Tentang Sanggar Mitra Sabda

Foto saya
PROFIL Sanggar Mitra Sabda adalah sebuah Lembaga Swadaya Gerejawi, Mitra Gereja/ Lembaga bagi pemulihan relasi dengan Allah; dengan diri sendiri, dengan sesama dan dengan lingkungannya.

Sabtu, 26 Februari 2011

Dihajar Tuhan Karena Cinta

Baca: Ibrani 12:5-8
Karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.
Ibrani 12:6
Berapa banyak anak-anak yang disakiti hatinya oleh orangtuanya sendiri: dihajar, dipukul, cacat seumur hidup bahkan sampai pada kematiannya. Ada orangtua menghajar karena cinta, ada yang menghajar karena pelampiasan kemarahan karena anak itu sebenarnya tidak dikehendaki lahir.
Beda dengan cara Tuhan menghajar anak-anak-Nya. Tindakan Tuhan mengan-dung edukasi demi masa depan anak-anak Tuhan itu sendiri. Dihajar karena cinta-Nya, bagaimana bila hal itu terjadi pada kita?
Pendidikan Tuhan memang keras, tetapi sangat berfaedah. Keras beda dengan kejam. Keras mengarah pada kedisiplinan hidup. Jangan menganggap enteng didikan Tuhan, cobalah periksa diri sendiri kenapa sampai Tuhan mengizinkan yang tidak enak terjadi dalam hidup kita. Terimalah hajaran Tuhan itu dan hiduplah lebih beriman kepada-Nya.
Dikasihi Tuhan tidak selamanya hanya menerima yang baik. Tuhan mengasihi melalui berkat-berkat-Nya, tetapi juga melalui pen-deritaan dan ujian hidup. Dari cara-cara Tuhan itu akan muncul orang-orang yang bertobat atau sebaliknya orang-orang yang makin jauh dari Tuhan. Belajarlah berkata seperti Ayub: “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk? (Ayub 2:10).
Seberat apa pun hajaran Tuhan, kita tetaplah anak-Nya. Pengakuan sebagai anak oleh Tuhan membuat kita bahagia karena tindakan-Nya yang keras tidak akan membinasakan kita. Bagi Dia, semakin kita di­hajar berarti semakin didekatkan untuk menjadi serupa dengan Kristus. Hanya ada satu pilihan di antara: Mau marah atau mau bertobat? —Pdt. Em. Andreas Gunawan Pr.

Dalam pendidikan Tuhan hanya ada satu tujuan, yaitu pembaruan
karakter agar semakin sempurna seperti Bapa di surga.

Jumat, 25 Februari 2011

Kasih Seorang Ibu

Kasih Seorang Ibu
Baca: Markus 10:45
Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk mem­berikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.
Markus 10:45
Alkisah seorang gadis bernama Cindy, anak seorang janda miskin. Ia terjerumus dalam pergaulan bebas, minuman keras, dan narkoba. Hidupnya berantakan. Ibunya sangat sedih melihat cara hidup anaknya itu. Para tetangga berbisik-bisik membicarakan Cindy. Si ibu berusaha melakukan apa saja untuk menyadarkan anaknya. Pernah ia mengundang pendeta untuk menasihati anaknya itu, tetapi hasilnya nol besar, malah ia merasa malu karena dengan kasar Cindy mengusir pendeta itu. Sampai suatu saat Cindy jatuh sakit, harus berbaring di tempat tidur berbulan-bulan. Dengan setia si ibu merawat. Tentu saja hal ini sangat menyita waktu dan tenaga si ibu, sebab ia juga harus mencari nafkah dengan berjualan kue. Tidak hanya itu, untuk menambah penghasilan ia lalu menjadi buruh cuci dan setrika. Tetangga merasa kasihan melihatnya, pekerjaan itu berat untuk orang seusianya. Tetapi tak sepatah kata keluhan keluar dari mulutnya. Ibu Cindy tak kenal putus asa, ia terus mendoakan agar Cindy kembali ke jalan yang benar. Melihat apa yang dilakukan ibunya, hati Cindy tersentuh. Kasih ibunya yang meneladani kasih Yesus mem­buat ia bertobat, menerima Yesus yang telah memberikan nyawa-Nya untuk orang berdosa seperti dirinya.
Bagaimana dengan kita? Sebagai orangtua, apakah kita telah menun­jukkan kasih sayang yang rela berkorban kepada anak-anak kita? Sebagai anak, sudahkah kita mengasihi orangtua kita dengan kasih yang tulus? Dan apakah kita telah mengasihi sesama kita sama seperti Yesus telah mengasihi kita? —Teguh Pribadi.

