa telah dijadikan sasaran kebencian serta kemarahan banyak orang secara tidak beralasan? Demikian pula hak-hak kita sebagai warganegara tidak dihormati, tapi diabaikan dan bahkan ditiadakan. Atau kita merasa telah dijadikan “warga negara kelas dua”, yang secara tidak adil harus mengalami diskriminasi di berbagai bidang?
Kalau kita berpikiran demikian, nasihat Yeremia cukup relevan untuk kita jalankan. Berpartisipasilah dalam membangun bangsa. Berdoalah bagi masyarakat, agar damai sejahtera yang berdasarkan keadilan, kebenaran dan kasih semakin terwujud. Di tengah-tengah kehidupan masyarakat, janganlah berpikir dan berbuat secara sempit dan eksklusif, demi kepentingan kelompok sendiri saja. —Pdt. Em. Sutarno

Doa: Tuhan, ampunilah dosa-dosa bangsa kami, cegahlah mereka yang ingin berbuat jahat, tetapi tambahilah jumlah orang-orang yang dengan tulus dan gigih mau memperjuangkan terwujudnya kebenaran, keadilan dan kasih-kemanusiaan, demi kesejahteraan orang banyak. Amin.

Jumat, 16 September 2011

Pasti Hidup

Baca: Matius 4:1-4
Tuhan Yesus menjawab: ”Ada tertulis: manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.“ (Matius 4:4).

Kesaksian dari beberapa panti asuhan Kristen yang miskin membuat hati ini sedih, tapi sekaligus bangga. Sedih karena mereka hanya bergantung kepada Tuhan melalui para donatur, tapi juga bangga karena mereka mempunyai Allah yang tidak pernah membuat mereka amat sangat kekurangan. Lagu: ”Sungguh kubangga Bapa“ menjadi lagu favorit mereka. Mereka hidup tanpa orangtua, tetapi mereka melihat Allah sebagai Bapa melalui pertolongan yang tepat pada waktunya. Bagaimana dengan Anda?
Manusia milik Allah diciptakan kekal. Tubuh manusia akan mati, namun roh diciptakan kekal. Oleh sebab itu manusia tidak bergantung hanya pada makanan dari dunia ini saja. Setiap orang yang berpegang pada Firman Tuhan pasti akan mampu bertahan untuk menjalani hidup ini dalam suka dan duka bahkan sampai kekal (Yohanes 10:10).
Bertahanlah hidup karena ada Firman Tuhan. Roti adalah gambaran apa yang dibuat manusia, sementara Firman yang keluar dari mulut Allah menyatakan sesuatu yang pasti dan benar-benar akan terjadi. Jangan silau dengan yang dari dunia ini, tetapi percayalah kepada Firman-Nya yang bisa mengubah dua roti dan lima ikan dapat dimakan oleh 5000 orang. Bahkan masih sisa 12 bakul.
Jangan hanya percaya pada yang kita ketahui. Sebagian dari kita hafal ayat-ayat Alkitab. Tetapi hafal saja tidak cukup. Tuhan Yesus berkata agar kita percaya kepada setiap firman yang keluar dari mulut Allah. Semua yang tertulis dalam Alkitab adalah Firman Allah yang harus kita percaya dan kita amini. —Pdt. Em. Andreas Gunawan Pr.

Rahasia mengatasi ketakutan dan kekhawatiran hidup adalah berpegang pada Firman Tuhan yang hidup.

Kamis, 15 September 2011

Perintah Sebagai Pelita

Baca: Amsal 6:20-24
Karena perintah itu pelita, dan ajaran itu cahaya, dan teguran yang mendidik itu jalan kehidupan
(Amsal 6:23).

Dalam kehidupan sehari-hari, perintah sering bermakna negatif. Karena dalam perintah terkandung suatu ungkapan yang diucapkan seseorang dengan nada memaksa. Dan biasanya perintah dilakukan oleh se­seorang yang berada di posisi lebih tinggi kepada orang yang di bawahnya. Karena itu­lah perintah dan teguran umumnya kurang disukai dalam kehidupan persahabatan. Karena kita tidak mungkin bersahabat dengan teman yang suka memerintah.
Lalu mengapa kitab Amsal mengatakan : perintah itu pelita, dan ajaran itu cahaya, dan teguran yang mendidik itu jalan kehidupan.” Tampaknya penulis kitab Amsal menempatkan makna perintah, teguran dan penga­jaran dalam kerangka ”hikmat”. Tanpa hikmat atau kebijaksanaan, maka tidaklah mungkin mampu menjadi pelita, cahaya dan membawa jalan kehidupan. Melalui hikmat, baik perintah, teguran maupun penga­jaran akan menjadi ungkapan yang menyentuh hati dan mengubah hidup seseorang ke arah kebenaran. Jadi perintah yang berhikmat, teguran yang bijaksana dan pengajaran yang mencelikkan akal-budi sangatlah dibutuhkan.
Sikap berhikmat tidak pernah berkawan-karib dengan kesombongan, dusta dan hati yang jahat. Sebaliknya sikap berhikmat dipenuhi oleh kerendahan hati sehingga bersedia memelihara perintah ayah dan peng-ajaran ibunya (Ayat 20). Dia selalu mengingat-ingat dan merenungkan di dalam hatinya sehingga setiap perintah, teguran dan pengajaran yang telah diterimanya menjadi pelita. Pdt. Ifer Fr. Sirima

Doa: Ya Bapa, ajarlah kami selalu rendah-hati menyambut setiap perintah, teguran dan pengajaranMu. Khususnya bukalah hati kami untuk mendengar dan melaksanakan perintah kasih-Mu. Amin.

