Bacaan Alkitab: Kejadian 2:7
Dengan lidah
kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang
diciptakan menurut rupa Allah, dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk.
Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi.
Yakobus 3:9-10
Tahukah
Anda, mengapa ketika masih muda bunga matahari berpaling ke arah matahari?
Sebelum tengah hari bunga matahari muda berpaling ke sisi yang mengarah ke
matahari, setelah tengah hari akan membalik dan meng-ubah arahnya ke sisi yang
lain. Jadi, bunga matahari berpaling seiring dengan beredarnya matahari
sehingga tampak mengikuti matahari. Karena gerakan ini daun-daunnya menerima
sinar matahari secara optimal.
Seperti
bunga matahari muda yang meng-arahkan diri pada sinar matahari, hidup kita juga
harus terarah kepada Tuhan Yesus, Cahaya Kehidupan. Hanya mereka yang
mengarahkan diri, mendengarkan dan menaati firman-Nya yang dapat menjadi berkat
dan napas kehidupan bagi banyak orang.
Allah
memanggil kita untuk menjadi berkat bagi banyak orang, tidak hidup hanya bagi
diri sendiri, sebab hidup yang demikian adalah hidup yang kerdil dan sempit.
Tidak gampang menjadi berkat. Alih-alih menjadi berkat, kita malah cenderung
mengutuk, mencelakakan, bahkan membinasakan orang lain. Hal ini disebabkan
dalam diri kita bersemayam ilah yang ingin mencari nikmat dan kesenangan diri
semata.
Tuhan
Allah mengembuskan napas hidup ke dalam hidung manusia, maka ia menjadi
makhluk yang hidup (Kejadian 2:7). Karena itu napas yang kita embuskan
haruslah membawa udara yang menghidupkan, yang membawa pengharapan bagi
orang-orang yang kita jumpai, bukan napas kematian. Kiranya kita mendapat
rahmat untuk menjadi berkat, bahkan bagi mereka yang memaki, mengutuki, dan
menganiaya kita sekalipun. —Liana Poedjihastuti.
Sekali menjadi berkat, tetap menjadi berkat.
==================================================================