Doa: Ya Tuhan, ajarkan kami untuk mengasihi seperti
Engkau telah mengasihi kami. Amin.

Kamis, 24 Februari 2011

Cinta Itu Memberi

Baca: Kisah Para Rasul 20:35
...sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima.
Kisah Para Rasul 20:35

Dalam praktik sehari-hari ternyata konsep memberi, selalu berkonotasi “mengeluar­kan”, dan dalam memberi terus-menerus cepat atau lambat nanti pasti kita akan keha­bisan juga. Ketakutan kehabisan inilah yang membuat kita tidak mudah untuk memberi, bahkan cenderung menjadi kikir.
Dalam pandangan Tuhan Yesus ternyata konsep memberi dianggap lebih utama dari­pada menerima. Karena di dalam memberi, membagi dan mengeluarkan sebenarnya itu cermin dari seseorang yang dalam hatinya penuh syukur, kegembiraan dan kebahagiaan. Ya, hanya orang yang merasa sudah menerima begitu banyak hal dari Tuhan, yang merasa hidupnya su­dah diberkati Tuhan akan selalu terpancar kesadaran memberi, membagi, mengeluarkan dari dirinya.
Dari dasar pandangan inilah kita dapat memahami apa itu mencin­tai. Cinta pada hakikatnya adalah kesediaan memberi, berbagi dan mengeluarkan dari diri kita. Secara sadar, spontan yang keluar dari hati yang mencintai. Sebab di sana tidak ada tuntutan, perhitungan untung-rugi, juga tidak ada gengsi dan kebanggaan diri yang mengha­langi. Yang ada adalah keinginan untuk memberi sesuatu yang terbaik dari yang dimiliki. Hanya itu. Cinta selalu tidak bersyarat, tidak pamrih. Cinta juga tidak memasang label harga, bagi cinta tidak ada yang ter­lalu mahal. Cinta yang sesungguhnya tersemai dalam hati yang merasa sudah mendapat cinta Kristus yang tidak pernah melihat siapa kita. Ia mengasihi kita sebagaimana adanya kita. Ia mau menerima kita tanpa syarat. —Pdt. Ifer Fr. Sirima.

Hati yang diresapi oleh cinta Kristus akan menjadi telaga persemaian
benih cinta yang takkan pernah lekang, dari sana akan terus
mengalirkan cinta tanpa henti. memberi dan memberi.

