Tentang Sanggar Mitra Sabda

Foto saya
PROFIL Sanggar Mitra Sabda adalah sebuah Lembaga Swadaya Gerejawi, Mitra Gereja/ Lembaga bagi pemulihan relasi dengan Allah; dengan diri sendiri, dengan sesama dan dengan lingkungannya.

Sabtu, 30 Juli 2011

Kapan Badai Berlalu?


Baca: Yeremia 15:10-21
Mengapakah penderitaanku tidak berkesudahan, dan lukaku sangat payah, sukar disembuhkan? Sungguh, Engkau seperti sungai yang curang bagiku, air yang tidak dapat dipercayai.
—Yeremia15:18


Judul di atas mengingatkan kita pada krisis multidimensi yang meluluhlantakkan Indo-nesia lebih dari satu dasawarsa yang lalu. Setiap anak bangsa khawatir akibat carut-marutnya percaturan politik negeri ini yang terbukti sarat dengan kepentingan pribadi serta golongan. Ditambah dengan berbagai bencana alam, lengkaplah penderitaan bang-sa kita. Kapan badai ini berlalu dari bumi Nusantara? Memang benar permasalahan yang tak kunjung sirna sering kali menim-bulkan banyak reaksi dan pertanyaan.
Pengalaman Nabi Yeremia adalah pelajaran berharga yang korelasi dengan krisis kehidupan manusia. Pergulatan batin yang serius antara ketulusan sebagai utusan Allah dengan pemberontakan nalar manusiawi-nya cukup kuat. Sikap apatis umat Israel yang enggan membuka hati terhadap sabda Tuhan, Allah Israel, membuat ia berputus asa. Dan karena itu, ia pun mempertanyakan peran serta Tuhan yang mengutusnya. “Engkau seperti sungai yang curang dan air yang tidak dapat dipercayai.” Tidak ada motif lain di balik ungkapan apa adanya Yeremia. Ia hanya bermaksud “menggugah” kepedulian Allah, sesembahannya. Dan ter-bukti! Ternyata kesetiaan Allah itu turun-temurun bagi “orang-orang pilihan-Nya”. Kerasnya kehidupan merupakan badai yang tak mudah dilewati. Serbaneka krisis menjadi benalu atau parasit bagi usia dan karya manusia. Hanya ada satu jawaban, badai pasti berlalu ketika manusia tidak melembagakan dosa, tetapi mengimani Allah Sang Rahmani yang berkuasa mengubah badai menjadi berkat kehidupan selama-lamanya. —Simon Herman Kian.

Prestasi yang tidak tertandingi bagi orang beriman adalah
ketika ia Berhasil melewati badai kehidupan.

Jumat, 29 Juli 2011

Tuhan Beserta Kita

Baca: Yesaya 46:4
Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu.
Yesaya 46:4


Ada banyak orang menganggap bahwa masalah yang datang dalam kehidupan ini bagaikan penyedap masakan. Hidup akan se­makin berarti ketika masalah menghampiri. Namun tidak sedikit orang menjadi sangat tertekan manakala masalah menghampiri dan bercokol dalam hidupnya. Ini seperti masakan, jika kurang garam menjadi ham­bar dan kurang membangkitkan selera, na­mun masakan yang kebanyakan garam juga menyebabkan orang tidak menyentuhnya apalagi memakan dan merasakan nikmatnya.
Terhadap masalah yang datang dalam hidup kita terkadang kita hanya menyepelekan begitu saja sehingga pada akhirnya menjadi bertumpuk-tumpuk. Sekecil apa pun masalah yang menghampiri kita adalah masalah dan harus dikelola dengan baik untuk diatasi. Atau terkadang belum apa-apa kita menganggap bahwa masalah yang kita hadapi sangat berat sehingga rasanya kita tidak mampu mengatasinya dan kita tidak kuat menanggungnya.
Di sinilah kita sering melupakan campur tangan dan melibatkan Tuhan dari awal dalam mengatasi masalah yang kita hadapi. Yang ada hanyalah menyalahkan Tuhan setelah kita merasakan masalahnya men­jadi sulit dibatasi sendiri.
Kitab Yesaya 46 ayat 4, mengingatkan kembali kita bahwa Tuhan telah berjanji untuk tetap mendampingi kita sampai kapan pun. Namun demikian bersediakah kita memberi ruang untuk pendampingan Tuhan tersebut? Bersediakah kita menghadapi masalah hidup ini bersama Tuhan dan tidak mengandalkan kekuatan kita sendiri? —Darmanto.

Kita harus tetap bersandar dan mengandalkan Tuhan dalam seluruh
hidup kita, karena Tuhan senantiasa memberkati kita.



