Tentang Sanggar Mitra Sabda

Foto saya
PROFIL Sanggar Mitra Sabda adalah sebuah Lembaga Swadaya Gerejawi, Mitra Gereja/ Lembaga bagi pemulihan relasi dengan Allah; dengan diri sendiri, dengan sesama dan dengan lingkungannya.

Sabtu, 09 Oktober 2010

Kasih Bapa

Baca: Lukas 15:11-32
...ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.
Lukas 15:20

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, entah sudah berapa lama ia menunggu, tanpa lelah, tanpa bosan. Setiap hari de-ngan setia dinantinya kedatangan anaknya yang merantau entah ke mana. Sebenarnya hatinya terluka ketika anak bungsunya itu pergi meninggalkan rumah, meninggal-kan dirinya dengan membawa semua uang bagiannya. Ia punya sejuta alasan untuk tidak lagi mencintai anaknya itu, tetapi hati seorang ayah, mana sanggup berbuat seperti itu. Meski hatinya terluka, cinta-nya terhadap anaknya tak mungkin pudar.

Ia tak bisa membencinya. Bagaimanapun dia tetap anaknya. Jadi dinantinya sang anak kembali. Ia yakin anaknya pasti kembali suatu saat nanti... nanti... tetapi kapan? Besok, lusa, setahun lagi? Tak ada kepastian. Tetapi sang bapa setia menunggu dengan sepenuh harapan, cinta dan ampunan.

Barangkali saat ini kita adalah orang tua yang sedang menunggu “kep¬ulangan” anak kita. Anak kita sedang dalam masalah besar, menunggu pertobatan. Mungkin kita sebut dia bengal menurut ukuran kita atau tidak berbakti. Apakah kita telah kehilangan cinta kepada anak kita sendiri? Bagaimanapun cinta orang tua kepada anaknya harusnya seperti cinta Allah Bapa kepada kita, manusia berdosa. Walau kita sesat, Dia masih bersabar dan mencintai. Allah Bapa tidak bisa membenci kita karena hakikat-Nya adalah cinta (1Yohanes 4:8). Dia tidak bisa menarik cinta-Nya, sama seperti bunga melati yang tak bisa menghentikan wangi aromanya bagi mereka yang jahat. Semoga kita dirahmati cinta seperti kasih Allah Bapa kita. —Liana Poedjihastuti

Pokok Doa: bagi orang tua dan anak-anak yang
sedang dalam pergumulan masalah.

Jumat, 08 Oktober 2010

Gelas Retak

Baca: Efesus 4:32
Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah
mengampuni kamu.
Efesus 4:32

Dalam suatu hubungan terkadang tidak bisa kita hindarkan adanya konflik. Demiki¬an juga halnya dengan hubungan dalam ke¬luarga. Banyak hal dapat menjadi penyebab keretakan sebuah hubungan, mulai dari yang sepele sampai ke hal-hal yang kompleks.

Sebagian orang mengatakan bahwa jika sebuah hubungan sudah retak, maka tidak¬lah mungkin diperbaiki lagi, seperti sebuah gelas yang retak tidaklah mungkin diper¬baiki menjadi seperti semula. Pendapat ini menunjukkan pandangan hidup orang yang cenderung pesimis.
Bagi orang yang optimis, akan melihat dari sudut pandang yang ber-beda. Keretakan dalam suatu relasi tidak semata-mata dilihat sebagai sebuah akhir dari relasi itu sendiri. Keretakan sebuah relasi bagi mereka dianggap sebuah peringatan yang dapat lebih mempererat relasi dan pemberian makna yang lebih dalam dari relasi itu.
Memang benar, seperti sebuah gelas retak tidaklah mungkin akan kembali seperti semua. Sekalipun dilem atau dilas kembali pasti akan ada bekas-bekasnya. Tinggal bagaimana memberikan nilai lebih dan sentuhan-sentuhan yang halus dan indah, sehingga bekas dari keretakan itu justru akan memancarkan sebuah keindahan dan harmonisasi.

Demikian juga halnya dengan relasi dalam kehidupan kita. Salah satu hal yang dapat merekatkan kembali relasi yang telah retak adalah adanya kerelaan untuk mengampuni. Memang mengampuni adalah hal yang tidak gampang dilakukan, tetapi dengan mengingat bahwa kita telah diampuni oleh Kristus, maka kita pun wajib saling mengampuni. —Darmanto

Dengan saling mengampuni kita akan mengukir
keindahan hidup yang kita jalani bersama.

Kamis, 07 Oktober 2010

Modal Kita

Baca: 1 Korintus 12:12-26
Jadi mata tidak dapat berkata kepada tangan: “Aku tidak membutuhkan engkau.” Dan kepala tidak dapat ber¬kata kepada kaki: “tidak membutuhkan engkau.”
1 Korintus 12:21

Mengunjungi dokter gigi adalah hal yang menakutkan bagi saya, membayangan rasa sakit, ngilu, dan suara bor yang semakin memusatkan pikiran ke gigi yang sedang bermasalah. Tetapi menjalani perawatan gigi sungguh dapat mengingatkan betapa kehadiran dokter gigi sangat kita butuhkan. Demikian juga kehadiran orang-orang lain, tukang masak, atau penjual sayur yang lewat setiap pagi. Mereka memang tidak menentu¬kan hidup mati kita, tetapi bukankah dalam beberapa hal sesungguhnya kita membutuh¬kan kehadiran mereka?

