Tentang Sanggar Mitra Sabda

Foto saya
PROFIL Sanggar Mitra Sabda adalah sebuah Lembaga Swadaya Gerejawi, Mitra Gereja/ Lembaga bagi pemulihan relasi dengan Allah; dengan diri sendiri, dengan sesama dan dengan lingkungannya.

Sabtu, 02 Juli 2011

Berani Menyambut Badai


Baca: Habakuk 3:1-19
Allah Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.
Habakuk 3:19

Suatu waktu, saya berkesempatan mengun­jungi kampung halaman ayah saya. Sebuah desa di daerah pegunungan berhawa dingin, dikitari lembah berbukut-bukit. Teringat cerita ayah berpuluh tahun yang lalu, ba­gaimana ia melintasi lembah itu dengan me-nunggangi kuda dan melihat rombongan rusa berkejaran di perbukitan.
Kini pemandangan indah itu tak mung­kin ditemukan lagi. Tak ada jejak kaki rusa. Lembah itu lengang, sunyi. Di manakah rusa-rusa itu? Pak sopir yang mengantarkan
kami bercerita bahwa rupanya rusa-rusa itu telah lari ke hutan. Di sana-lah tempat yang aman bagi mereka, tanpa ancaman para pemburu yang memangsa dan mengambil tanduk mereka untuk dijual.
Bukankah hidup ini ibarat lembah berbukit-bukit, terbuka terhadap ancaman yang sewaktu-waktu menerjang manusia? Apakah kita menjadi seperti rusa-rusa itu yang berlari menghindar, bersembunyi?
Nabi Habakuk sadar bahwa umatnya telah terpuruk dalam ketidak­berdayaan dan depresi atas penyerbuan bangsa Babel. Banyak orang Israel telah meninggalkan Tuhan. Nyanyian Habakuk ini mengungkapkan bahwa betapapun segalanya terlihat buruk, namun Tuhan berkuasa dan siap menolong kita. Cukup baginya jika Tuhan ada, sebab badai apa pun hanyalah kondisi kesementaraan, sedangkan penyertaan Tuhan adalah selamanya. Karena itu ia beria-ria di dalam Tuhan. Tuhanlah yang akan mengokohkan kakinya untuk tidak “lari” dari badai kehidupan yang melanda.
Seperti rusa yang berdiri tegak di atas perbukitan: Suatu keberanian untuk menyambut badai. —Pdt. Meyske S. Tungka
Doa: Saat badai melanda, karuniakanlah kami kekuatan
untuk berlari kepada-Mu. Amin.

Bertumbuh Semakin Dalam


Baca: Kolose 2:6-7
Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu me­limpah dengan syukur.
Kolose 2:7
Sering kali kita kagum melihat pohon yang tinggi besar. Kita takjub pada batangnya yang kokoh, daunnya yang rimbun, serta mungkin buahnya yang mengundang sele-ra. Namun sering kali kita tidak terlalu memikirkan, apalagi mengagumi bagian yang tersembunyi, yaitu akarnya. Padahal, tanpa akar yang kokoh dan dalam, mustahil sebuah pohon dapat tumbuh menjulang tinggi dan tahan diterpa angin badai.
Hal serupa berlaku pula bagi kehidupan kita. Sering kali kita terobsesi untuk meningkatkan apa yang terlihat oleh mata: nama baik, keturunan yang hebat, kekayaan, dan sebagainya. Namun jika kita tidak berakar dengan kokoh di dalam Kristus Yesus, segala hal yang kita bangun akan mudah berguncang.
Kita dapat berakar di dalam Dia dengan bertekun dalam mempelajari dan melakukan firman-Nya. Dengan mengenal firman Allah, kita akan mengetahui kebenaran ilahi. Kebenaran ini akan memerdekakan kita dan akan menjadi landasan bagi segala hal yang kita lakukan. Setelah mengenal firman, kita pun harus melakukan firman Tuhan. Menuruti semua perintah Yesus merupakan konsekuensi logis dari rasa cinta akan Dia (Yohanes 14:15). Namun untuk melakukan firman Tuhan, kadang kita harus membuang keinginan pribadi kita. Kita perlu menyelaraskan kehendak kita dengan kehendak Tuhan.
Ingin tumbuh semakin tinggi? Jangan lupa untuk tumbuh semakin dalam! —Danny Salim
Doa: Ya Yesus, pimpin kami untuk mengenal dan melaksanakan firman-Mu sehingga kami semakin berakar di dalam Dikau. Amin.


