Baca: Kolose 4:2-6
Hendaklah kata-katamu
senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus
memberi jawab kepada setiap orang (Kolose 4:6).
Pada umumnya pemicu
pertikaian adalah miskomunikasi antara pihak-pihak yang bertikai yang sering
memakan korban dan kerugian baik nyawa maupun materi. Beberapa daerah di
Indonesia pernah mengalami kerusuhan antar kelompok, etnik dan agama. Hasilnya
adalah masyarakat menjadi terpecah, persaudaraan menjadi retak, ujung-ujungnya
adalah penderitaan. Setelah ditelusuri, akar dari masalah ada pada tidak adanya
komunikasi yang baik antar berbagai pihak yang hidup bersama.
Memang tidaklah mudah hidup bersama secara
harmoni. Ini sebuah tantangan yang harus diupayakan oleh setiap orang yang
hidup di dalamnya. Komunikasi selalu
berhubungan dengan bagaimana kita dapat menyampaikan sesuatu dengan cara yang
tepat, dengan bahasa yang tepat dan terutama dengan motivasi yang benar.
Paulus mengingatkan jemaat di Kolose bahwa
karena penebusan Kristus atas mereka, maka sebuah status baru menjadi identitas
mereka, yaitu manusia baru. Dan inilah yang membedakan mereka dalam cara
berkomunikasi. Cara baru itu adalah bahasa kasih. Kata-kata yang terucap dari manusia baru adalah kata-kata yang
membangkitkan semangat, menghibur, memberikan harapan, meredakan amarah,
menasihati dengan kasih demi kebaikan orang lain. Kata-kata seperti ini selalu
dirindukan setiap orang. Kata-kata seperti ini pasti membawa damai dan berkat.
Tentu mempraktikkan cara bertutur demikian bukanlah hal mudah. Semua bersumber
dari niat kita untuk melihat orang lain sebagai sesama yang layak dihargai,
dihormati dan dikasihi. –Pdt. Meyske S. Tungka
Setiap kata-kata bijak yang keluar dari hati yang mengasihi akan menjadi
tetesan embun yang menyejukkan setiap hati.