Tentang Sanggar Mitra Sabda

Foto saya
PROFIL Sanggar Mitra Sabda adalah sebuah Lembaga Swadaya Gerejawi, Mitra Gereja/ Lembaga bagi pemulihan relasi dengan Allah; dengan diri sendiri, dengan sesama dan dengan lingkungannya.

Sabtu, 10 September 2011

Jangan Main-Main


Baca: Amsal 13:13-16
Siapa meremehkan firman, ia akan menanggung akibatnya, tetapi siapa yang taat kepada perintah, akan menerima balasan
(Amsal 13:13).

Seorang ayah mewariskan tanah perkebunan kepada kedua anaknya laki-laki dengan pesan agar tanah itu jangan dijual kepada sia­papun karena di dalam tanah itu tersimpan harta karun yang luar biasa besarnya. Setelah si ayah meninggal, kedua anak itu terus menggarap tanah tersebut namun tidak juga menemukan harta karun. Kemudian, salah seorang anaknya menyadari bahwa yang dimaksud harta karun oleh ayahnya adalah panen luar biasa yang setiap kali terjadi dan hasil kebun itu selalu dibeli orang dengan harga mahal. Dimanakah letak rahasia keberhasilan kedua anak itu?
Percaya bahwa yang dikatakan ayahnya adalah sebuah kebenaran. Mereka tidak main-main, melainkan percaya pada apa yang dikatakan oleh ayahnya. Mereka juga tidak serakah lalu menebang semua pohon hanya untuk mencari harta karun. Kepercayaan adalah modal untuk memiliki apa yang dijanjikan. Sejauh mana kita percaya bahwa firman Tuhan adalah sebuah kebenaran?
Taat kepada apa yang dijanjikan tanpa mencoba yang lain. Kedua anak itu tidak coba-coba untuk merombak kebun peninggalan ayahnya. Ditaati apa yang dipesankan ayahnya bahwa ada harta karun di tanah warisan itu. Jangan memodifikasi firman Tuhan, sebab apa yang disabda­kan Allah sempurna. Kita diminta untuk menaatinya. Hanya itu!
Sikap kita terhadap firman Tuhan. Anak yang meremehkan nasihat yang baik dari orangtuanya akan menyesal di kemudian hari ketika yang diucapkan orangtuanya berakibat negatip. Pilihlah untuk taat kepada Firman-Nya. Kebahagiaan menanti Anda. —Pdt. Em. Andreas Gunawan Pr.

TAAT
T=Tuhan berfirman, A=aku percaya dan melakukan,
A=aku melakukan yang aku bisa, T=Tuhan melakukan yang aku tidak bisa.

Jumat, 09 September 2011

Lapar Akan Kebenaran


Baca: Matius 5:6
Berbahagialah orang yang lapardanhausakankebena­ran, karena mereka akan dipuaskan (Matius 5:6).

Apakah mungkin orang bisa mengasihi dan melayani Tuhan tanpa firman? Seorang Kristen pernah mengatakan begini: “Tanpa Alkitab kita bisa mengenal Tuhan, bisa mengasihi bahkan melayani.” Mungkinkah itu? Yang jelas ada perbedaan antara orang yang mencari dan memahami firman dengan yang tidak, saat mengerjakan pekerjaan-pekerjaan Tuhan. Orang yang memahami Firman Tuhan akan tahu apa yang harus ia lakukan. Ia tahu melakukan sesuatu yang menyenangkan dan memuliakan nama Tuhan. Sementara orang yang tidak memahami firman-Nya, mungkin kelihatan sibuk, tetapi sesung­guhnya tidak mengerjakan apapun dalam pandangan Tuhan, karena ia tidak tahu apa yang harus diperbuat bagi Tuhan.
Orang yang mengasihi Tuhan adalah orang yang mestinya lapar dan haus akan kebenaran. Tanpa itu, ia tidak akan mendapatkan apapun dan juga tidak akan melakukan apapun. Lapar dan haus men­dorongnya mencari dan menggali sumber kebenaran yang memuaskan dahaga jiwanya. Inilah makna kata bahagia yang diucapkanYesus bagi mereka yang lapar dan haus akan kebenaran-Nya. Karena jiwa mereka terpuaskan dan tidak akan mencari apa-apa lagi, kecuali saat mencari dan menemukan kebenaran itu.
Di dalam dunia yang terus membuat kita lapar dan haus akan banyak hal ini, apakah kita masih dan makin merasa lapar dan haus akan firman-Nya? Inilah kerinduan terdalam dari orang yang ingin mengasihi dan melayani Tuhan. Kebahagiaan mereka adalah pada saat jiwa mereka mencari dan terpuaskan oleh kebenaran-Nya. Bagaimana dengan kita? —SIMPEI HUGO.

