Tentang Sanggar Mitra Sabda

Foto saya
PROFIL Sanggar Mitra Sabda adalah sebuah Lembaga Swadaya Gerejawi, Mitra Gereja/ Lembaga bagi pemulihan relasi dengan Allah; dengan diri sendiri, dengan sesama dan dengan lingkungannya.

Sabtu, 04 Februari 2012

Kasih, Sebuah Kejutan


Baca: Kejadian 2 : 21-25
“Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari daging­ku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.”
(Kejadian 2 : 23).
Seorang calon pendeta bertanya kepada pendeta seniornya: ”Kalau boleh tahu, apakah program Bapak buat saya dalam tahun ini ?” Pendeta itu menjawab : ”Kerjakan dulu seperti biasa.“ Dikira pendeta seniornya sudah pikun, padahal bapak pendeta itu sebenarnya ingin memberi kejutan kepada calon pendeta tersebut. Bahwa orang muda harus lebih inspiratif , kreatif dan mandiri.
Pernikahan akan memunculkan sejumlah kejutan baik yang membahagiakan maupun yang membuat pasangannya menangis atau kecewa berat. Yang penting bagaimana menyikapinya.
Kejutan pertama : Hadirnya seorang penolong yang sepadan. Perempuan diamanatkan Tuhan untuk menjadi penolong bagi laki-laki. Kejutan akan terasa jikalau masing-masing memainkan perannya. Ketika penolong berubah menjadi yang lain, maka kejutan kebahagiaan akan berubah menjadi kejutan yang menghancurkan.
Kejutan kedua : Pertemuan yang penuh sukacita. “Inilah dia“ bukan “aah … biasa.” Setiap hari usahakanlah ada kejutan-kejutan sukacita, sehingga rumah menjadi tempat yang selalu dirindukan bersama. Bagaimana Anda memandang suami atau isteri Anda saat ini? Biasa atau Anda selalu menantikan kejutan baru karena kasih.
Kejutan ketiga: Ada roh yang baru dari Allah bagi keduanya. Da-ging dan tulang berasal dari Adam ,tetapi dari manakah datangnya roh yang membuat keduanya hidup? Pernikahan tanpa cinta kasih ibarat hidup manusia tanpa roh. Ikatlah pernikahan Anda dengan roh Allah yang menyatukan, pasti awet selamanya. Selamat mencoba!
–Pdt. Em. Andreas Gunawan Pr.

Dalam pernikahan makin banyak kejutan yang membahagiakan akan mem­buat keluarga kita makin penuh dengan kasih.

Jumat, 03 Februari 2012

Jangan Kehilangan Asinmu


Baca : Lukas 14:34,35.
Garam memang baik, tetapi kalau garam juga menjadi tawar, dengan apakah dia diasinkan?
(Lukas 14:34).
Sesuatu dinyatakan baik dan berguna, kalau memiliki kapasitas atau kualitas tertentu yang dianggap baik dan berguna pula. Garam dianggap baik, karena memi­liki rasa asin. Kalau garam menjadi tawar atau hambar, yaitu kehilangan rasa asinnya, maka garam menjadi tidak baik dan tidak ada lagi manfaatnya. Tuhan Yesus mengum­pamakan para pengikut-Nya sebagai garam. “Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar ... tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.” (Matius 5:13). Dalam firman itu Tuhan menegaskan bahwa para pengikut- Nya itu adalah garam dunia. Ia tidak memerintahkan mereka supaya berusaha menjadi seperti garam, melainkan menegaskan bahwa mereka itu memang garam, karena dengan percaya kepada-Nya, mereka sudah dijadikan-Nya garam. Oleh sebab itu, sebagai garam, para pengikut-Nya harus hidup dan berperilaku sesuai dengan kapasitas dan kualitas garam, yaitu memiliki rasa asin yang memberikan manfaat bagi kehidupan. Dalam hal ini rasa asin pengikut Kristus itu adalah kesetiaan dan keta­atannya kepada Kristus dan perintah-perintah-Nya.
Pada sebelah lain, mengapa Tuhan merasa perlu untuk mengingatkan bahwa garam yang menjadi tawar, yang kehilangan asinnya, tidak ada gunanya lagi? Hal ini mengungkapkan, bahwa apa yang semula adalah garam itu bisa saja kemudian menjadi bukan garam lagi, yaitu ketika garam kehilangan rasa asinnya. Dengan kata lain, Tuhan memberikan peringatan, bahwa para pengikut Kristus oleh berbagai alasan, mungkin saja melalaikan atau mengabaikan kesetiaan dan ketaatan mereka kepada Kristus. Dan kalau ini terjadi, maka predikat sebagai pengikut Kristus itu tidak ada gunanya lagi. – Pdt.Em.Sutarno.