Rabu, 23 Februari 2011

Saling Mengasihi


Baca: Yohanes 13:34-35
Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.
Yohanes 13:35
Sebagai pengikut Kristus, kita menerima amanat dari-Nya untuk menjadi saksi-Nya yang memberitakan dan menunjukkan, bahwa Dia adalah Juru Selamat. Kesaksian yang harus kita lakukan itu tidak hanya melalui perkataan, tetapi juga perbuatan nyata, sesuai dengan apa yang telah diajar­kan dan dilakukan-Nya. Melalui kesaksian, kita sekaligus juga menunjukkan bahwa kita menjadi murid dan pengikut Kristus yang setia dan taat. Dengan demikian, kesaksian kita itu juga menjadi indikator seberapa be-
sar kesetiaan dan ketaatan kita kepada-Nya. Semakin besar dan kuat kesetiaan serta ketaatan kita, semakin besar dan kuat pula keinginan serta perbuatan kesaksian kita.
Dalam hubungan itu, perlu kita sadari pentingnya keserasian antara apa yang kita beritakan dengan perilaku kita sendiri. Dengan kata lain, hidup dan perilaku kita itu harus sesuai dengan, atau menjadi perwujudan dari kesaksian kita. Perilaku yang tidak sesuai dengan kesaksian, akan melemahkan kesaksian itu sendiri, sehingga membuat orang menjadi tidak mau mempercayainya.
Menyadari betapa penting dan mendasarnya prinsip kasih yang men-jadi inti dari ajaran dan karya Yesus, maka dengan menjalankan perintah-Nya untuk mengasihi sesama, hal itu menjadi wujud dari kesaksian dan bukti kepemuridan kepada Kristus. Melalui perbuatan kasih yang kita lakukan, semua orang akan melihat bahwa kita adalah pengikut dan saksi Kristus. Itulah aspek dan pengaruh lain dari perbuatan kasih yang patut kita perhatikan dan jadikan pendorong untuk melakukannya. —Pdt. Em. Sutarno.

Perbuatan saling mengasihi tidak hanya menjadi bukti
kepemuridan Kristus, tetapi juga keksaksian yang
efektif tentang dia yang penuh kasih.

Selasa, 22 Februari 2011

Cinta Mengalahkan Segalanya

Baca: Daniel 6:11-12
...tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya. Daniel 6:11
Sebuah penelitian di Inggris yang dimuat dalam jurnal Archives of Sexual Behavior melaporkan bahwa seorang pria hanya butuh waktu 8,2 detik untuk jatuh cinta kepada se-orang wanita yang dijumpainya. Itulah jatuh cinta pada pandangan pertama. Pertanyaan-nya butuh berapa lama seorang manusia jatuh cinta dalam pandangan pertamanya kepada Tuhan?
Daniel membuktikan cinta-Nya yang kuat kepada Tuhan walaupun diancam hu­kuman mati dilempar ke dalam gua singa
(ayat 13). Bagaimana membuktikan bahwa cinta kita kepada Tuhan adalah untuk yang utama dan selamanya?
Tidak gentar menghadapi tantangan manusia. Selama kita hidup benar dan hanya fokus kepada Allah, maka apa pun keadaan dan ke­nyataan yang bakal terjadi tidak akan menyurutkan nyali dan iman kita kepada Allah. Surat perintah raja tidak mengggetarkan Daniel. Percayalah Allah selalu di pihak kita, orang-orang yang dibenarkan Tuhan.
Carilah Tuhan. Daniel menghadap Allah dalam kerendahan hati, doa dan pujian. Itulah kekuatan cinta yang tak terkalahkan. Asal masih ada cinta kepada Tuhan, akan ada jalan terbuka untuk menerima kekuatan Allah. Apa yang Anda lakukan ketika hidup ini terancam dengan banyak masalah dan persoalan?
Tetaplah bersaksi dan jangan undur sedikit pun. Daniel dicari oleh pihak penguasa Babel dan mereka menemukan Daniel sedang berdoa memohon kepada Allah (ayat 12). Jangan berhenti beribadah, berdoa dan menyembah Allah walaupun hidup ini sedang banyak masalah. Semakin banyak berdoa, semakin banyak kuasa Allah menaungi kita. Percayalah! —Pdt. Em. Andreas Gunawan Pr.
Jika cinta kepada Tuhan sudah bisa mengalahkan segalanya, maka
itulah cinta sejati yang akan terus dibawa setia sampai mati.