Untuk dapat makan malam pada waktunya, kadang-kadang kita harus mempercayakan tugas memasak kepada tukang masak, dengan harapan ia menggunakan bahan-bahan yang layak makan. Demikian juga kepada penjual sayur, kita punya harapan ia akan lewat depan rumah pagi ini dengan membawa sayur. Alangkah repotnya bila kita harus menyelesai¬kan segala urusan sendiri tanpa kehadiran orang lain! Oleh karena itu kehadiran orang-orang lain di sekitar kita memang perlu mendapatkan penghargaan yang cukup. Rasanya tak ada ungkapan yang lebih jelas selain: Kita sungguh saling membutuhkan. Keindahannya terletak pada makna yang terkandung di dalamnya, yaitu kepercayaan, pengharapan dan penghargaan.

Hari ini marilah kita melihat bagaimana kita menjalin hubungan dengan setiap orang yang ada dalam lingkaran kehidupan kita: kelu¬arga, sahabat, kolega, saudara seiman, siapa pun. Apakah kita punya “modal”, yaitu kepercayaan, pengharapan dan penghargaan untuk membuktikan bahwa kita saling membutuhkan? —Ocky Sundari

Doa: Tuhan, tolonglah kami untuk saling mempercayai,
menaruh pengharapan dan memberi penghargaan, karena
sesungguhnya kami saling membutuhkan.
Amin.

Rabu, 06 Oktober 2010

Menjadi Penolong

Baca: Kejadian 2:21-22
Dan dari rusuk yang diambil Tuhan allah dari manusia itu, dibangun-nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu.
Kejadian 2:22

Tuhan menciptakan penolong yang se-padan dari tulang rusuk pria untuk meleng¬kapi dan menyempurnakannya dalam hidup berkeluarga. Adalah benar yang dikatakan oleh Dale S. Hadley dalam puisinya ini: Women was created from the rib of man. Not from his head to be o bove him. Not his feet to be walked upon. From his side to be equal. Near his arm to be protected. And close to his heart to be loved.
Apa fungsi tulang rusuk? Fungsinya untuk melindungi organ tubuh yang lebih lemah seperti jantung dan paru paru. Perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki, maka perempuan harus men¬jalankan fungsinya sebagai penolong, karena tidak selamanya laki-laki itu tegar dan kuat menghadapi kerasnya arus kehidupan dan ketika bergumul dengan masalah. Sesungguhnya laki-laki membutuhkan penolong ketika ia bergumul dengan pekerjaan, mengalami krisis ekonomi, ancaman PHK, bahkan ketika memasuki usia yang semakin uzur.

Pertama: Jadilah penolong bukan perongrong. Perongrong adalah orang yang selalu tidak puas dengan apa yang ada. Sudah mempunyai rumah, kok kecil, lalu minta rumah yang megah dan mentereng.

Kedua: Jalankan fungsi Anda sebagai tulang rusuk bukan untuk menusuk dengan kata kata yang pedas dan menyerang kelemahan pa-sangan Anda yang menyudutkan.

Ketiga: Angkatlah orang lain dengan tangan yang perkasa. Sebab tangan perempuan adalah tangan yang terampil melakukan sesuatu mulai dari urusan dapur sampai dengan mengurus dan mendampingi anak dan suami. Niscaya pasangan Anda akan merasakan kehadiran Anda yang bermakna. —Pdt. Agus Wiyanto

Suami membutuhkan penolong, yaitu istrinya,
yang selalu hadir di sisinya, memberikan
pertimbangan yang bermakna.

Selasa, 05 Oktober 2010

Cinta Kanak-kanak

Baca: Maleakhi 2:13-16
Dan janganlah orang tidak setia terhadap istri dari masa mudanya.
Maleakhi 2:15

Seorang ahli pernikahan mengatakan, jika suami-istri mau menjalin keharmonisan, maka mereka harus kembali ke masa kanak-kanak. Artinya, jangan malu-malu untuk memperlakukan pasangannya seperti te¬man bermain di masa kecil. Anak-anak bisa cepat marah, tetapi bisa cepat pulih dan bermain lagi seperti sediakala. Kembali ke masa kanak-kanak dalam hidup berkeluarga artinya:

Tidak melupakan Tuhan yang telah mempersatukan pernikahan. Allah yang Esa telah membuat suami-istri menjadi satu bagaikan daging dan roh. Dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Apakah keharmonisan dalam hidup keluarga kita masih seperti daging dan roh, tidak bisa dipisahkan satu terhadap yang lain?

