Baca: Hakim-hakim 9:8-15
Jawab semak duri itu kepada
pohon-pohon: ...datanglah berlindung
di bawah naunganku....
Hakim-hakim 9:15
Syahdan
pohon-pohon di Gunung Libanon pergi meminang pohon yang mau menjadi raja atas
mereka, “Jadilah raja atas kami, Zaitun!” Pohon zaitun menolak, “Apakah aku
harus meninggalkan minyakku yang dipakai untuk menghormati Allah dan manusia?”
Mereka menemui pohon ara, “Jadilah raja atas kami!” Ara juga menolak, “Aku
takkan meninggalkan manisanku dan buah-buahku yang baik.” Pohon anggur pun
diminta ke-sediaannya menjadi raja, “Ah, tidak, aku tak mau meninggalkan air
buah anggurku, yang
menyukakan hati Allah dan
manusia, lalu pergi melayang di atas pohon-pohon.”
Akhirnya,
pohon-pohon itu menyodorkan pilihan kepada semak duri, “Marilah, jadilah raja
atas kami!”Jawab semak duri itu, “Jika kamu sungguh-sungguh mau mengurapi aku
menjadi raja atas kalian, datanglah berlindung di bawah naunganku; tetapi jika
tidak, biarlah api keluar dari semak duri dan memakan habis pohon-pohon aras
yang di Gunung Libanon!” (ayat 15). Semak duri memegahkan diri jadi raja atas
pohon-pohon yang perkasa. Ia takabur memberikan naungan padahal tak rindang. Ia
mengancam akan membakar pohon aras, padahal ia justru yang mudah terbakar.
John Mason dalam
The Impossible Is Possible menulis: “Kesombongan adalah satu-satunya
penyakit di mana si pasien merasa sehat sementara membuat setiap orang di
sekitarnya merasa sakit. Kesombongan mudah berkembang tetapi tidak menghasilkan
buah.” Jangan seperti semak duri yang tidak menghasilkan buah apa pun. Tetaplah
menjadi diri kita, seperti zaitun yang memberikan minyak terbaiknya, seperti
pohon ara yang menghasilkan buah manis, dan seperti pohon anggur yang
menyukakan hati Allah dan sesama kita. —Agus Santosa
Kaca pembesar terhebat di dunia adalah mata
manusia ketika
memandang dirinya sendiri. —Paus Alexander
=================================================