Lapar akan dunia akan haus lagi. Lapar akan Tuhan akan dipuaskan.

Kamis, 08 September 2011

Kesatuan dan Solidaritas

Baca: 1 Korintus 12:12-14
Karena itu jika satu anggota menderita, semu anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita
(1 Korintus 12:26).

Untuk menggambarkan hakikat dari ge­reja dan hubungan antar warganya, Paulus mengumpamakannya dengan tubuh ma­nusia. Sebagaimana tubuh itu mempunyai banyak anggota yang berlain-lainan keadaan dan fungsinya, demikian pula gereja mem­punyai warga yang berbeda-beda dalam hal keberadaan dan karunia yang dimiliki. Na­mun, sebagaimana anggota-anggota tubuh itu bersama-sama menjadi tubuh yang satu, demikian pula warga gereja yang berbeda-beda itu bersama-sama membentuk gereja yang satu. Selain itu, dalam kesatuan itu, kalau tangan sakit, seluruh tubuh juga menderita sakit. Sebaliknya, kalau ada anggota tubuh yang merasa enak, seluruh tubuh juga ikut merasa enak. Dengan kata lain, di antara anggota itu terdapat solidaritas dan saling-kepedulian yang kuat.
Kiasan Paulus itu tidak hanya berlaku bagi warga gereja secara per­orangan, tapi juga berlaku bagi kehidupan dan hubungan para warga sebagai persekutuan, yaitu antara gereja dengan gereja, baik yang sealiran maupun yang tidak. Dengan demikian, dalam kehidupan gereja-gereja seharusnya terdapat kesatuan dan solidaritas yang nyata, seperti nampak dalam kebersamaan dan kerjasama. Mengamati keadaan sekarang ini, pertanyaan muncul, seberapa jauh kebersamaan di antara gereja-gereja itu telah menampakkan kesatuan, saling peduli dan solidaritas dalam arti yang sebenar-benarnya? Jangan-jangan masing-masing hanya sibuk dengan kepentingan dan keinginannya sendiri, sehingga perhatian dan komitmen yang diberikan hanya sebatas basa-basi belaka. —Pdt. Em. Sutarno.

Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, su­paya dunia percaya, bahwa yang telah mengutus Aku. –Yohanes 17:21

Rabu, 07 September 2011

Firman Kehidupan

Baca: Filipi 2:12-18
”....sehingga kamu bercaha­ya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia, sambil berpegang pada firman kehidupan, agar aku dapat bermegah pada hari Kristus,.... (Filipi 2:15-16).