Hidup tanpa dipengaruhi oleh hal-hal yang jahat dan merusak. Anak-anak kebanyakan masih polos, apa adanya dan kalaupun berbuat yang nakal itu pun karena ketidaktahuannya. Berbeda dalam hidup berke¬luarga yang tahu banyak tentang “abc-nya hidup” ini. Ingatlah bahwa kita semua adalah keturunan ilahi (ayat 15). Oleh sebab itu keluarga kita harus mencerminkan sifat-sifat Allah. Jangan melakukan hal-hal yang mempermalukan Allah.

Miliki cinta yang tulus dan setia. Cinta kanak-kanak adalah cinta yang tulus dan setia. Setiap kali ada bahaya, anak akan lari kepada orang tuanya.Kedekatannya menggambarkan ketulusan dan kesetiaannya. Keluarga Kristen seharusnya tidak lari ke mana-mana bila ada masalah. Larilah kepada Tuhan dan jadikan pasangan hidup kita sebagai teman berbagi. Cinta yang tulus dan setia harus dipertahankan sejak menikah. —Pdt. Em. Andreas Gunawan Pr.

Rumah tangga akan seperti tempat bermain dan
taman rekreasi bila kita bisa sehidup semati.

Senin, 04 Oktober 2010

Mengenal Kitab Suci

Baca: 2 Timotius 3:14-17
Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci.
2 Timotius 3:15

Timotius adalah salah seorang murid Paulus yang sangat disayang dan dipuji-pujinya, karena sifat dan sikapnya sebagai pengikut Kristus yang taat dan setia, termasuk kese-diaannya untuk ikut menderita bersama Paulus demi Kristus. Adalah sangat menarik, bahwa selain mengemukakan sifat dan sikap Timotius yang amat terpuji itu, Paulus juga menekankan kenyataan bahwa dari kecil, Timotius “sudah mengenal Kitab Suci”. Dengan demikian, Paulus hendak mene¬kankan bahwa Timotius memiliki sifat dan sikap yang terpuji tersebut karena sejak kecil ia telah mengenal, yang berarti juga mengetahui, isi Kitab Suci yang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.

Bahwa Timotius sudah mengenal Kitab Suci sejak kecil, pasti tidak terlepas dari pendidikan yang diterimanya di dalam keluarganya. Ke¬nyataan ini memberi pelajaran dan bukti bagi kita, betapa penting peran keluarga dalam melaksanakan pendidikan keimanan melalui pengenalan akan isi Alkitab. Oleh sebab itu, kita perlu berusaha dengan sungguh-sungguh, agar pengenalan akan isi Alkitab melalui kehidupan dan kegiatan keluarga itu dapat terlaksana. Memang, mungkin kita diper¬hadapkan dengan berbagai kendala dan kesulitan. Namun percayalah, kalau hal itu sungguh-sungguh kita akui sebagai hal yang amat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan kehidupan keimanan kita, pasti akan kita dapatkan jalan keluarnya. Yang penting dan menentukan, harus ada kemauan! —Pdt. Em. Sutarno

Doa: Tuhan, ciptakanlah dalam kehidupan dan
kegiatan keluarga kami, saat-saat untuk lebih mengenal
dan mendalami isi Kitab Suci-Mu. Amin.

Minggu, 03 Oktober 2010

Debat

Baca: 2 Timotius 3:14-17
Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci.
2 Timotius 3:15

Timotius adalah salah seorang murid Paulus yang sangat disayang dan dipuji-pujinya, karena sifat dan sikapnya sebagai pengikut Kristus yang taat dan setia, termasuk kese-diaannya untuk ikut menderita bersama Paulus demi Kristus. Adalah sangat menarik, bahwa selain mengemukakan sifat dan sikap Timotius yang amat terpuji itu, Paulus juga menekankan kenyataan bahwa dari kecil, Timotius “sudah mengenal Kitab Suci”. Dengan demikian, Paulus hendak mene¬kankan bahwa Timotius memiliki sifat dan
sikap yang terpuji tersebut karena sejak kecil ia telah mengenal, yang berarti juga mengetahui, isi Kitab Suci yang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.

Bahwa Timotius sudah mengenal Kitab Suci sejak kecil, pasti tidak terlepas dari pendidikan yang diterimanya di dalam keluarganya. Ke¬nyataan ini memberi pelajaran dan bukti bagi kita, betapa penting peran keluarga dalam melaksanakan pendidikan keimanan melalui pengenalan akan isi Alkitab. Oleh sebab itu, kita perlu berusaha dengan sungguh-sungguh, agar pengenalan akan isi Alkitab melalui kehidupan dan kegiatan keluarga itu dapat terlaksana. Memang, mungkin kita diper¬hadapkan dengan berbagai kendala dan kesulitan. Namun percayalah, kalau hal itu sungguh-sungguh kita akui sebagai hal yang amat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan kehidupan keimanan kita, pasti akan kita dapatkan jalan keluarnya. Yang penting dan menentukan, harus ada kemauan! —Pdt. Em. Sutarno

Doa: Tuhan, ciptakanlah dalam kehidupan dan
kegiatan keluarga kami, saat-saat untuk lebih mengenal
dan mendalami isi Kitab Suci-Mu. Amin.