Tentang Sanggar Mitra Sabda

Foto saya
PROFIL Sanggar Mitra Sabda adalah sebuah Lembaga Swadaya Gerejawi, Mitra Gereja/ Lembaga bagi pemulihan relasi dengan Allah; dengan diri sendiri, dengan sesama dan dengan lingkungannya.

Rabu, 23 Oktober 2013

Renungan Rabu, 23 Oktober 2013

Luangkan Waktumu

Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya
(Kolose 3:21).

Baca: Kolose 3:18 – 20


“Piet, ayo cepat mandi, nanti Papa terlambat rapat.” “Tapi Pa, . . “ kata Pieter. “Ah, ayo cepat, jangan tapi-tapi.”

Karena protesnya tidak didengar malahan kena marah dari mama papanya, Pieter mandi dan mamakai pakaian yang sudah disiapkan untuk menghadiri ulang tahun temannya.

Sampai di luar dengan muka merengut, Pieter membanting pintu. “Pieter, kurang ajar sekali kamu,” teriak papanya. “Habis, ulang tahun Santhi lusa,” jawab Pieter kesal.

Kejadian yang umum dalam rumah tangga bukan? Ayah ibu, keduanya sibuk. Mereka hampir tidak ada waktu lagi buat anak-anaknya, bahkan mendengarkan mereka pun dianggap buang-buang waktu.  Sifat orang tua cenderung otoriter.

Ironis sekali, ketika iklan-iklan di TV menayangkan kehangatan kasih sayang orangtua terhadap anak-anaknya. Begitu mesra, apakah ini hanya untuk promosi produk atau suatu pelayanan?

Tetapi rasul Paulus, tidak sekedar promosi kepada jemaat di Kolose, ketika dia mengajarkan agar para istri tunduk kepada suami, suami untuk tidak berlaku kasar dan menyakiti hati istri maupun anak-anaknya, dan anak-anak supaya menaati orangtua (ayat 18 -21).

Karena demikianlah seharusnya hubungan antar anggota keluarga Kristen.
Marilah kita cermati, firman Tuhan menekankan pentingnya kasih,
karena kasih itulah yang membuat kita hidup dan bahagia. Luangkan waktu untuk membaca Alkitab, tetapi jangan sekedar dibaca, terapkanlah firman Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari. Keluarga kita pasti penuh damai sejahtera, sukacita dan mesra.

-Irene Talakua-

Kelembutan sapamu dan kesabaran mendengarkan menggantikan ucapan kasih sayang walaupun tidak terucapkan.

Senin, 07 Oktober 2013

Renungan Senin, 7 Oktober 2013

Dengan Kesungguhan dan Iman

… Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya
(Yakobus 5:16).

Baca: Yakobus 5:13-18


Di suatu perjumpaan, saya berkesempatan mendengarkan pengalaman seorang pemuda yang lolos dari maut dalam tiga kali kecelakaan. Ia sangat percaya bahwa Tuhan Yesus telah menyelamatkannya. Ia menekankan keyakinannya pada kuasa doa dengan menuturkan bahwa ibunya tak pernah lupa berdoa untuk keselamatan seluruh anggota keluarga setiap pagi dan malam.

Ya, siapa lagi kalau bukan Tuhan yang menyelamatkannya dari peristiwa-peristiwa kecalakaan itu? Tuhan telah mendengar dan mengabulkan doa ibunda yang beriman itu.

Sebagai orangtua, kitapun senantiasa berdoa untuk keselamatan, kesehatan, keberhasilan, dan kebaikan bagi anak-anak kita. Saya percaya kita setia melakukannya setiap hari. Tetapi, barangkali kita melakukan kekeliruan: ketika kita melakukannya setiap hari, lantas kita melakukannya sebagai ritual kebiasaan saja, asal merangkai kata untuk kita ucapkan.

Setiap doa yang kita naikkan harus tetap disertai dengan kesungguhan dan iman. Seperti dikutip dalam bacaan kita hari ini, dikatakan bahwa Elia telah berdoa dengan sungguh-sungguh supaya hujan tidak turun, dan hujanpun tidak turun; dan berdoa pula lalu hujan turun dan bumipun mengeluarkan buahnya (ayat 17-18). Selain dengan iman, berdoa, menurut Yakobus, juga harus disertai kerendah-hatian, yaitu pengakuan akan dosa-dosa kita (ayat 16).