===============================================================
Diambil dari Renungan Harian MUSA, Penerbit: Sanggar Mitra Sabda, Jl. Merdeka Utara I-B/ 10; SALATIGA 50714; Telp/Fax: 0298-325176,  E-mail: mitrasabda@yahoo.co.id


Bilamana ingin berlangganan  Rp 4.000,00 per edisi

Jumat, 01 Juli 2011

Mana Yang Didahulukan

Baca: Lukas 6:1-5
Kata Yesus lagi kepada mereka: ”Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.”
Lukas 6:5
Suatu saat yang tidak saya duga, ketika anak-anak kami masih kecil, di meja makan si bungsu bertanya dengan spontan: “Pa, mana yang harus didahulukan makan atau berdoa?” Tanpa pikir panjang saya jawab: “berdoa dulu sebelum makan.” Dan si bungsu pun menerima saja tanpa melakukan protes.
Usai makan, saya baru memikirkan kembali pertanyaan si bungsu di atas, itu kalau ada makanan. Bagaimana kalau tidak ada makanan. Bukankah orang baru dapat berdoa dengan baik bila sudah mendapat makanan, bila sudah kenyang? Konflik semacam ini juga terjadi antara Tuhan Yesus dengan orang-orang Farisi.
Dalam bacaan Alkitab hari ini, ternyata Yesus mendahulukan kebu­tuhan makan daripada aturan hari sabat. Bagi Tuhan Yesus ada hukum yang jauh lebih utama, yaitu: “Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka” (Lukas 6:31). Hukum itu tidak lain adalah Hukum Kasih.
Yesus mengerti betul kebutuhan murid-murid-Nya. Karena itu, Ia mengizinkan mereka untuk memetik bulir gandum. Sementara itu orang-orang Farisi melihat Hukum Sabat sebagai yang utama. Tidak salah memang, karena dalam hukum sabat ada semangat kasih. Masalahnya orang-orang Farisi melihat hukum sebagai hukum, bukan semangatnya. Sehingga dalam praktik kehidupan sehari-hari, hukum menjadi momok dan membebani.
Menjadi murid Yesus berarti belajar menaati hukum sejauh hu­kum itu mengutamakan kehidupan manusia yang lebih baik. Mari-lah kita terus belajar dari Tuhan Yesus yang menjalankan aturan demi kehidupan yang lebih baik. —Pdt. Ifer Fr. Sirima
Doa: Tuhan Yesus, terima kasih atas teladan yang Engkau beri, mampukanlah kami untuk taat pada hukum yang membawa kebaikan dalam hidup bersama. Amin.


===============================================================
Diambil dari Renungan Harian MUSA, Penerbit: Sanggar Mitra Sabda, Jl. Merdeka Utara I-B/ 10; SALATIGA 50714; Telp/Fax: 0298-325176,  E-mail: mitrasabda@yahoo.co.id


Bilamana ingin berlangganan  Rp 4.000,00 per edisi

Kamis, 30 Juni 2011

Bertumbuh Dalam Sukacita


Baca: Filipi 1:18-21
...tentang hal itu aku bersukacita. Dan aku akan tetap bersukacita.
Filipi 1:18
Apa yang akan Anda lakukan bila pekerjaan Anda diganggu orang lain atau Anda di-jahati orang lain sedangkan Anda sendiri tidak pernah melakukannya terhadap orang lain? Paulus bisa berkata tidak mengapa se-kalipun usaha penginjilannya dirusak oleh penginjil-penginjil palsu. Seorang anak berkata bahwa Tujuh Kea-jaiban Dunia adalah ketika kita “bisa ber-syukur, bisa tertawa, bisa mendengar, bisa melihat, bisa berbagi, bisa mencintai dan bisa dicintai.“ Bertumbuh dalam sukacita, apa resepnya?
Katakan “Tidak mengapa“ untuk hal yang menyakitkan Anda. Tuhan mengajar kita untuk menjadi anak Tuhan yang bisa mengampuni sesama. Lebih baik memberi ampun daripada memendam menjadi luka batin. Tuhan akan turun tangan ketika kita angkat tangan karena keterbatasan kita sendiri untuk menyelesaikannya.
Diantara yang palsu dan asli, pilihlah kebenaran. Kemunafikan membuat orang hidup bersandiwara. Paulus tidak peduli dengan san-diwara yang dimainkan orang-orang yang merusak pekerjaan Tuhan. Pilihan Paulus adalah tetap menjadi pelayan Tuhan yang berjalan dalam kebenaran. Inilah yang membuatnya tetap bersukacita.
Pertahankan sukacita walaupun hidup dalam guncangan. Tetap bersukacita adalah pilihan Paulus, sekalipun dilanda masalah dalam pe-layanannya. Jangan biarkan iblis atau manusia merebut sukacita yang Tuhan karuniakan kepada kita. Sukacita dari Tuhan tidak ada duanya di dunia ini. —Pdt. Em. Andreas Gunawan Pr.
Pertahankan sukacita dalam hidup ini karena Tuhan masih akan memakai kita untuk karya-karya-Nya yang besar.


