Tentang Sanggar Mitra Sabda

Foto saya
PROFIL Sanggar Mitra Sabda adalah sebuah Lembaga Swadaya Gerejawi, Mitra Gereja/ Lembaga bagi pemulihan relasi dengan Allah; dengan diri sendiri, dengan sesama dan dengan lingkungannya.

Senin, 11 Juni 2012

Pahlawan yang Menang


Baca: Zefanya 3:14-17
Tuhan Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan…
(Zefanya 3:17).
Ada yang menggelitik hati saya setiap memperingati Natal yaitu mengapa Yesus mesti divisualisasikan sebagai bayi mungil yang tidak berdaya? Belum pernah saya hadir dalam acara hari ulang tahun seseorang lalu dipertontonkan melalui multimedia ketika orang itu masih bayi. Apakah visualisasi itu tidak menjadi sindiran bagi kita sendiri bahwa kita lebih senang menjadi “bayi-bayi“ dalam persekutuan jemaat, tidak bertumbuh men­jadi dewasa dalam iman? Padahal dalam kitab Zefanya dinubuatkan bahwa Mesias yang akan lahir itu adalah pahlawan yang memberi kemenangan. Apa artinya Yesus adalah pahlawan yang memberi kemenangan?
Pahlawan adalah orang yang pernah hidup menyelamatkan ba-nyak orang. Tuhan telah menyingkirkan hukuman yang jatuh atasmu, telah menebas binasa musuhmu (ayat 15). Tidak untuk selamanya umat dibiarkan menderita. Tuhan menggantinya dengan penyelamatan. Jangan pernah berpikir bahwa penderitaan tidak akan pernah berakhir. Pasti akan ada waktunya selesai.
Pahlawan Kemenangan itu ada ditengah-tengah kita. Yesus bukan bayi lagi, tetapi Pahlawan Kemenangan. Ia ada di antara kita sebagai Imanuel. Ia berjanji sebelum naik ke surga untuk menyertai umat-Nya selama-lamanya. Jadi, apa yang Anda takutkan?
Pahlawan yang memberi semangat hidup. Ia tidak mau tangan kita lunglai, lemah lesu, tak berdaya. Ia mau tangan kita selalu terangkat ke atas memuji Dia dan selalu bergerak untuk berkarya. Ia bergirang jika kita mau menyambut ajakan-Nya untuk menghargai-Nya sebagai Pahlawan Kemenangan. –Pdt. Em. Andreas Gunawan Pr.

Pahlawan Yesus bukan hanya untuk dikenang, tetapi Dia telah mengubah penderitaan menjadi keselamatan kekal.

Kamis, 07 Juni 2012

Realistis


Baca: Amsal 22:1-16
Ganjaran kerendahan hati dan takut akan TUHAN adalah keka-yaan, kehormatan dan kehidupan (Amsal 22:4).

Mengapa tak lelah-lelahnya orang tua mengajarkan hal-hal baik kepada anak-anak mereka? Sejengkel apapun, tetap saja mereka tak segan-segan mengingatkan anak-anak untuk melakukan hal-hal yang mereka ang­gap baik atau tidak melakukan hal-hal yang buruk. Rupanya, orangtua percaya pada konsekuensi dan tanggung jawab, sebab dan akibat. Pada dasarnya kita percaya bahwa suatu sikap akan membawa konsekuensi tertentu. Oleh karena itulah kita cenderung melakukan penataan dalam kehidupan kita dan keluarga kita dengan harapan-harapan tertentu.
Kitab Amsal 22 ini memang memberikan nasihat-nasihat yang berkait-an dengan konsekuensi dan tanggung jawab, sebab dan akibat, misalnya tentang kerendahan hati: “Ganjaran kerendahan hati dan takut akan Tuhan adalah…” (ayat 4); tentang kecurangan: “Orang yang menabur ke­curangan akan menuai…” (ayat 8), dan sebagainya. Walaupun demikian, kita masih sering mengkhawatirkan hal-hal lain, yang kadang-kadang di luar jangkauan kita; bahkan kita sering dibuat tidak dapat tidur nyenyak karena mengkhawatirkannya. Akhirnya, kita justru menjadi orang-orang yang pesimistis dengan kehidupan dan masa depan.
Mengapa kita begitu kuatir sementara kita tahu konsekuensi dari banyak hal? Kadang-kadang kita hanya perlu menjadi realistis dengan keberadaan kita. Kerendahan hati untuk menerima keberadaan kita sungguh dapat membantu menyadarkan betapa ternyata kekuatiran kita kadang-kadang berlebihan. Marilah kita melakukan yang terbaik dan membiarkan Tuhan menyempurnakannya! –Ocky Sundari

“…janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkan­lah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana…” –Roma 12:16