Doa: Tuhan, Engkau telah menjadikan kami garam-Mu. Oleh sebab itu bim-bing dan mampukan kami berbuat dan berperilaku yang memancarkan daya asin yang dari pada-Mu. Amin.

Kamis, 02 Februari 2012

Kasih Dimulai Dari Rumah


Baca: Kejadian 24:6-9
”Tetapi Abraham berkata kepadanya: ’Awas, jangan kau bawa anakku itu kembali ke sana.’” (Kejadian 24:6).
Di Tiongkok ada istilah “Pernikahan telanjang” artinya pernikahan tanpa rumah. Seorang laki-laki kalau mau meni­kah harus membelikan rumah untuk calon isterinya. Sejumlah orangtua bahkan mulai mengangsur untuk beli rumah setelah me-ngetahui anaknya laki-laki lahir.
Kasih dimulai dari rumah, itulah yang paling awal dari semua perlengkapan yang biasanya disiapkan orang sebelum pernikahan. Belajarlah dari Abraham ketika mempersiap­kan calon bagi anak semata wayangnya, Ishak.
Pernikahan tanpa kasih Allah ibarat makanan yang hanya nikmat sekejap. Abraham tidak rela kalau anaknya laki-laki di bawa kembali ke negeri asalnya. Kenapa? Karena Abraham telah merasakan kasih Allah di negeri yang ditunjukkan Tuhan. Rumah bukan sekedar bangunan, tetapi tempat di mana orang-orang percaya merasakan kasih Allah.
Pernikahan membawa orang masuk ke rumah cinta. Rumah di mana orang-orang di dalamnya bisa berbahasa kasih, berperilaku dengan kasih. Ishak dari keluarga yang telah belajar hidup dari kasih Allah, oleh sebab itu calonnya harus di bawa masuk untuk bersama-sama belajar juga. Adakah rumah tangga kita menjadi tempat belajar mengenal kasih Allah dan kasih sesamanya?
Pernikahan adalah perjalanan hidup maju bukan mundur. Abraham minta agar calon isteri untuk Ishak harus di bawa ke Kanaan (ayat 3), ke tanah Perjanjian. Kehidupan pernikahan yang benar adalah makin hari makin maju saling mencinta lebih dalam lagi, bukan makin mundur. Setuju? – Pdt. Em. Andreas Gunawan Pr.

Dari mana datangnya cinta? Dari Mata turun ke hati.
Dari mana datangnya kasih? Dari Allah masuk ke hati.
Dari mana dimulainya Cinta? Dari rumah Pasutri yang hidup sehati.

