Tentang Sanggar Mitra Sabda

Foto saya
PROFIL Sanggar Mitra Sabda adalah sebuah Lembaga Swadaya Gerejawi, Mitra Gereja/ Lembaga bagi pemulihan relasi dengan Allah; dengan diri sendiri, dengan sesama dan dengan lingkungannya.

Kamis, 10 November 2011

Bahasa Kasih


Baca: Kolose 4:2-6

Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang (Kolose 4:6).
Pada umumnya pemicu pertikaian adalah miskomunikasi antara pihak-pihak yang bertikai yang sering memakan korban dan kerugian baik nyawa maupun materi. Beberapa daerah di Indonesia pernah men­galami kerusuhan antar kelompok, etnik dan agama. Hasilnya adalah masyarakat men­jadi terpecah, persaudaraan menjadi retak, ujung-ujungnya adalah penderitaan. Setelah ditelusuri, akar dari masalah ada pada tidak adanya komunikasi yang baik antar berbagai pihak yang hidup bersama.
Memang tidaklah mudah hidup bersama secara harmoni. Ini sebuah tantangan yang harus diupayakan oleh setiap orang yang hidup di dalam­nya. Komunikasi selalu berhubungan dengan bagaimana kita dapat menyampaikan sesuatu dengan cara yang tepat, dengan bahasa yang tepat dan terutama dengan motivasi yang benar.
Paulus mengingatkan jemaat di Kolose bahwa karena penebusan Kristus atas mereka, maka sebuah status baru menjadi identitas mer­eka, yaitu manusia baru. Dan inilah yang membedakan mereka dalam cara berkomunikasi. Cara baru itu adalah bahasa kasih. Kata-kata yang terucap dari manusia baru adalah kata-kata yang membangkit­kan semangat, menghibur, memberikan harapan, meredakan amarah, menasihati dengan kasih demi kebaikan orang lain. Kata-kata seperti ini selalu dirindukan setiap orang. Kata-kata seperti ini pasti membawa damai dan berkat. Tentu mempraktikkan cara bertutur demikian bu­kanlah hal mudah. Semua bersumber dari niat kita untuk melihat orang lain sebagai sesama yang layak dihargai, dihormati dan dikasihi. –Pdt. Meyske S. Tungka

Setiap kata-kata bijak yang keluar dari hati yang mengasihi akan menjadi tetesan embun yang menyejukkan setiap hati.

Rabu, 09 November 2011

Mengalah Bukan Kalah


Baca: Roma 12:16-21
Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! (Roma 12:18)

Bulan libur sekolah dan libur hari-hari raya selalu ada berita tentang kecelakaan yang merenggut nyawa manusia. Komentar atas peristiwa itu sebenarnya hanya ada pada dua kata: SABAR dan MENGALAH. Ke­celakaan terjadi sering karena orang tidak mau sabar untuk berjalan pada jalur yang benar atau tidak mau mengalah dalam memacu kendaraannya. Banyak orang egois dan minta didahulukan. Mengalah bukan berarti kalah. Mengalah bisa berarti berpikir sederhana demi kebaikan (ayat 16). Seorang pengendara motor berkata: ”Biarlah dia mendahului, tidak masalah buat saya.“ Seorang yang sedang bertengkar berkata: ”Sudahlah, untuk apa diteruskan.“ Ke-ributan keluarga akan selesai bila salah seorang berkata: ”Maaf, memang aku yang salah.” Kata-kata sederhana itu membuat suasana menjadi damai. Cobalah praktikkan!
Merasa pandai akan menutup jalan damai (ayat 16). Menggunakan logika tidak sama dengan berani melihat realita. Kadangkala karena logika masalah sederhana menjadi bertambah besar dan sulit dipecah­kan. Dengan berani menghadapi fakta disertai niat baik untuk menjadi pembawa damai, malah terbuka jalan keluar.
Takut kepada Tuhan lebih baik daripada takut kalah. Lakukanlah yang baik bagi semua orang dan hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang. Mengalah akan membuka peluang bagi Tuhan untuk ikut campur tangan daripada kita sendiri yang menyelesaikannya. Lakukanlah apa yang kita bisa dan serahkan kepada Tuhan bagian yang kita tidak bisa. Percayalah bahwa janji Tuhan sungguh benar (ayat 19). –Pdt. Em. Andreas Gunawan Pr.

Ketika konflik terjadi undanglah Tuhan untuk segera berada di hati kita dan mintalah Dia menjadi pendamai.