Baca:
Habakuk 3:1-19
Allah Tuhanku
itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak
di bukit-bukitku.
Habakuk 3:19
Suatu
waktu, saya berkesempatan mengunjungi kampung halaman ayah saya. Sebuah desa
di daerah pegunungan berhawa dingin, dikitari lembah berbukut-bukit. Teringat
cerita ayah berpuluh tahun yang lalu, bagaimana ia melintasi lembah itu dengan
me-nunggangi kuda dan melihat rombongan rusa berkejaran di perbukitan.
Kini pemandangan indah itu tak mungkin ditemukan lagi.
Tak ada jejak kaki rusa. Lembah itu lengang, sunyi. Di manakah rusa-rusa itu?
Pak sopir yang mengantarkan
kami
bercerita bahwa rupanya rusa-rusa itu telah lari ke hutan. Di sana-lah tempat
yang aman bagi mereka, tanpa ancaman para pemburu yang memangsa dan mengambil
tanduk mereka untuk dijual.
Bukankah hidup ini ibarat lembah berbukit-bukit, terbuka
terhadap ancaman yang sewaktu-waktu menerjang manusia? Apakah kita menjadi
seperti rusa-rusa itu yang berlari menghindar, bersembunyi?
Nabi Habakuk sadar bahwa umatnya telah terpuruk dalam
ketidakberdayaan dan depresi atas penyerbuan bangsa Babel. Banyak orang Israel
telah meninggalkan Tuhan. Nyanyian
Habakuk ini mengungkapkan bahwa betapapun segalanya terlihat buruk, namun Tuhan
berkuasa dan siap menolong kita. Cukup
baginya jika Tuhan ada, sebab badai apa pun hanyalah kondisi kesementaraan,
sedangkan penyertaan Tuhan adalah selamanya. Karena itu ia beria-ria di dalam
Tuhan. Tuhanlah yang akan mengokohkan kakinya untuk tidak “lari” dari badai
kehidupan yang melanda.
Seperti
rusa yang berdiri tegak di atas perbukitan: Suatu keberanian untuk menyambut
badai. —Pdt. Meyske S. Tungka
Doa: Saat badai melanda, karuniakanlah kami kekuatan
untuk berlari kepada-Mu. Amin.