Kamis, 28 Juli 2011

Jangan Mudah Menyerah

Baca: Lukas 19:1-4
Maka berlarilah dia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ.
Lukas 19:4

Ada banyak orang, termasuk kita, yang ingin mengenal Yesus secara lebih dekat dan lebih dalam lagi. Namun sering terdapat rintangan dan halangan tertentu, baik yang muncul dari dalam maupun luar diri kita, yang membuat keinginan dan upaya kita untuk lebih dekat dengan-Nya itu terganggu dan terhambat. Hambatan dari dalam diri sendiri itu misalnya merasa tidak punya cu­kup waktu karena kesibukan. Atau mungkin juga karena menganggap pertemuan dengan Yesus kurang menyenangkan, karena kecaman dan kritikan-Nya terhadap perilaku kita yang tidak sesuai dengan hukum-hukum-Nya. Sedang hambatan dari luar timbul, misalnya akibat tekanan dan reaksi negatif dari lingkungan yang tidak menyukai kedekatan kita dengan-Nya.
Zakheus sangat ingin bertemu dengan Yesus. Namun dia merasa, dirinya penuh dengan dosa dan kesalahan akibat profesinya sebagai pe­mungut cukai. Selain itu tubuhnya juga pendek, sehingga tidak mampu bersaing dengan massa yang berdesak-desakan ingin melihat Yesus. Namun Zakheus tidak menyerah begitu saja pada hambatan-hambatan yang ada, sehingga membatalkan niatnya melihat Yesus. Ia tetap terus berusaha, bahkan dengan cara yang aneh dan tidak biasa, yaitu dengan tanpa malu-malu memanjat pohon di pinggir jalan. Upayanya yang pantang menyerah itu ternyata membuahkan hasil. Ia tidak hanya dapat melihat Yesus, tetapi Yesus bahkan berkenan menemuinya dan bermalam di rumahnya, yang membuatnya bertobat dan menjadi sela­mat. —Pdt. Em. Sutarno.

Doa: Tuhan Yesus, teguhkanlah tekad kami untuk berusaha lebih
dekat dengan-Mu, dan karuniakan jalan guna mengatasi
rintangan-rintangan yang menghambatnya. Amin.


Rabu, 27 Juli 2011

Di Balik Kesusahan

Baca: Ayub 8:1-22
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepa­damu hari depan yang
penuh harapan.
Yeremia 29:11


Ketika Tuhan menciptakan manusia, Tuhan meminta agar manusia mematuhi-Nya, dan Ia menjanjikan berkat bagi kita yang menaati-Nya. Sebaliknya, hukuman diberikan bagi kita yang tidak menaati ke-hendak-Nya (Mazmur 1). Inilah pemaham-an Bildad dan kebanyakan kita, tentang Tuhan—sebuah pemahaman yang benar, na­mun tidak menyeluruh. Itu sebabnya Bildad mendesak Ayub untuk mengakui dosanya. Alasan Bildad sederhana, yaitu bahwa Tuhan memberkati orang yang benar dan menghukum orang yang fasik—sebuah hukum sebab-akibat yang universal dan mudah dicerna. Namun, ada segi-segi lain yang perlu kita pertim­bangkan.
Kesulitan yang menimpa kita bukan selalu berarti Tuhan menghukum kita dan sebaliknya. Rencana-Nya terlalu luas untuk kita pahami. Allah memiliki kebebasan untuk berbuat dan kadang tindakan-Nya melenceng dari pemahaman kita yang terlalu sederhana ini. Tetapi, jangan mengira bahwa kebebasan Allah identik dengan kejahatan dan kesewenang-wenangan. Ia adalah Allah yang Mahabaik. Segala tindakan-Nya tidak akan termuati oleh maksud jahat.
Saat kesusahan menimpa, janganlah kita langsung memvonis bahwa Tuhan sedang menghukum kita. Periksalah diri kita, apakah ada dosa tersembunyi yang perlu kita bereskan dengan Tuhan. Jika tidak ada, terimalah kesusahan itu sebagai kehendak Tuhan yang tidak kita pahami. Tuhan tidak berjanji bahwa kita akan senantiasa mengerti tujuan akhir dari tindakan-Nya. Tetapi satu yang harus tetap kita pegang adalah bahwa rancangan-Nya merupakan rancangan damai sejahtera. —Prihanto Ngesti Basuki.

Kesusahan tidak senantiasa berarti hukuman Tuhan; adakalanya
kesusahan adalah baju kemurahan Tuhan.