Senin, 21 Februari 2011

Menarik

Baca: Efesus 1:5-8
...Ia telah menentukan kita... sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya... menurut kekayaan kasih karunia-Nya. - Efesus 1:5, 7
Psikolog Jerman, Erich Fromm, dalam bu­kunya, The Art of Loving, menuturkan bahwa manusia modern begitu gemar mengunjungi estalase toko, bazaar, plaza, atau mall untuk membeli barang-barang yang diinginkan, entah cash atau dengan menggesek kartu kredit. Fromm menandaskan bahwa cinta manusia modern juga menggunakan mo-dus yang tak jauh berbeda. Perempuan yang menarik bagi lelaki sekarang tak ubahnya adalah “bingkisan” yang diinginkannya. Sebaliknya, bagi perempuan, lelaki yang
menarik adalah “hadiah” yang selalu mereka dambakan.
Menarik itu berarti sehimpunan sikap manis yang menawan, karak-ter populer yang dicari di berbagai estalase cinta. Menarik juga memuat serumpun kondisi, syarat atau kualifikasi. Anda akan mencintai saya sesuai syarat yang Anda pandang menarik, begitu juga saya mencintai Anda karena sesuai syarat yang saya inginkan. Ketika Anda pas dengan kualifikasi saya, jatuh cintalah saya kepada Anda! Nah, sejatinya, saya ini jatuh cinta kepada Anda, atau pada persyaratan saya yang kebetulan Anda miliki?
Jika saja Tuhan bekerja dengan modus ini, maka hari ini takkan ada penebusan! Tuhan tidak mengasihi Anda dan saya karena kita menarik. Yesus tidak menebus kita karena Anda dan saya memenuhi syarat-syarat hukum Taurat. Tuhan mengasihi kita sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya (ayat 5). Penebusan oleh darah-Nya itu menurut kekayaan kasih karunia Tuhan (ayat 7). Kita seharusnya bercermin pada Yesus, sanggupkah kita mengasihi orang lain menurut kerelaan dan kekayaan kasih karunia yang kita terima dari Tuhan? —Agus Santosa.
Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu
yang di surga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan
orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar
dan orang yang tidak benar. —Matius 5:45

Minggu, 20 Februari 2011

Dimuliakan Nama-Mu

Baca: Yohanes 13:34-35
Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.
Yohanes 13:35
Teknologi informasi semakin canggih, sehingga dunia seolah-olah tanpa batas. Sejak 1998, berita kekerasan sering terjadi di Indonesia, salah satunya karena ulah para teroris. Sebelum 1998 mungkin kekerasan juga telah ada, tetapi informasi sulit didapat sehingga seolah-olah semua hidup damai.
Akhir-akhir ini pemerintah proaktif me­merangi terorisme, ada banyak teroris yang tertangkap bahkan terbunuh. Tindakan ini memancing pembalasan dari teroris, antara lain peristiwa Polsek Hamparan Perak, Su-
matera Utara yang mengakibatkan tiga polisi terbunuh. Dalih teroris melakukan perbuatannya adalah perintah agama memerangi kaum kafir dan antek-anteknya (dahulu sasarannya tempat yang banyak dikunjungi orang Amerika atau Australia, sekarang bergeser ke polisi yang dianggap musuh karena memerangi mereka).
Terjadilah kekerasan dilawan dengan kekerasan. Ketika seorang re­porter mewawancarai seorang istri polisi yang terbunuh, dan bertanya apa harapannya, inilah jawabnya: “Kalau teroris itu tertangkap, jangan dibunuh.” Mengapa? tanya sang reporter. Si istri menjelaskan bahwa dalam kebaktian keluarga di malam hari sebelum peristiwa terjadi, suaminya berdoa: “Tuhan lindungi aku dalam perjalanan dan di kantor. Jadikan segala yang aku perbuat menjadi berguna dan mendatangkan damai, sehingga nama-Mu dimuliakan.” Si istri menambahkan, “Orang Kristen tidak boleh membalas kejahatan dengan kejahatan.“
Kalimat itu mengingatkan kita akan ucapan Yesus di kayu salib “Bapa ampuni mereka, karena mereka tidak tahu apa yang diperbuatnya.” Dan, dapatkah kita juga mengampuni demi memuliakan nama-Nya? —Pramudya.

Mengampuni adalah perwujudan cinta,
dan damai adalah tujuan cinta.