Bacaan Alkitab: Keluaran 3:1-5
Lalu Ia
berfirman: “Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu,
sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus.”
Keluaran 3:5
Semak duri itu menyala, tetapi aneh, tidak terbakar.
Melihat penglihatan yang hebat itu, Musa yang saat itu sedang menggembalakan
kambing domba mertuanya, bermaksud memeriksanya (ayat 3). Tetapi langkahnya
terhenti karena tiba-tiba terdengar Allah memanggil namanya dari tengah-tengah
semak duri itu: “Musa, Musa!” dan ia menjawab: “Ya, Allah.” Lalu Ia berfirman:
“Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat,
di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus” (ayat 4-5).
Kasut,
sandal, sepatu, dan sejenisnya biasa kita pakai untuk melin-dungi kaki agar
bersih, tidak kena kerikil atau terantuk batu. Mengenakan kasut membuat kaki
kita aman dan nyaman. Kecuali itu kasut, utamanya yang branded, juga
dapat mengangkat gengsi. Tetapi, di hadirat Allah, kita harus “menanggalkan
kasut”, meninggalkan gengsi dan status. Kita bertemu Allah sebagaimana adanya
kita.
Kita
membutuhkan perjumpaan pribadi dengan Allah. Ya Allah, Engkaulah
Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu,
seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair (Mazmur 63:2). Tanpa
perjumpaan itu hidup kita terasa kering dan kosong. Hanya Allah yang sanggup
memuaskan dahaga jiwa kita melalui perjumpaan dengan Dia. Dengan
mengosongkan diri: akal budi, afeksi, dan kehendak kita, maka Allah dapat
mengisinya dengan cinta-Nya dan menguasai hidup kita. Kita
menanggalkan rasa aman dan nyaman karena kekuatan sendiri. Sebagai gantinya kita
berserah pada pimpinan dan kehendak-Nya. —Liana Poedjihastuti.
Maukah aku melepaskan “kasut”ku: gengsi, status, kehendakku
supaya aku dapat melakukan kehendak-Nya?