Tentang Sanggar Mitra Sabda

Foto saya
PROFIL Sanggar Mitra Sabda adalah sebuah Lembaga Swadaya Gerejawi, Mitra Gereja/ Lembaga bagi pemulihan relasi dengan Allah; dengan diri sendiri, dengan sesama dan dengan lingkungannya.

Jumat, 11 Mei 2012

Jati


Baca: Mazmur 23
 Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku (Mazmur 23:1).

Tanaman Jati sangat cocok ditanam di tanah yang berkapur dan panas. Tana­man ini tidak mempunyai akar tunjang yang mampu masuk jauh ke dalam tanah, tetapi akar serabut yang hanya masuk tidak terlalu dalam dari permukaan tanah. Dari besarnya batang pohon jati kita dapat mengetahui umur pohon, karena akan tumbuh 1 cm tiap tahun (jenis konvensional). Pohon Jati tua, banyak tekstur di batangnya, tekstur itulah yang membuat kayu jati menjadi indah dan banyak dicari orang.
Tahukah Anda dari mana asal tekstur pohon jati? Dalam perjalanan hidupnya, di musim kemarau pohon jati akan meranggas, rontok daun dan berhenti tumbuh (terkadang kayunya berwarna putih), karena akar pohon jati tidak masuk jauh ke dalam tanah. Namun pohon itu tidak mati. Selanjutnya di musim hujan, daun tumbuh kembali dan kayunya kembali ke warna aslinya. Kombinasi antara “berhenti bertumbuh di musim kemarau” dan “bertumbuh kembali di musim hujan” telah mem­bentuk tekstur pada pohon jati, yang menjadikan pohon itu menjadi salah satu pohon yang mahal harganya.
Perjalanan kehidupan orang Kristen ibarat pohon jati, ada ka­lanya kesedihan, kegagalan dan keputusasaan datang namun tidak membuat mati iman, sebab kita percaya Tuhan ada dalam hidup kita. Demikian halnya saat kesuksesan dan kebahagiaan datang, kitapun tidak takabur dan merasa sebagai hasil karya sendiri, karena semua ada sebagai berkat Tuhan. Semua perjalanan kehidupan itulah yang membuat ‘tekstur’ dalam hidup orang Kristen, menjadi indah dan berkat bagi sesama. – Pramudya

Tuhan beserta kita.

Rabu, 09 Mei 2012

Mohon Kebijaksanaan


Baca: Mazmur 90:1 – 12
 Ajarlah kami meng­hitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana (Mazmur 90:12).
Kalau mau mengingat, di usia duapu-luhan sampai tigapuluhan kita merasa punya talenta untuk melakukan banyak hal, kepercayaan diri yang tinggi dan mampu melakukan tugas-tugas yang cukup berat. Meninggalkan usia empatpuluh, barang­kali kita tersadar bahwa waktu begitu cepat berlalu, dan usia ternyata begitu cepat pula bertambah!
Barangkali saat ini kita diliputi rasa kuatir akan hari tua. Kita tahu kita akan menjadi semakin tua, toh, sesekali terlintas pertanyaan-pertanyaan “Akan seperti apakah kehidupan saya ketika saya tidak lagi bersama dengan pasangan atau anak-anak saya lagi?”, “Akan sendiriankah?”, “Akan sakit-sakitankah?”, ”Hanya akan menjadi bebankah saya bagi sanak saudara?”, “Sampai umur berapakah saya akan hidup? Jika demikian berapa lama lagikah akan bertahan?” dan masih banyak lagi, yang bila berkepanjangan bisa menimbulkan kekuatiran.
Menjadi tua adalah sebuah keniscayaan bagi kita bila Tuhan mem­berkati kita dengan umur panjang. Dan bila percaya bahwa Dia menga­nugerahi kita dengan umur panjang, berarti kita juga mengakui kebesaran kuasaNya (ayat 2 – 10), sekaligus percaya pada kebesaran kasih dan perlindungan-Nya (ayat 1).
Kita dapat menjadi semakin tua dengan besar hati dengan memohon kebijaksanaan. “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” (ayat 12). Semoga, dengan hati yang semakin bijaksana, kita tidak lagi terbeban oleh kekuatiran yang kita ciptakan sendiri, namun semakin percaya akan penyertaan Tuhan. – Ocky Sundari

Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku … – Mazmur 23:4

Senin, 07 Mei 2012

Tidak Berubah


Baca: Ibrani 13:5-9
Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya 
(Ibrani 13:8).
Sebagai makhluk hidup, manusia memang tidak pernah berada dalam keadaan yang tetap sama. Karena bisa bergerak, maka ia bisa berpindah. Karena bisa bertumbuh, maka iapun bisa bertambah. Karena bisa merasa dan bisa berpikir, maka iapun bisa berubah.
Oleh sebab itu bahwa kita sebagai manu­sia selalu akan berubah, itu memang sebuah keniscayaan. Namun berubah menjadi bagaimana, itu masalahnya.
Berubah menjadi capai atau penat setelah banyak menggunakan tenaga, itu lumrah. Berubah menjadi tua setelah bertambahnya usia, itupun lumrah. Tetapi berubah menjadi mangkir, ingkar, lalu tidak setia setelah bergaul sekian lama, itu masalah.
Dari bacaan firman hari ini kita tahu bahwa yang mempengaruhi ma­nusia sehingga bisa menyebabkan dirinya berubah, pertama, adalah uang (ayat 5). Ini bukan berarti hanya duit semata. Tapi mewakili segala macam yang disebut kebendaan dan keduniawian. Kedua, ajaran (ayat 9). Ini mencakup pengertian baik faham yang dianut maupun gaya hidup yang dijalani bersama masyarakat yang melingkupinya. Tapi, semua itu tetap terpulang kepada pribadi masing-masing dengan akal budinya. Karena di situlah terletak imannya. Maka yang terpenting dalam semuanya, dengan iman lihatlah Dia yang dalam situasi apapun senantiasa menga-sihi kita. Dia setia, tidak berubah, kemarin, hari ini, dan selamanya (ayat 8). Mari kitapun belajar untuk bersikap demikian, yaitu tidak berubah iman kita kepada-Nya. Apapun yang kita alami, kita tetap setia mengikut Dia. –Handoyo

Segala sesuatu berubah di alam fana ini.
Hanya Dia yang kekal tidak berubah. Berpeganglah kepada-Nya.