Maukah kita percaya bahwa setiap doa yang kita naikkan dengan kesungguhan dan iman akan membawa berkat dan pengaruh yang luar biasa dalam kehidupan kita?

-Ocky Sundari-

… Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya! 
Markus 9:23

Rabu, 02 Oktober 2013

Renungan Rabu, 2 Oktober 2013

Karena Doa

Tuhan, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu dan aku menunggu nunggu
(Mazmur 5:4).

Baca: Mazmur 5:1-4

Seorang sopir taksi berkisah tentang keberhasilan anak-anaknya dalam studi. Tiap pagi setelah berdoa, anak-anak diwajibkan mengulang pelajaran yang telah dipelajari, lalu mandi pagi dengan air dingin, biar otaknya segar, kemudian sarapan dan berangkat ke sekolah. Hasilnya: anak-anaknya menjadi orang yang berkarakter dan disiplin.

Aktivitas setiap hari dimulai dengan doa pagi. Pemazmur berkisah tentang doanya di waktu pagi.
Minta perkataan doanya diberi telinga.
Bukan minta Tuhan agar membuka telinga, tetapi supaya dirinya sambil berdoa, juga mendengar suara Tuhan (ayat 2).

Adakah kita mendengar Firman Tuhan sebelum meminta, atau hanya berdoa tanpa pernah mendengar Tuhan? Komunikasi dengan Tuhan yang dua arah adalah hal yang indah. Tuhan berfirman dan kita bicara melalui doa.

Tuhan adalah Raja yang mengatur segala-galanya. Cara menghargai Tuhan dalam doa adalah menjadikan Tuhan adalah Raja. Siapa yang berani mengatur Raja? Doa yang benar adalah kita dengan rendah hati mau diatur Tuhan, “bukan kehendakku, melainkan kehendak-Mu yang terjadi”. Bukan mendikte atau menuntut Tuhan dan kalau tidak dikabulkan, lalu mutung.
Bagaimana dengan Anda?

Mengatur persembahan untuk Tuhan dan menunggu. Persembahan kita kepada Tuhan di waktu pagi adalah bersyukur karena kita masih diizinkan bangun dan berkarya kembali. Mengatur persembahan bagi Tuhan artinya merencanakan hal-hal yang berkenan di hadapan-Nya melalui karya-karya kita hari itu. Dan nantikanlah keajaiban dari Tuhan.
Pasti ada!

-Pdt. Em. Andreas Gunawan Pr.-

Mengawali hidup dengan doa sama dengan udara pagi yang membuat tubuh menjadi segar sepanjang hari.

Senin, 30 September 2013

Renungan Senin, 30 September 2013

Terang Terus, Terus Terang

Tetapi jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari
(Amsal 4:18).

Baca: Amsal 4:18

“Ibu, apa artinya ‘biarkanlah cahayamu bersinar’?” Tanya seorang anak perempuan kepada ibunya ketika ia membaca warta gereja. Ibunya menjawab, “Artinya, biarkanlah hidupmu bersinar dengan kebaikan dan ketaatan”.

Tak lama kemudian anak perempuan itu bermain dengan teman-teman seusianya di halaman rumah. Tiba-tiba terdengar suara gaduh dari tempat mereka bermain. Tak lama kemudian, anak perempuan itu berlari menjumpai ibunya seraya berkata: “Ibu, aku kira aku baru saja memadamkan cahayaku”.

Mungkin Anda tak dapat menahan tawa membaca kisah ini, tetapi saya yakin Anda memahami maknanya, bahwa baru saja anak itu melakukan sesuatu yang tidak baik atau kenakalan dalam bermain.
Diberkatilah anak-anak sebab mereka jujur. Kita sebagai orang dewasa banyak yang tidak berani mengakui secara jujur kesalahan atau kekeliruan kita.

Cahaya kita: kebaikan dan ketaatan kita, mungkin telah lama padam, atau kalaupun bersinar tinggal temaram. Mungkin kita tidak menyadarinya, tetapi mungkin pula kita menyadarinya namun tidak mau mengakuinya.

Apakah cahaya kebaikan, kemurahan, ketaatan kita telah padam atau tinggal seberkas cahaya? Marilah kita memeriksa diri kita masing-masing.

Jika cahaya kita telah padam, mari kita nyalakan kembali: kebaikan bagi sesama , ketaatan kepada Tuhan. Caranya adalah dengan kembali dekat kepada Sang Sumber Cahaya, Kristus, maka kita akan terus bercahaya, terus terang, terang terus, seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari (Amsal 4:18).