Jumat, 01 Juni 2012

Resep Awet Muda


Baca: Mazmur 92:13-16
Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar (Mazmur 92:15).
Di Jepang , pabrik kosmetik Shisedo, menjual topeng anti penuaan, yang disebut Topeng Jaring Mujarab. Topeng ini bisa dilepas dan bisa ditempel di wajah untuk memperbaiki kulit karena penuaan. Harganya konon dijual sampai ratusan ribu rupiah per biji. Alkitab menawarkan obat yang lebih mujarab dan gratis tanpa topeng. Bagaimana caranya supaya pada masa tua masih berbuah, menjadi gemuk dan segar? Ada peningkatan dan bukan penurunan. Ini resepnya:
Tidak berhenti di tengah jalan, tetapi jalan terus sampai selesai. Jangan memakai kata “merasa” karena belum tentu seperti itu jadinya. Merasa tua, merasa tidak berguna, merasa lelah dan sebagainya. Tuhan menghendaki kita bertunas dan bertumbuh. Selalu ada yang baru dan tidak mati sebelum benar-benar mati.
Milikilah suasana surga di hati. Di tanam di bait Tuhan dan ber­tunas di pelataran Allah, inilah suasana surga. Baik di persekutuan dan di rumah selalu memiliki hidup dekat Tuhan, sukacita, berserah dan berdamai dengan semua keberadaan dan keadaannya. Apa yang didapat dari gereja di bawa pulang untuk dilaksanakan. Silahkan mencoba!
Hidup menjadi berkat bagi banyak orang. Berbuah artinya meng­hasilkan sesuatu. Menjadi gemuk artinya tanda ada damai sejahtera dan segar artinya sehat jasmani dan rohani. Penampilan yang seperti ini siapa yang tidak menyukainya? Orang akan segera bertanya apakah rahasianya? Dengan menjawab pertanyaan itu hidup kita menjadi berkat bagi orang lain dan Tuhan dimuliakan. – Pdt. Em. Andreas Gunawan Pr.

Pancarkan terang Kristus melalui wajah kita, maka sinar-Nya akan mene-rangi semua orang di sekeliling kita.

Senin, 28 Mei 2012

Iman Sejati Itu Kekal


Baca : Yohanes 6:48-51
Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya... (Yohanes 6:51).

“Memakan roti hidup” yang adalah Tuhan Yesus itu, berarti bersedia mempercayai-Nya sebagai Juruselamat. Dan kepada orang yang berbuat seperti itu, Tuhan menjanjikan dengan tegas, bahwa oleh kepercayaannya itu, ia “akan hidup selama-lamanya”. Artinya, ia akan mengalami hidup yang kekal, meski harus mengalami kematian. Kekekalan itu juga mengenai kepercayaan atau iman itu sendi-ri. Hal ini terungkap melalui firman-Nya, “Akulah roti hidup ... barangsiapa percaya kepada-Ku....” (ayat 35). Dengan lebih tegas Tuhan dalam Yohanes 15:16 menyatakan, “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu”. Dengan kata lain, kepercayaan kita kepada Kristus sebagai Juru­selamat itu lahir, bukan ditentukan oleh kehendak dan kesadaran kita sendiri semata-mata, melainkan karena Dialah yang mengaruniakannya kepada kita. Oleh sebab itu, selama kita mau menerima karunia iman yang menyelamatkan itu dengan penuh sukacita dan ketaatan, Dia pasti juga akan melestarikannya dalam diri dan hidup kita.
Kenyataan ini menjadi sumber keuatan dan penghiburan kita, karena menyadari betapa sulitnya memelihara dan mempertahankan iman dalam hidup yang penuh godaan dan pencobaan ini. Berdasarkan kemauan dan kekuatan sendiri, kita tidak akan mampu bertahan. Tetapi karena Dialah yang menghendaki dan memilih kita, maka Dia jugalah yang pasti akan menguatkan dan memampukan kita. Syaratnya, ada kemauan dan usaha yang sungguh-sungguh dari kita, untuk menerima dan memegangi pilihan-Nya atas kita itu. – Pdt.Em.Sutarno

Memelihara dan mempertahankan iman itu berat. Tetapi karena Dialah yang mengaruniakan iman itu kepada kita, maka Dia jugalah yang pasti akan me­lestarikannya, asal kita mau berusaha mempertahankannya dengan sukacita.

Sabtu, 26 Mei 2012

Menjadi Gembala yang Baik


Baca: Yohanes 10:14 – 15
Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku
(Yohanes 10:14 – 15).
Ibarat tanaman mangga atau yang lainnya yang pada awalnya memerlukan penopang agar dapat tumbuh berbuah dengan baik, demikian pula keluarga kita memerlukan pe­nopang. Untuk itu kita yang memasuki masa lanjut usia perlu mempersiapkan diri baik secara mental, fisik, spiritual maupun finan­sial agar tetap dapat menjadi penopang bagi kehidupan keluarga (anak, menantu, cucu, cicit) supaya mereka tetap di jalan Tuhan. Se­lama kita masih hidup sampai detik akhir kita harus mengucap syukur masih diberi anugerah berupa kesempatan menjalankan tugas yang mulia menggembalakan per­jalanan hidup keluarga. Memang semakin lanjut usia kekuatan fisik semakin berkurang, tetapi bila kita tetap setia pada Tuhan Yesus, maka kita akan ditopang dan ditambahkan semangat hidup.
Dalam era globalisasi ini banyak hal negatif yang mempengaruhi ke­hidupan anak-anak, pemuda, bahkan orang tua terbawa arus ke jalan yang tidak benar seperti pemakaian narkoba, pergaulan bebas, penipuan, korupsi dan lain lain yang tentunya akan merusak kehidupan masa depan, nama baik tercoreng. Padahal nama baik lebih berharga dari emas dan perak. Di sinilah peran para lanjut usia sebagai gembala bagi keluarganya seperti Yesus menjadi Gembala yang baik bagi umat NYA sampai Dia mengorbankan nyawa-NYA di kayu salib. Marilah kita menguatkan iman kita melepas segala kekhawatiran, mendoakan satu persatu anggota keluarga, men­jalin komunikasi dengan penuh kasih, mengingatkan dan meluruskan bagi yang menyimpang supaya tetap di jalan Tuhan. – Teguh Pribadi

Doa : Ya Tuhan berikanlah kekuatan kepada kami agar menjadi gembala yang baik bagi keluarga kami seperti Engkau menjadi Gembala yang baik bagi umat-Mu. Amin.