Dalam menjalani kehidupan ini, setiap orang tanpa kecuali mempergunakan sistem nilai. Di dalam melakukan pertimbangan dan keputusan selalu kita melakukannya berdasarkan nilai-nilai yang telah kita hayati dan aminkan. Dan sebagai orang percaya tentunya, kita dipanggil untuk memegang nilai-nilai yang dinyatakan dalam firman Tuhan. Sebab di dalam firman Tuhan, kita mengimani nilai-nilai kebenaran ilahi. Yang mana nilai-nilai kebenaran ilahi mampu menyelamatkan dan memberi kepastian. Sebaliknya nilai-nilai “di luar firman Tuhan” bersifat relatif, berubah-ubah dan subyektif. Nilai-nilai “di luar firman Tuhan” tetap kita perlukan, tetapi harus selalu ditempatkan di bawah terang firman Tuhan.
Bilamana kita berpegang pada firman kehidupan, mungkin kita tidak berhasil menyelesaikan masalah secara cepat, tetapi dijamin tepat. Mungkin kita tidak selalu berhasil menyelesaikan masalah atau krisis secara tuntas, tetapi dapat dipertanggung-jawabkan secara moral. Yang pasti dalam menghadapi masalah atau krisis tersebut kita tidak kehilangan pegangan, sebab kita berpegang pada firman kehidupan yang bersumber kepada Kristus.
Jika demikian, mengapa kita masih sering mencari penopang-peno­pang yang lain di luar Kristus? Marilah kita mau hidup mengandalkan Firman kehidupan, yakni Kristus. —Pdt. Ifer Fr. Sirima.

Doa: Ya Bapa, mampukanlah kami untuk selalu berpegang pada firman kehidupanMu. Tanpa Engkau, maka kami tidak akan menemukan kebenaran yang menyelamatkan. Amin.

Selasa, 06 September 2011

Tidak Menyala


Baca: Matius 5:14-16
Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga (Matius 5:16).

Barangkali Anda pernah mengalami kejadian ini. Ketika hendak menghidupkan lampu pijar, lampu itu tak mau menyala. Kita langsung menduga bola lampunya rusak dan segera menggantinya dengan bola lampu yang baru. Tapi, lampu masih tak bisa menyala. Barulah kita curiga, jangan-jangan ada pemadaman listrik sementara. Dan benar, bola lampu pijar yang lama masih berfungsi. Yang terjadi adalah putusnya aliran listrik karena terkena giliran pemadaman. Ah…
Hidup spiritualitas kita juga begitu. Kita sudah menerima Yesus sebagai Juru Selamat. Namun hidup kita tetap belum dapat bercahaya, menjadi terang dunia. Jangankan menerangi dunia, menerangi sekitar kita saja belum mampu. Hidup kita belum bisa menjadi terang karena kita belum melakukan kehendak Allah. Kita masih hidup dalam kegelapan, melakukan perbuatan daging seperti percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya (Galatiga 5:19-21).
Agar dapat bersinar, kita harus meninggalkan keinginan daging dan menggantinya dengan keinginan Roh, yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri (Galatia 5:22-23). Kita baru bisa hidup dalam Roh, dan dengan demikian bersinar, jika kita berpaut kepadaNya. Dia-lah Sumber Kekuatan yang memampukan kita melakukan keinginan Roh yang menyenangkan hati-Nya. —Liana Poedjihastuti

Mari memeriksa hidup kita, jangan-jangan hidup kita tidak menjadi terang selama ini. Jika demikian, mari segera datang kepadaNya agar kita bisa memancarkan sinar-Nya demi untuk kemuliaan nama-Nya.

Senin, 05 September 2011

Pendidikan dan Latihan


Baca: 2 Korintus 5:10
Sebab kita semua harus menghadap takhta pen­gadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilaku­kannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat
(2 Korintus 5:10).

