...ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.
Lukas 15:20
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, entah sudah berapa lama ia menunggu, tanpa lelah, tanpa bosan. Setiap hari de-ngan setia dinantinya kedatangan anaknya yang merantau entah ke mana. Sebenarnya hatinya terluka ketika anak bungsunya itu pergi meninggalkan rumah, meninggal-kan dirinya dengan membawa semua uang bagiannya. Ia punya sejuta alasan untuk tidak lagi mencintai anaknya itu, tetapi hati seorang ayah, mana sanggup berbuat seperti itu. Meski hatinya terluka, cinta-nya terhadap anaknya tak mungkin pudar.
Ia tak bisa membencinya. Bagaimanapun dia tetap anaknya. Jadi dinantinya sang anak kembali. Ia yakin anaknya pasti kembali suatu saat nanti... nanti... tetapi kapan? Besok, lusa, setahun lagi? Tak ada kepastian. Tetapi sang bapa setia menunggu dengan sepenuh harapan, cinta dan ampunan.
Barangkali saat ini kita adalah orang tua yang sedang menunggu “kep¬ulangan” anak kita. Anak kita sedang dalam masalah besar, menunggu pertobatan. Mungkin kita sebut dia bengal menurut ukuran kita atau tidak berbakti. Apakah kita telah kehilangan cinta kepada anak kita sendiri? Bagaimanapun cinta orang tua kepada anaknya harusnya seperti cinta Allah Bapa kepada kita, manusia berdosa. Walau kita sesat, Dia masih bersabar dan mencintai. Allah Bapa tidak bisa membenci kita karena hakikat-Nya adalah cinta (1Yohanes 4:8). Dia tidak bisa menarik cinta-Nya, sama seperti bunga melati yang tak bisa menghentikan wangi aromanya bagi mereka yang jahat. Semoga kita dirahmati cinta seperti kasih Allah Bapa kita. —Liana Poedjihastuti
Pokok Doa: bagi orang tua dan anak-anak yang
sedang dalam pergumulan masalah.
sedang dalam pergumulan masalah.