-Liana Poedjihastuti-

Itulah sebabnya dikatakan: “Bangunlah, hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati dan Kristus akan bercahaya atas kamu.” 
-Efesus 5:14-

Jumat, 27 September 2013

Renungan, Jumat 27 September 2013


Mempertahankan Ajaran


Karena Tuhan memberi ajaran kepada yang dikasihi- Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi
(Amsal 3:12).

Baca: Amsal 3:12

Allah memberikan ajaran “seperti ayah kepada anaknya”. Bedanya, sang ayah duniawi setiap hari, setiap saat bisa “mencereweti” anaknya kalau si anak bebal dan bandel, sementara Allah Bapa, sebaliknya yang terjadi, kita sebagai anak-anak-Nya yang mencereweti Dia. Bukankah kita menemui Dia hanya kalau kita minta berkat- Nya saja, atau saat kita “kepepet”, seperti sopir butuh ban serep hanya kalau pas “kebanan” (ban meletus di tengah perjalanan).

Jadi, jangankan mempertahankan firman atau ajaran Tuhan, ajaran firman Tuhan itu sendiri kurang kita hayati.
Kebanyakan kita saat mencoba menghayati firman atau ajaran Tuhan berhenti sampai pada “faham (mengerti)” bahkan ada yang sedemikian faham sampai rela berdebat, adu pendapat sampai derajat fanatisme tingkat tinggi.

Mari sekarang kita belajar memahami firman dengan dimensi sedikit berbeda: bukan berhenti pada pemahaman firman, seperti yang dinampakkan dalam istilahnya: “Pemahaman Alkitab” (PA), melainkan dilanjutkan sampai pada “apa yang Yesus kehendaki aku perbuat hari ini”.

Barangkali tindakan konkrit berikut ini dapat membantu Anda.
Ketika Anda membaca Alkitab, mengikuti PA, mendengarkan atau menyimak sebuah khotbah atau renungan, bawalah setidaknya notes kecil, kemudian di akhir khotbah, cobalah melanjutkan penghayatan Anda dengan menuliskan satu kalimat yang menjawab pertanyaan tadi: “Apa yang dikehendaki Yesus aku lakukan hari ini?”
Kemudian mulailah menjalankannya, hari itu. Dengan demikian Anda akan mempertahankan ajaran dan memancarkan terang-Nya.

-Yahya Wardoyo-

Apa yang dikehendaki Yesus aku lakukan hari ini?

Senin, 23 September 2013

Renungan 23 September 2013

Anak Terang

… Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran
(Efesus 5:8-9).

Baca: Efesus 5:1-21

Saya teringat pada sebuah nyanyian anak Sekolah Minggu yang liriknya sebagai berikut: “Aku anak terang, tugasku memberi terang. Aku anak terang, Tuhan yang jadikanku. Terang di rumah, terang di sekolah, Terang di gereja, kemanapun ku pergi…”

Hidup sebagai anak-anak terang adalah hal yang mutlak bagi setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, Sang Terang Abadi. Karena kita sudah menerima cinta kasih-Nya melalui karya Yesus di dunia. Selanjutnya anugerah pemberian itu bukan hanya untuk dinikmati sendiri. Namun, setiap kita memiliki kewajiban untuk memancarkan terang dari Sang Terang Abadi, melakukan kebaikan yang didasarkan pada rasa kasih kepada semua orang tak terkecuali.

Nas bacaan hari ini berkata: “Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan, dan keadian dan kebenaran” (Efesus 5:8-9).

Melakukan kebaikan dapat memberikan kesaksian kepada orang-orang sekitar bahwa kita memiliki sesuatu yang “berbeda” dalam hidup kita dan hendaknya kebaikan itu adalah asli yang merupakan buah Roh dan bukan kebaikan palsu.

John Wesley pernah menulis tentang kebaikan sebagai berikut:
“Lakukanlah semua kebaikan yang bisa kaukerjakan, melalui segala cara yang bisa kau tempuh, dalam semua jalan yang bisa kau lewati, di semua tempat yang bisa kau kunjungi, dalam segala waktu yang bisa kaudapatkan, bagi semua orang yang bisa kau jangkau, selamanya selagi kau bisa.

” Maukah kita melakukannya?

-Pdt. Elisabeth Parinsi-

Biarlah terangku semakin bercahaya, kemanapun aku pergi.