Tentang Sanggar Mitra Sabda

Foto saya
PROFIL Sanggar Mitra Sabda adalah sebuah Lembaga Swadaya Gerejawi, Mitra Gereja/ Lembaga bagi pemulihan relasi dengan Allah; dengan diri sendiri, dengan sesama dan dengan lingkungannya.

Sabtu, 25 September 2010

Sukacita Dalam Penderitaan

Baca: 1 Petrus 4:12-19
Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh Kemuliaan yaitu Allah ada padamu.
1 Petrus 4:14

Biasanya orang akan bersukacita kalau mendapatkan sesuatu yang berkaitan dengan kegembiraan, keberuntungan, kesuksesan atau segala hal lain yang bersifat memba¬hagiakan. Sukacita dianggap kebalikan atau lawan dari penderitaan, kegagalan, ke-sialan, kesedihan atau segala sesuatu yang bersifat merugikan. Jadi, jika ada orang yang bersukacita karena kegagalan, kedukaan, penderitaan atau segala sesuatu yang tidak membahagiakan dirinya, pasti semua orang akan mengatakan bahwa itu tidak normal.

Di antara murid-murid Tuhan Yesus, pastilah kita akrab dengan nama Petrus. Dia adalah murid Yesus yang emosional, labil tetapi sangat loyal. Petrus adalah satu-satunya murid Yesus yang pernah menyangkal menge¬nal Yesus sampai tiga kali dengan mengatakan, aku tidak mengenal Dia, ketika seseorang menanyainya pada malam Yesus akan disalib. Tetapi kemudian setelah Yesus bangkit dan naik ke surga, Petrus berubah total. Petrus merasa berbahagia dalam penderitaan, untuk nama Yesus. Bagi Petrus adalah hal yang lumrah jika dirinya mengalami siksaan, hinaan dan penderitaan saat memberitakan Kabar Baik, bahkan dia dapat ber¬sukacita dalam penderitaan itu.

Bagaimanakah dengan pelayanan kita saat ini, apakah kita juga dapat bersukacita di tengah-tengah hinaan, penderitaan dan keke¬cewaan yang mungkin kita temui? Ataukah kita merasakan bahwa pelayanan yang kita lakukan adalah beban yang sangat berat yang harus dijalankan? —Pramudya

dimuliakanlah nama-mu dalam hidupku.

Jumat, 24 September 2010

Sukacita Dengan Sesama

Baca: Roma 12:10-15
Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menagis!
Roma 12:15

Seruan dan nasihat Paulus untuk bersu¬kacita ataupun menangis bersama sesama itu tentu tidak dimaksudkan hanya sebagai perbuatan basa-basi atau pura-pura saja, me¬lainkan benar-benar merupakan wujud dari rasa solidaritas dan kepedulian yang tulus terhadap sesama. Dan semuanya itu berakar serta bersumber dari rasa kasih yang tulus, yang keluar dari lubuk hati dan kesadaran nurani yang mendalam. Sikap dan perbuatan solider seperti itu merupakan perwujudan atau penerapan dari perintah untuk mengasihi sesama sebagai diri sendiri. Atau menurut Lukas 6:31, “Seba¬gaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.” Oleh sebab itu dalam Roma 12:9-10 Paulus menyerukan, “Hendaklah kasih itu jangan pura-pura”, dan “Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara”.

Dalam hal ini sering kita berpikir dan mengira bahwa kasih, yang penerapannya berupa solider dan peduli terhadap sesama itu, memerlu¬kan tenaga, waktu dan biaya yang tidak sedikit. Menyadari bahwa kita tidak (lagi) cukup memiliki hal-hal tersebut, maka sering kita menjadi kecil hati dan lalu tidak berbuat apa-apa. Terhadap kenyataan seperti itu hendaknya kita menyadari bahwa solidaritas dan kepedulian terhadap sesama itu tidak selalu harus “dibayar” dengan tenaga, waktu dan biaya seperti itu. Orang yang menerima perlakuan sesamanya yang dengan tulus mau bersukacita ataupun menangis bersamanya itu, tentu merasa sangat bahagia dan berterima kasih. —Pdt. Em. Sutarno

Solider dan peduli terhadap sesama, lebih memerlukan
hati ketimbang tenaga, waktu dan biaya. Oleh sebab itu,
bukalah dan sediakan hati untuk itu.

Kamis, 23 September 2010

Beban Kehidupan

Baca: Filipi 4:4-5
Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat.
Filipi 4: 4-5

Setiap orang memiliki beban kesulitannya sendiri. Haruskah setiap kesulitan hidup merampas sukacita kita? Tentu saja tidak. Lihatlah Paulus meskipun mengalami situasi yang tidak enak, sukacitanya tak terampas. Saat itu Paulus berada di dalam penjara Filipi, bahkan menunggu datangnya vonis yang bisa saja dia dijatuhi hukuman mati (Filipi 1:21-25), dan ada penyakit yang tidak sembuh. Namun dalam siatuasi hidup yang tidak enak, dengan fasilitas yang terbatas tidak menjadikan dirinya patah semangat
dengan mental yang tidak berdaya. Paulus tetap tegar beriman dan memiliki semangat, sukacita yang dibagikan kepada jemaat Filipi.
Sukacita seperti apa yang diajarkan Paulus? Jangan cari sukacita yang semu, karena dunia banyak menawarkan sukacita sesaat sebagai pelarian sesaat untuk melupakan masalah, tetapi masalah tidak terurai tuntas. Jangan cari sukacita sekadar eforia untuk meluapkan kegembiraan sesaaat, yang hasilnya tidak mengubah apa pun dalam hidup kita. Jangan cari sukacita dalam sesuatu yang fun, membuat tertawa sejenak, terpingkal- pingkal tetapi tidak menyelesaikan akar masalah yang kita hadapi. Buang pikiran yang negatif dan kembangkan pikiran yang positif.

Sebagai anak-anak Tuhan kita harus yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita pasti ada rencana dan maksud Tuhan di dalam¬Nya. Buanglah perasaan bahwa kita adalah orang yang paling malang hingga menyesali diri. Jangan membandingkan beban hidup kita dengan orang lain karena segala perkara dapat kita tanggung dalam Tuhan yang selalu memberikan kekuatan kepada diri kita. —Pdt. Agus Wiyanto
Ajakan Paulus, bersukacita senantiasa dalam segala hal,
bersukacita dalam segala keadaan. Ketika hidup
berjalan lancar maupun mengalami situasi yang tidak enak.