Rabu, 14 September 2011

Obor

Baca: Mazmur 119:97–112
FirmanMu pelita bagi kaki­ku, dan terang bagi jalanku (Mazmur 119:105).

Jika Anda berada dalam ruangan yang gelap, apa yang akan Anda rasakan? Tidak berdaya, suram dan bingung bukan?
Sekitar 25 tahun yang lalu, saya dan seorang teman pergi ke Sarangan untuk berkemah. Rute perjalanan yang kami pilih adalah Solo-Tawangmangu-Sarangan. Dalam keadaan normal transportasi melalui rute tersebut sangat mudah, tetapi saat itu kami kesulitan mendapat transportasi. Sambil berjalan kami mencari tahu apa yang terjadi. Ternyata pagi itu ada kecelakaan yang mengakibatkan seorang sopir kendaraan umum meninggal dunia sehingga hari itu banyak kendaraan umum tidak beroperasi. Terpaksa kami harus berjalan dari Tawangmangu menuju Sarangan, dan karena tidak direncanakan kami tidak membawa senter. Kami berjalan dalam kegelapan malam menuju Sarangan hanya diterangi oleh sinar bintang dan bulan. Ketika kabut datang dan menutupi sinar itu, kami harus berjalan mengendap-endap agar tetap menyusuri jalan aspal supaya tidak tersesat. Jam 24:00 kami sampai di Cemoro Sewu, pertengahan perjalanan di daerah paling tinggi. Disitu kami menjumpai warung kecil dan kami membeli obor serta korek api. Dengan bantuan obor, perjalanan dapat diteruskan sampai Sarangan.
Pengalaman itu mengingatkan pada firman Tuhan “firmanMu adalah pelita bagi kakiku, dan terang bagi jalanku”. Kehidupan, bagaikan sebuah perjalanan dalam kegelapan. Untuk itu kita butuh penerangan, dan firman Tuhan adalah terang yang kita butuhkan untuk menerangi kita dalam menyelesaikan perjalanan kehidupan ini. —Pramudya

Doa: Tuhan, terangilah perjalanan hidup kami dengan firmanMu. Amin

Selasa, 13 September 2011

Dasar Perbuatan

Baca: 1 Korintus 3:10-15
… Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus mem­bangun di atasnya
(1 Korintus 3:10).

Seorang wanita kaya bermimpi dibawa malaikat berjalan-jalan di sorga. Ia melihat sebuah rumah yang sangat indah. “Rumah siapakah itu?” Tanyanya. Jawab si malaikat “Rumah itu untuk pelayan Anda.” “Wah,” pikir wanita itu, “Untuk pelayanku saja rumah seindah itu, apalagi untukku.” Sam­pailah mereka ke sebuah gubuk. “Untuk siapakah gubuk itu?” Tanya wanita itu. “Yang itu untuk Anda.” Jawab malaikat. “Mengapa untuk pelayanku disediakan rumah indah, sementara untukku hanya gubuk jelek? Apakah kurang pelayananku untuk gereja? Aku rajin mengikuti kegiatan gereja. Aku menyumbang banyak uang untuk gereja tiap bulan,” kata wanita itu berang. “Anda dan pelayan Anda sama-sama kristen. Tetapi pelayan Anda bekerja dengan setia, tidak pernah menggerutu walaupun Anda sering terlambat membayar gajinya. Tiap hari ia mendoakan Anda yang selalu marah-marah jika pekerjaannya tidak beres. Anda memang aktivis gereja, banyak memberi persembahan. Tetapi, yang diperhatikan di sorga adalah dengan dasar apakah semua itu dikerjakan. Dasar kegiatan Anda adalah untuk mendapat pujian dan hormat manusia. Sementara pelayan Anda melakukannya untuk menyenangkan hati Yesus.” Jelas malaikat.
Tiba-tiba terjagalah wanita itu dari tidurnya. Katanya, “Untung, hanya mimpi.” Ya, ia memang beruntung karena masih mendapat kesem-patan untuk mengubah perilakunya.
Bagaimana dengan kita, dengan dasar apakah kita melakukan tindakan kita? Untuk memuliakan dan menyenangkan hati-Nya? Ataukah untuk membesarkan diri kita sendiri? Liana Poedjihastuti

Mumpung masih ada kesempatan, marilah kita melakukan segala sesuatu­nya untuk menyenangkan hati Tuhan Yesus.