Apa arti hidup manusia di dunia ini yang paling banyak mencapai usia 120 tahun, jika dibandingkan dengan kehidupan kekal nanti? Ibarat petani jika mau menanam padi, terlebih dahulu menebar bibit padi dalam pesemaian. Beberapa minggu kemudian bibit padi yang mulai tumbuh dicabut untuk ditaman di sawah yang sudah dipersiapkan. Hidup kita di dunia yang relatif sangat pendek ini dapat dikatakan sebagai masa ‘pesemaian’, masa pendidikan dan latihan (diklat).
Rasul Paulus menyatakan bahwa kita semua harus menghadap tahta pengadilan Kristus supaya tiap orang memperoleh apa yang patut diteri­manya sesuai dengan yang dilakukan dalam hidupnya, baik ataupun jahat. Oleh karena kita tidak tahu kapan akan dipanggil menghadap tahta pengadilan Kristus, kiranya mulai saat ini, kita perlu lebih tekun lagi belajar dan berlatih agar perilaku kita sehari-hari didasari dengan kasih. Dalam berkomunikasi dengan anggota keluarga dan sesama hendaknya mengunakan kata yang lemah lembut, tidak menge­luarkan kata-kata yang sia-sia. Motif dalam bertindak juga jangan supaya dipuji orang, melainkan melakukan segala sesuatu seperti melayani Tuhan. Setiap melakukan pekerjaan dengan setia dan demi kemuliaan Tuhan kita seperti membangun di atas dasar emas, perak, batu berharga.
Kita menyadari tantangan atau pergumulan dalam melakukan kehen­dak Tuhan. Kita juga sering mengalami jatuh bangun, namun bila kita tetap bersandar dan mengandalkan Yesus, Sang Guru Agung, pasti Dia akan membimbing perjalanan hidup kita. —Teguh Pribadi.

Doa: Ya Tuhan Yesus, bimbing kami dalam perjalanan sisa hidup kami, agar bisa melakukan firman-Mu, demi kemuliaan namaMu. Amin.

Minggu, 04 September 2011

Kapuk Terbang

Baca: Yesaya 45:20-23
Demi Aku sendiri Aku telah bersumpah, dari mulut-Ku telah keluar kebenaran, suatu firman yang tidak dapat ditarik kembali… (Yesaya 45:23).

Pernahkah Anda melihat kapuk terbang? Sekali diterbangkan ia akan membubung tinggi dan sulit untuk ditarik kembali. Bisakah Firman Tuhan dibendung untuk berhenti mempengaruhi hidup setiap orang yang mendengar atau menerimanya?
Yesaya dipakai Tuhan untuk menyadarkan umat yang sudah jauh dari Tuhan sebagai penyembah-penyembah berhala. “Tidak ada Allah selain dari pada-Ku,” firman Tuhan. Apabila Allah berfirman, tidak ada yang dapat menariknya kembali.
Adakah kehidupan rohani kita sedang suam? Merasa jauh dari Tuhan karena telah berbuat dosa? Masih ada kesempatan untuk kembali, jangan terus tenggelam dalam keputusasaan.
Miliki hati yang fokus hanya kepada Tuhan. Dalam keadaan bim­bang, susah, banyak masalah, kadangkala ada bisikan untuk mencari sesembahan lain selain Tuhan Yesus. Manusia suka coba-coba, siapa tahu yang lain bisa menolong lebih cepat dan tuntas. Pegang janji Firman- Nya:Tidak ada Allah selain dari pada-Ku.
Tidak ada juruselamat lain selain Tuhan Yesus (Matius 1:21, Lukas 2:11). Yang lain hanya bisa berkata: ”Semoga, kiranya”, tapi Yesus ber­janji apa yang dikatakan-Nya pasti terjadi. Carilah Juruselamat Tuhan Yesus karena ”tidak ada yang lain kecuali Aku“ (ayat 21).
Yang sudah diucapkan Allah pasti digenapi. Pernahkah Allah berbohong? Seandainya Allah tidak menerbitkan matahari ciptaan-Nya setiap hari, apa jadinya alam ini? (Bilangan 23:19). Pastikan untuk per­caya bahwa Firman yang kita terima dan dengar sungguh-sungguh akan digenapi-Nya. Jangan bimbang dan ragu! —Pdt. Em. Andreas Gunawan Pr.

Firman Allah ibarat benih yang sekali ditabur akan bertumbuh dan ibarat kapuk yang sekali diterbangkan tidak akan kembali ke tempatnya lagi.