Selasa, 26 Juli 2011

Noda


Baca: 2 Samuel 11:1-27
Tuhan adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia... sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya daripada kita
pelanggaran kita.
Mazmur 103:8-12

Tindakan keji dilakukan Daud. Tidak tang­gung-tanggung, dua kali: berzina dengan Batsyeba dan membunuh Uria, suaminya. Dengan melakukan tindakan itu Daud telah menghina dan menista Tuhan (2 Samuel 12:9,14). Tuhan murka dan menghukum Daud dengan menimpakan serentetan malapetaka kepadanya dan keturunannya. Pedang tidak akan menyingkir dari keturun­annya sampai selamanya. Malapetaka yang akan Tuhan timpakan ke atasnya datang dari kaum keluarganya sendiri. Istri-istrinya akan ditiduri oleh orang lain di depan matanya di siang hari. Ia telah melaku­kan hal itu dengan Batsyeba secara tersembunyi, tetapi Tuhan akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan. Anak hasil perzinaan dengan Batsyeba akan mati (2 Samuel 12:10-14). Daud menyesal dan memohon ampunan Tuhan (2 Samuel 12:13). Tuhan Maha- pengampun dan penyayang, penuh belas kasihan. Dia melihat penyesalan Daud dan memberi pengampunan. Kita membaca kisah selanjutnya dari Batsyeba terlahir Salomo, raja Israel yang tiada tandingannya (1 Raja-raja 3:12-13) dan Tuhan mengasihi anak ini (2 Samuel 12:24).
Barangkali ada di antara kita yang telah melakukan kesalahan dan merasa tidak layak mendapat pengampuan. Kisah ini kiranya menyadar­kan kita bahwa ketika seseorang berbuat noda, masih ada pengampunan jika dia bertobat dan Tuhan masih mau menggunakan dia untuk meng­genapi rencana-Nya, walaupun tentu saja tidak begitu saja bebas dari hukuman. Sesungguhnya selalu tersedia rahmat pengampunan bagi kita yang menyesali dosa-dosa. —Liana Poedjihastuti.

Supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah
yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka
seperti bintang-bintang di dunia. —Filipi 2:15

Senin, 25 Juli 2011

Pegangan Utama

Baca: Mazmur 119:137-144
Engkau adil, ya Tuhan, dan hukum-hukum-Mu benar... Keadilan-Mu adil untuk selama-lamanya, dan Taurat-Mu benar... Aku ditimpa kesesakan dan kesusahan, tetapi perintah-perintah-Mu menjadi kesukaanku.
Mazmur 119:137, 142-143


Gerakan berunjuk rasa rakyat beberapa negara di Afrika Utara dan Timur Tengah seperti sedang mewabah. Di beberapa kota sekitar kita juga ada gerakan masa yang di-sertai tindak kekerasan. Masyarakat menja-di resah. Para petinggi negara dan para pakar di bidang kemasyarakatan sedang sibuk mendiskusikannya. Mereka sedang mencari akar masalah dan solusi terbaik. Hampir semua pihak berharap kejadian itu tidak ter-ulang lagi. Ada pemikiran yang menarik un­tuk direnungkan, bahwa semua itu terjadi, akibat dari ketidakpuasan yang diikuti ketidakmampuan berpikir jernih, sehingga melupakan yang baik dan benar.
Keadilan Tuhan dalam bentuk hukum yang benar, dipahami menurut cara yang berbeda. Sementara itu belum semua orang mampu hidup di tengah perbedaan. Sehingga orang yang berbeda dengan dirinya ditafsirkan sebagai musuh yang harus diperangi. Kalau demikian pergesekan akan terus terjadi, karena dalam kehidupan yang majemuk pasti ada perbedaan.
Bagi pengikut Kristus, pegangan utama dalam kehidupan yang plural­istik wajib untuk mengerti dan tidak melupakan tentang keadilan Tuhan, bahwa keadilan Tuhan itu Benar. Dengan demikian kita tidak akan mu­dah terpancing untuk lepas kendali. Misalnya dikalahkan oleh ketidak­puasan, terdorong untuk membalas kekerasan dengan kekerasan.
Harapan kita tidak hanya meyakini bahwa “badai pasti berlalu” saja, tetapi berusahalah untuk mengerti kebenaran hukum Tuhan yang adil itu, agar kita bisa hidup yang benar-benar hidup. Hidup yang mencerminkan garam dan terang. —Pdt. Em. Efrayim Purwoatmodjo.
Doa: Tuhan, ajarlah kami untuk dapat mengerti dan menghormati
hukum-hukum-Mu. Mampukanlah kami mendoakan mereka
yang berbuat tidak adil kepada kami. Amin.