===============================================================
Diambil dari Renungan Harian MUSA, Penerbit: Sanggar Mitra Sabda, Jl. Merdeka Utara I-B/ 10; SALATIGA 50714; Telp/Fax: 0298-325176,  E-mail: mitrasabda@yahoo.co.id


Bilamana ingin berlangganan  Rp 4.000,00 per edisi

Rabu, 29 Juni 2011

Kertas Putih

Baca: Yakobus 1:2-8
...sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.
Yakobus 1:3
Seorang tukang kayu bekerja di rumah saya. Selepas dua hari bekerja, saya terkejut dengan “kebiasaan” makan siangnya. Istri saya menyiapkan nasi dan lauk tiga puluh menit sebelum jam makan siang. Tetapi tukang kayu selalu makan tiga jam kemu­dian, menjelang sore hari. Perajin kayu itu memberi tahu bahwa dia memang sudah lama “membiasakan” diri makan dua kali sehari, pagi dan sore hari saja.
Kenyataan ini membuat getir hati saya. Di negeri ini ada begitu banyak orang yang sudah bekerja keras tetapi makan cukup saja sulit. Hari ini, di negeri ini, keseharian kita tak hanya dikoyak harga yang serba mahal. Gempa pun sering mengguncang. Lumpur terus menggenang. Gunung meletus dan banjir bandang menenggelamkan. Apa yang bisa kita banggakan sementara narkoba dan korupsi mengerat negeri ini tiada henti?
Negeri ini seperti selembar kertas putih yang ternoda oleh banyak ti-tik hitam, mana yang menjadi pusat perhatian kita? Titik hitam ataukah kertas putih? Kita benar-benar menderita jika terus-menerus menatap “noda hitam”, carut marut kehidupan di negeri ini. Kita benar-benar menggadaikan kebahagiaan kita jika gagal memaknai pencobaan ini. Yakobus mengajarkan, apabila kita jatuh ke dalam berbagai pencobaan, anggaplah semua itu sebagai suatu kebahagiaan. Pencobaan itu menguji iman dan membuat kita semakin tekun dalam hikmat Tuhan. Pencobaan itu menumbuhkan iman kita. Walau ada banyak “titik hitam” dalam hidup kita, pastikanlah itu tak mengikis iman kita. —Agus Santosa
Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, tampak jugalah lalang itu. —Matius 13:26


===============================================================
Diambil dari Renungan Harian MUSA, Penerbit: Sanggar Mitra Sabda, Jl. Merdeka Utara I-B/ 10; SALATIGA 50714; Telp/Fax: 0298-325176,  E-mail: mitrasabda@yahoo.co.id


Bilamana ingin berlangganan  Rp 4.000,00 per edisi

Selasa, 28 Juni 2011

Pengetahuan Yang Benar


Baca: Kolose 1:9-12
Dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah.
Kolose 1:10
Paulus memuji-muji dengan penuh syu­kur jemaat Kolose, untuk iman dan kasih mereka (Kolose 1:3-4). Meski demikian, ia masih terus mendoakan dan meminta, agar jemaat itu memperoleh hikmat dan pengertian yang benar tentang kehendak Tuhan, sehingga seluruh hidupnya layak dan mendapat perkenan di hadapan-Nya, membuahkan pekerjaan yang baik, serta “bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah”.
Dari nasihat itu menjadi nyata, bahwa untuk dapat memiliki iman, kasih dan buah-buah pekerjaan yang baik sebagaimana dikehendaki Tuhan, kita harus “bertumbuh dalam penge­tahuan yang benar tentang Allah.” Artinya, hidup berdasarkan pengeta­huan yang benar tentang Allah, serta ketaatan yang penuh kepada Allah. Dengan kata lain, jangan berharap akan mampu memiliki iman, kasih dan perbuatan yang sesuai dengan kehendak-Nya, kalau tidak mau berusaha memahami dan menaati kehendak-Nya.
Dalam kehidupan kita sebagai orang-orang percaya, sering kita ber-anggapan bahwa dengan memiliki iman, segala sesuatunya akan beres dengan sendirinya. Iman pasti akan mendorong perbuatan-perbuatan yang membuahkan hal-hal yang baik dan benar. Ternyata tidak begitu! Iman yang mampu membuahkan hal-hal dan perbuatan-perbuatan yang baik itu harus ditumbuh-kembangkan berdasarkan pengetahuan yang benar tentang Allah. Dengan kata lain, demi iman yang mampu berbuah, kerinduan dan usaha untuk mengenal dan mengetahui Allah secara lebih banyak dan lebih benar lagi, jangan sampai diabaikan dan menjadi kendor. —Pdt. Em. Sutarno
Doa: Tuhan, lengkapi iman kami dengan kemauan untuk tumbuh dalam pengenalan dan pengetahuan yang benar tentang Engkau, agar mampu membuahkan hal-hal dan perbuatan-perbuatan baik yang memuliakan nama-Mu. Amin!


===============================================================
Diambil dari Renungan Harian MUSA, Penerbit: Sanggar Mitra Sabda, Jl. Merdeka Utara I-B/ 10; SALATIGA 50714; Telp/Fax: 0298-325176,  E-mail: mitrasabda@yahoo.co.id


Bilamana ingin berlangganan  Rp 4.000,00 per edisi