Rabu, 01 Februari 2012

Tetaplah Bercahaya


Baca: Matius 5:16
Demikianlah hen­daknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memu­liakan Bapamu yang di sorga (Matius 5:16).
“Cahayaku amat redup. Siapa yang mau menggunakan aku?” Keluh sebatang lilin kecil. Tetapi, tanpa diduganya seorang pria mengambilnya dan menyala-kannya. “Untuk apa engkau menyalakan aku, Pak. Bukankah aku hanya sebatang lilin kecil, sinarku tak mampu menerangi bahkan sebuah ruang kecil sekalipun.” Didengarnya pria itu berkata, “Kalau begitu, tetaplah bercahaya meski cahayamu kecil. Biarkan aku yang mengurus selanjutnya.”
Pria itu membawa lilin kecil yang me­nyala itu ke sebuah ruang yang ternyata adalah sebuah gereja. Kemudian dengan nyala lilin kecil itu ia menyalakan lilin-lilin yang ada di dalam gereja. Seketika gereja itupun menjadi terang benderang. Cahayanya terlihat sampai jauh, ke kampung di bawah sana.
Kita seperti lilin kecil itu. Kita mungkin sudah tua, rapuh, tak berdaya, dan tak bisa lagi berbuat banyak. Tetapi kita adalah lilin-lilin Allah. Tugas kita adalah tetap bercahaya. Terus bercahaya. Jangan menyesali diri dan menyerah sebab meski sudah tua, tetapi di tangan Allah, sang Perancang Agung, kita masih bisa berguna. Yang penting bukanlah kemampuan kita atau apa yang ada pada kita, tetapi bagaimana Allah bekerja melalui kita.
Melalui tutur kata, sikap, perbuatan kita; Melalui keteladanan, kita masih bisa menjadi lilin yang tetap bercahaya. Dengan itu biarlah nama Tuhan yang dipermuliakan (Matius 5:16). Untuk itu marilah selalu menyenandungkan bait ke 3 Kidung Jemaat nomer 424 ini “Kumohon Yesus menolong, menjaga hatiku. Agar bersih dan bersinar meniru Tuhanku.” –Liana Poedjihastuti

Yesus menginginkan daku bersinar bagi-Nya, di mnapun ‘ku berada, ‘ku mengenangkan-Nya. Refrein: Bersinar-bersinar; itulah kehendak Yesus; ber­sinar, bersinar, aku bersinar terus.
–KJ no. 424

Selasa, 31 Januari 2012

Menunggu Tuhan


Baca: Mazmur 5:1-4
TUHAN, pada waktu pagi Engkau men­dengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persemba­han bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu. (Mazmur 5:4).
Siapa menunggu siapa? Saya memba-yangkan di pagi hari Tuhan Yesus sudah duduk di ruang tamu dan Dia menunggu agar saya menemui-Nya. Itulah cara saya untuk selalu ingin dekat Tuhan. Pemazmur dalam pergumulannya menunggu Tuhan untuk mau mendengar keluh kesahnya (ayat 2), doanya (ayat 3) dan mengatur persem­bahannya bagi Tuhan (ayat 5). Setelah itu ia menunggu-nunggu jawaban Tuhan.
Tuhan tidak perlu ditunggu. Justru Dia-lah yang menunggu kita ketika kita bangun dari tidur.
Kita tidak menunggu Tuhan, tapi kehadiran kita dinanti oleh-Nya (ayat 3). Menunggu bisa kehilangan kesempatan. Jadi, segeralah datang. Tidak etis jikalau seorang Raja dan Tuhan harus kita undang datang. Kitalah yang harus datang kepada-Nya. Oleh sebab itu segeralah datang kepada Dia untuk minta bimbingan-Nya.
Pagi hari adalah saat yang paling awal dari kehidupan ini (ayat 4). Apakah kesibukan Anda di pagi hari? Utamakan Tuhan karena Ia mau mendengar doa dan seruan kita minta tolong. Di pagi hari Ia mau berbicara dan suara-Nya akan lebih jelas daripada setelah kita sibuk de-ngan segala macam urusan. Biasakanlah datang kepada-Nya di pagi hari.
Permohonan harus diimbangi dengan persembahan (ayat 4). Apa kesan Tuhan ketika menghadapi kita? Pernahkah kita berpikir dan berusaha untuk memberikan yang terbaik dari hidup kita untuk Tuhan dan Raja Yesus Kristus? Mengatur persembahan adalah mengatur bagaimana hidup ini berkenan kepada-Nya melalui kata dan per­buatan kita setiap hari. Belajarlah juga untuk memberi, jangan hanya meminta. –Pdt. Em. Andreas Gunawan Pr.

Segarkan pagi hari bersama Tuhan, maka sepanjang hari hidup kita akan penuh semangat dengan Roh-Nya.